Ethicaldigest

Fase Penyebuhan Luka 2

Fase Inflammatory

Selain mengaktifasi fibrin, thrombin diaktifkan oleh cascades koagulasi yang kemudian memfasilitasi migrasi sel-sel inflamasi ke daerah yang mengalami cidera, yaitu dengan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Dengan mekanisme inilah faktor pertumbuhan dan sel yang diperlukan untuk proses penyembuhan, mengalir dari intravascular ke exstravascular.

Periode awal dari vasokonstriksi, diikuti banyak periode lain yang bersifat sementara dari vasokonstriksi dan dimediasi oleh histamine, prostaglandin, kinin dan leukotrien.

Vasodilatasi bertanggung jawab atas terjadinya eritema, edema dan demam yang terlihat setelah terjadinya cidera jaringan. Vasodilatasi merupakan sarana penting, agar luka dapat terpapar oleh darah, disertai dengan sel-sel inflmasi yang diperlukan dan faktor yang dapat melawan infekasi, untuk menjaga jaringan yang cidera. Perubahan pada pH, pembengkakan, dan hipoksemia pada jaringan pada daerah yang cidera, berkontribusi menimbulkan rasa nyeri pada luka.

Aspek selular dari fase inflamasi terjadi dalam beberapa jam setelah cidera. Hal itu meliputi neutrofil, makrofag dan limfosit. Neutrofil merupakan jenis sel yang paling dominan, pada 48 jam pertama setelah cidera. Namun bukan merupakan faktor penting, yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Meski demikian, neutrofil memiliki peran dalam membersihkan lokasi cidera dari bakteri dan jaringan nekrotik sekitar serta melepaskan mediator inflamasi.

Sementara makrofag merupakan faktor terpenting pada penyembuhan luka, dan bisa dikatakan sebagai sel yang paling penting dalam fase awal penyembuhan luka. Makrofag berperan untuk mensekresi kolagenasi dan elastases, dengan memecah jaringan luka serta melepaskan sitokin. Makrofag juga berperan dalam pelepasan PDGF, yang merupakan sitokin penting untuk merangsang kemotaksis dan proliferasi fibroblas dan sel otot polos. Terakhir, makrofag akan mengeluarkan zat yang mempu menarik endotel dari luka dan merangsang proliferasi sehingga terbentuk angiogenesis. Makrofag juga menghantarkan faktor pertumbuhan (growth factor) yang berperan penting dalam pembentukan jaringan baru.

Fase proliferasi

Pembentukan jaringan granulasi merupakan proses utama dalam fase proliferasi. Ini terjadi 3-5 hari setelah cidera dan terjadi secara tumpang tindih dengan fase inflamasi sebelumnya. Jaringan granulasi meliputi sel-sel inflamasi, fibroblast dan neovaskularaisasi dalam matriks fibronektin, kolagen, glikosaminoglikan dan proteoglikan.

  • Epitelisasi

Epitelisasi merupakan pembentukan jaringan epitel, di atas permukaan luka yang gundul. Proses ini mengakibatkan terjadinya migrasi sel-sel pada tepi luka yang berjarak kurang dari 1mm, dari satu sisi ke sisi yang lain. Sebuah luka umumnya akan mengalami fase epitelisasi dalam waktu 24 – 48 jam, setelah cidera. Lapisan epitel yang ada, berguna sebagai pelindung antara jaringan luka dengan kondisi lingkungan sekitar.

Selama proses epitelisasi sel epidermis di tepi luka, akan mengalami perubahan structural. Hal ini memungkinkan sel-sel melepaskan diri dan menjalin hubungan dengan sel epiodermis lain dari membrane basal. Terbentuknya mikrofilamen aktin intraselular, dalam 48 jam pertama setelah terjadi cidera jaringan, dapat menjaga kelembaban dan mengoptimalkan epitelisasi.

  • Fibroplasia

Fibroblast merupakan komponen penting dalam jaringan granulasi. Fibroblast bertanggung jawab dalam pembentukan kolagen, elastin, fibronektin, glukosaminoglikan, dan pertumbuhan protease fibroblast pada luka karena penurunan jumlah sel-sel inflamasi yang mengalami penurunan.

Fibroblast dimulai pada hari ke 3 – 5 setelah cidera, dan dapat bertahan selama 14 hari. Skin fibroblast dan mesenkimal fibroblast, dibedakan menurut kemampuannya dalam dalam melakukan migrasi dan kapabilitas konstraksinya. Migrasi dan proliferasi fibroblast merupakan respon dari fibronektin, PDGF, fibroblast growth factor, transforming growth factor dan C5a. Semantara fibronektin berfungsi sebagai jangkar bagi myofibroblast karena bermigrasi dalam luka.

Deposisi dan sitesa dari kolagen merupakan peristiwa penting pada fase proliferasi, dan penyembuhan luka secara menyeluruh. Kolagen yang kaya akan hidroksilin dan gugus hidroksiprolin, memungkinkan membentuk lapisan jaringan yang kuat. Tak hanya kolagen. Untuk membentuk suatu jaringan ikat yang kuat pada luka, juga dibutuhkan oksigen, vitamin c dan zat besi. Kurangnya oksegen dan vitamin c mengakibatkan kolagen tidak berfungsi dengan baik, sehingga tidak terbentuk jaringan ikat yang kuat. Akibatnya  rentan mengalami proses penyembuhan yang buruk.

Elastin umumnya hadir dalam proses penyembuhan. Elastin merupakan protein structural yang dibutuhkan jaringan, sehingga memungkinkan kulit lebih mudah mengalami peregangan dan membantu proses penyebuhan dari luka terutama di kulit.

Fase Penyebuhan Luka 1