Ethicaldigest

Mual Muntah saat Hamil

Maag bisa terjadi saat hamil. Satu penyebabnya adalah refluks asam. Ada beberapa obat maag yang aman untuk kehamilan, ada juga yang tidak.

Mual dan muntah umumnya terjadi pada trimester pertama. Biasanya kondisi ini disebabkan meningkatnya kadar hormone kewanitaan, seperti estrogen dan progesterone. Namun kadang gejala mual dan muntah dapat terjadi di trimester ketiga. Nah, kalau gejala ini terjadi di trimester ketiga, pikirkan kemungkinan penyebab lain. Misalnya, terjadi refluks asam.

“Seorang wanita yang sebelum hamil punya keluhan maag, biasanya akan memberat saat hamil,” ujar dr. Damar Pramusito, Sp.OG dari Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta. Kadang-kadang, GERD dapat menjadi sangat berat, sehingga penderita perlu dirawat inap. Muntah bisa juga sangat berat, sehingga diikuti penurunan berat badan.

Ada beberapa penyebab. Pada trimester ketiga, uterus membesar dan mendorong lambung ke atas, menekan diafragma. Hal ini dapat mempengaruhi kompetensi Lower Esophageal Sphincter (LES) dan menyebabkan refluks asam. Ini juga dapat menyebabkan sebagian lambung terdorong ke atas melalui hiatus diafragma, dan menyebabkan hiatus hernia. Hiatus hernia dapat menyebabkan refluks asam.

Selain itu, penambahan berat badan selama kehamilan, terutama di sekitar pinggang, akan menekan lambung dan meningkatkan tekanan intra abdominal. Tekanan pada LES dapat menekan makanan ke atas, masuk ke dalam esofagus. Selama kehamilan, hormone estrogen dan progesterone meningkat untuk mempertahankan kehamilan. Kedua hormone ini dihasilkan ovarium, sampai diambil alih oleh plasenta. Hormon ini merelaksasi otot halus uterus, dan diperlukan agar uterus dapat meregang, agar pertumbuhan janin bisa berlangsung dengan baik.

Sayangnya peregangan tidak saja pada uterus, otot saluran cerna juga terpengaruh. Di usus besar, hal ini menurunkan kontraksi peristaltik, yang dapat menyebabkan konstipasi. Di esofagus, kondisi ini menurunkan tonus LES menyebabkan refluks asam dan memperlambat gerakan peristaltic di sepanjang esofagus.

“Pasien-pasien yang mengalami gejala GERD sebelum hamil, cenderung mengalami GERD berat saat hamil. Kdang-kadang, GERD dapat menjadi sangat berat pada kehamilan, sehingga penderita butuh rawat inap. Muntah bisa juga sangat berat, sehingga diikuti penurunan berat badan.

Tantangan penanganan GERD selama kehamilan, adalah potensi teratogenisitas dari obat-obatan antirefluks yang ada. Untuk itu, dokter harus menjelaskan manfaat dan kerugiaan dari terapi obat. Hampir semua obat-obatan tidak diuji dalam penelitian acak terkontrol terhadap wanita hamil, karena masalah etika dan medikolegal.

Sebagian besar rekomendasi mengenai keamanan obat datang dari laporan kasus dan penelitian kohort oleh dokter, perusahaan farmasi atau FDA. Obat-obatan yang biasa digunakan antara lain antasida, sukralfat, antagonis reseptor histamine2, obat-obatan promotilitas dan proton-pump inhibitors (PPIs). Badan obat dan makanan Amerika telah membagi keamanan obat selama kehamilan menjadi lima kategori (A, B, C, D dan X), berdasar penyerapan sistemik dan laporan kecacatan congenital pada binatang atau manusia.

Antasid

Antasida bekerja cepat dan efektif mengurangi gejala heartburn. Sekitar 30-50% wanita hanya membutuhkan antasida, untuk mengurangi gejala heartburn selama kehamilan. Hanya sedikit data berkenaan efek antasida pada janin. Antasida mengandung magnesium, alumunium atau kalsium tidak bersifat teratogenik pada penelitian terhadap binatang, walau 15-30% magnesium dan alumunium dalam persentase kecil diserap tubuh setelah bereaksi dengan asam hidroklorik.

Satu penelitian tahun 1960-an melaporkan peningkatan signifikan malformasi congenital mayor dan minor pada bayi, yang terpapar antasida di trimester ketiga kehamilan. Meski demikian, analisa terhadap antasida individual (aluminium hydroxide, sodium bicarbonate, magnesium trisilicate dan kalsium karbonat), tidak menemukan hubungan antara antasid dan peningkatan anomali kongenital.

