Ethicaldigest

Nyeri & Perdarahan Hemoroid

Hemoroid atau wasir merupakan suatu kondisi, di mana terjadi pembengkakan, perdarahan, trombosis atau prolap dari pembuluh darah vena di rektum bagian bawah, dalam hal ini plexus hemorrhoidalis, yang selanjutnya dapat menimbulkan gejala klinik seperti nyeri yang sangat hebat terutama saat buang air besar (BAB).

Homoroid sangat umum terjadi pada setiap individu. Pada usia 50-an, sebanyak 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid yang diklasifikasikan berdasarkan luas vena yang terdampak. Patologi kondisi hemoroid dapat bermacam-macam yang meliputi thrombosis, ruptur, radang, ulserasi dan nekrosis.

Prevalensi yang tepat untuk hemoroid sulit didapatkan. Banyak penderita hemoroid tidak melakukan pengobatan atau konsultasi ke dokter, dan lebih memilih untuk mengobati sendiri mengandalkan obat-obat over the counter (OTC).

Beberapa institusi kesehatan di Amerika Serikat, memperkirakan prevalensi hemoroid mencapai angka 10 juta orang atau sekitar 4,4% dari populasi yang ada. Semantara itu National Center for Health Statistic melaporkan, setidaknya terdapat 23 juta orang atau 12,8% pupulasi dewasa di Amerika Serikat mengalami hemoroid.

Dan data terbaru menunjukkan, prevalensinya mencapai sekitar 39,5%, dengan 44,7% dari pasien mengalami satu atau beberapa gejala hemoroid. Ada pun data yang didapat National Institute Of Health tahun 2004 menunjukkan, sebanyak 3,2 juta pasien melakukan perawatan untuk hemoroid. Sebanyak 306.000 di antaranya harus menjalani rawat inap di rumah sakit, dan sekitar 2 juta lainnya mendapat obat dari dokter untuk mengatasi hemoroidnya. Diperkirakan puncak dari kondisi ini berada pada usia 45-65 tahun. Mereka yang berkulit putih berisiko lebih besar menderita, dibandingkan yang berkulit hitam.

Menuruth dr. Iga Nari Laksmi Dewi, SpB, dari RSU Bunda Jakarta, hemoroid secara anoskopi dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentata) dan hemoroid interna (di dalam/ di atas linea dentata). Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan, yang di tutupi oleh mukosa. Hemoroid interna dapat dibagi berdasar gambaran klinis, yaitu derajat 1 sampai 4. Dengan penjelasan sebagai berikut:

Derajat 1, bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus dan hanya dapat dilihat menggunakan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolapas dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps, dan dapat masuk kembali kedalam anus hanya dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang terjadi permanen, yang rentan atau cenderung mengalami trombosis /infark.

Untuk melihat risiko perdarahan hemoroid, dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior, terdapat di sebelah distal garis mukokutan dalam jaringan di bawah epitel anus.

Anatomi

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga, dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar dari usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci). Semakin dekat anus, diameternya semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum, dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.

Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas, berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri, sewaktu kolon sigmoid   bersatu dengan rektum. Hal ini merupakan alasan anatomis mengapa memosisikan penderita ke sisi kiri saat pemberian enema.

Hampir seluruh usus besar terdapat empat lapisan morfologik, seperti yang ditemukan pada bagian anus lain. Namun, ada beberapa gambaran yang khas yang hanya terdapat pada usus besar.  Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut  taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rectum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Taenia lebih pendek dari pada usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra.

Apendises apiploika adalah kantong-kantong kecil peritoneum, yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus  besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus, dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibanding usus halus.

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan, berdasar suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum).

Bagian utama usus besar yang terakhir, disebut rectum dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari rektum, disebut kanalis ani dan dilindungi otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15 cm (5,9 inci). Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.