Ethicaldigest

Sakit Lutut Karena Osteoartritis

Osteoartritis banyak menyerang orang berusia lanjut. Penyebabnya bukan hanya faktor degenerative. Faktor inflamasi memegang peranan penting.

Sebuah publikasi dari Piet G dan kawan-kawan mengatakan bahwa sekitar 25% orang berusia 55 tahun atau lebih, mengalami sakit lutut dalam beberapa hari dalam sebulan. Setelah dilakukan pemeriksaan radiografi, ternyata, sekitar setengahnya (50%) mengalami osteoartritis di lutut. Sementara itu, banyak pasien yang tidak menunjukkan osteoartritis saat pemeriksaan radiografi, ternyata mengalami osteoartritis.

Dengan demikian, osteoartritis merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat, terutama pada orang berusia lanjut, dan menyebabkan disabilitas yang cukup tinggi. “Osteoartritis merupakan penyebab utama disabilitas dan menurunkan kualitas hidup pada penderita,” ujar dr. Firdaoessaleh Sp.B, Sp.U, dari FK Universitas Indonesia, Jakarta. 

Perdefinisi, osteoartritis adalah suatu hasil dari proses mekanis dan biologis yang mengganggu kestabilan degradasi dan sintesis kondrosit kartilage artikular dan matriks selular, serta tulang subkondral. Prevalensi penyakit ini meningkat, bersamaan dengan usia dan lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pria. Faktor risikonya, sebagaimana disebutkan Felton DT dalam bukunya Epidemiologi of Osteoartritis, mencakup obesitas, cidera lutut, pernah menjalani operasi lutut, sering melakukan pekerjaan membungkuk dan mengangkat benda berat.

Osteoartritis dapat mempengaruhi semua struktur di dalam sendi. Tidak hanya terjadi penurunan kartilage artikular hyaline, tapi juga terjadi remodeling tulang, dengan peregangan kapsular dan pelemahan otot periartikular. Pada beberapa pasien, muncul sinovitis, laksitas ligament dan muncul lesi pada sumsum tulang yang menunjukkan adanya trauma pada tulang.

Sebagaimana dikatakan dr. Yoga Iwanof Kasjmir, Sp.PD-KR, ada dua proses yang berperan penting dalam patogenesis osteoartritis, yaitu perubahan degenerative pada sendi dan proses peradangan. “Banyak ahli yang meyakini bahwa peradangan memiliki kontribusi yang besar dalam progresi penyakit ini,” ucap staf pengajar Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI tersebut. 

Sebuah pooling yang dilakukan pada kongres American College of Rheumatology tahun 1999 menunjukkan, 52% yakin bahwa proses inflamasi berperan penting dalam terjadinya osteoartritis, sementara 48% lainnya percaya bahwa osteoartritis disebabkan proses degenerative. Namun demikian, semua sepakat bahwa terdapat proses peradangan dan perubahan degenerative,  dalam patomekanisme osteoartritis.

Tidak ada etiologi pasti untuk osteoartritis. Namun dari beberapa sumber, usia, jenis kelamin, ras, faktor genetik, obesitas, trauma/cidera berulang, merokok, kepadatan masa tulang, penyakit reumatik lain dan penyakit selain reumatik, adalah etiologi untuk osteoartritis.

Patogenesis osteoartritis

Sendi terdiri dari rawan sendi, cairan sendi dan synovial (selaput sendi). Rawan sendi sendiri terdiri dari matriks ekstra selular jaringan kolagen (tipe I, II, III, V dan XI), berbagai proteoglikan, dan air, serta komponen selular terutama kondrosit. Kolagen tersusun sebagai ikatan balok-balok memanjang yang kuat dan elastis, sehingga dapat mempertahankan fungsi sendi dalam menahan tekanan beban tubuh.

Proteoglikan di rawan sendi, adalah protein gula (glikoprotein) yang terdiri dari ikatan N linked dan O linked oligosakarida. Penambahan gugus sulfat menyebabkan berbagai macam jenis proteoglikan. Proteoglikan terdiri dari 90% agregan. Agregan sendiri terdiri dari 2 komponen glikosaminoglikan, yaitu kondroitin sulfat dan keratin sulfat yang terikat oleh asam hialuronan.

Pada usia muda, pembentukan kondroitin sulfat lebih banyak dibandingkan keratin sulfat. Gabungan antara kolagen, agregan dan asam hialuronanakan, menyebabkan sendi menjadi elastis dan tahan lama menahan tekanan beban tubuh. Disamping rawan sendi, juga terdapat cairan sendi dan bursa serta ligament yang dapat memperkuat struktur sendi.

Dengan bertambahnya usia (>38 tahun), produksi kondroitin sulfat akan berkurang, sebaliknya keratin sulfat bertambah. Akibatnya, rawan sendi kurang kuat/elastic dalam menghadapi berbagai berbagai tekanan mekanik.

Apabila dipercepat dengan adanya mikrotrauma pada sendi (bekerja dengan beban, naik turun tangga), maka struktur rawan sendi yang elastis dan kuat tersebut berubah. Terjadi mikro injuri rawan sendi, yang merupakan awal terjadinya inflamasi sendi. Bila trauma tersebut terus berlangsung, akhirnya diproduksi mediator inflamasi, yaitu prostaglandin, sitokin (IL-1 beta) radikal bebas nitric oxide (NO) dan enzim proteolitik, yang kesemuanya akan menyebabkan kerusakan struktur rawan sendi.