Suatu konsensus dari Eropa menganjurkan antasida berbasis kalsium/magnesium untuk wanita hamil, karena memiliki profil keamanan yang baik. Para ahli menemukan bahwa antasida berbasis kalsium punya manfaat tambahan meningkatkan suplementasi kalsium, untuk mencegah hipertensi dan pre-ekelamsia terkait kehamilan. Selain itu, penelitian plasebo terkontrol menemukan bahwa suplementasi magnesium sulfat menurunkan risiko eklamsia sampai 50% dibanding placebo. Juga dapat menurunkan risiko kematian ibu, tanpa efek samping jangka pendek serius.

Sukralfat

Sukralfat, suatu garam alumunium dari sulphated disaccharide, menghambat aktivitas pepsin dan melindungi lambung dari ulkus. Sukralfat kurang dapat diserap di saluran cerna, sehingga kerjanya bersifat lokal. Setiap gram sukralfat mengandung 207 mg alumunium. Efek toksisitas sukralfat disebabkan kandungan alumunium.

Pada satu penelitian di Italia, 42 orang wanita diberi 1 gram 3x sehari dan dibandingkan dengan 24 wanita, yang diberi informasi mengenai pola makan dan modifikasi gaya hidup. Ternyata, pasien yang diobati dengan sukralfat memiliki frekuensi remisi heartburn dan regurgitasi yang lebih tinggi dalam 1 bulan, dibanding kontrol (90% vs. 43% dan 83% vs. 27%, secara berurutan). Tidak dilaporkan adanya efek samping pada ibu dan janin.

Obat promotilitas

Metoklopramid

Metoklopramid, suatu obat antidopaminergik, memperbaiki GER dengan meningkatkan tekanan LES, memperbaiki klirens asam esofageal dan mempercepat pengosongan lambung. Kegunaan utama pada kehamilan adalah untuk mengobati mual dan muntah. Penelitian pada binatang dengan dosis 250 kali dari yang dianjurkan pada manusia, tidak menyebabkan gangguan fertilitas atau toksisitas pada janin. Metoklopramid masuk dalam kategori B untuk kehamilan.

Cisapride

Cisapride memacu pelepasan asetilkolin dari pleksus myenterik, sehingga meningkatkan tekanan LES, memperbaiki klirens asam dan memacu pengosongan lambung. Obat ini bersifat toksik terhadap janin tikus dan kelinci, dalam dosis 112 kali dosis yang dianjurkan pada manusia, menyebabkan berat lahir rendah dan penurunan peluang hidup.

Laporan pada manusia menunjukkan cisapride aman digunakan pada kehamilan. Dalam suatu penelitian, 129 wanita Kanada yang menggunakan cisapride saat hamil, antara November 1996 dan November 1998 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dosis harian rata-rata adalah 25 mg (berkisar dari 5-120) dan rata-rata lama paparan adalah 4,6 minggu (berkisiar dari 0,14-41 minggu). Sebagian besar wanita menggunakan cisapride di trimester pertama (88%), 3% menggunakannya selama kehamilan. Sebagian besar wanita juga menggunakan obat antirefluks lain, termasuk antasida H2RAs dan PPI.

Para peneliti tidak menemukan perbedaan angka kejadian malformasi kongenital mayor atau pun minor pada kelompok cisapride, dibanding kelompok kontrol. Cisapride masuk  kategorio C pada kehamilan karena efek toksisitas pada binatang.

Antagonis reseptor Histamine 2

Antagonis reseptor H2 adalah obat yang paling banyak digunakan dan paling aman, untuk wanita hamil dengan heartburn yang tidak memberikan respon terhadap modifikasi gaya hidup dan obat-obatan lain. Keempat obat dalam kelas ini (cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine), masuk kategori B untuk kehamilan.

Proton-Pump InhibitorsProton-pump inhibitors adalah obat yang paling efektif untuk mengendalikan gejala dan menyembuhkan esofagitis. PPI belum secara ekstensif dipelajari pada kehamilan, atau belum terbukti efektifitasnya pada kehamilan. Omeprazole masuk kategori C untuk kehamilan, karena bersifat toksisitas pada janin. PPI lainnya masuk kategori B. Meski demikian, tidak seperti pasien heartburn yang tidak hamil, PPI hanya boleh digunakan pada wanita yang terbukti mengalami GERD, dan tidak merespon pada perubahan gaya hidup, antasid dan antagonist reseptor H2.