Ethicaldigest

Komplikasi Serius AVM

Komplikasi paling serius dari brain AVM adalah perdarahan. Kondisi ini terjadi pada sekitar 50% kasus, dengan angka mortalitas mencapai 10-29% pada perdarahan pertama.

Jika kita melihat lebih jauh, lesi massa AVM (Arteriovenous Malformations) akan tampak seperti anyaman pembuluh darah yang kusut, dengan sentrasi massa dengan batas yang cukup tegas (nidus). Terdapat aliran red veins (vena yang mengandung darah yang teroksigenasi), dilengkapi sumber alirannya (feeder).

Menurut dr. Syafrizal Abubakar, SpBS, dari Mayapada Hospital, Tanggerang, AVM biasa terjadi pada 1-2% dari seluruh penderita stroke, 3% stroke pada usia muda, 9% pada perdarahan subarachnoid, 4% pada perdarahan Intra Cerebral (tidak terstratifikasi usia) dan 33% pada perdarahan Intra Cerebral primer usia muda. “Sayangnya, banyak kasus AVM yang tidak diketahui gejalanya,” paparnya.

Sebelum menggali lebih jauh mengenai AVM, ada baiknya kita mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada brain AVM, di antaranya:

  • Perdarahan di otak (hemorrhage)

Pada penderita AVM, dinding arteri dan vena yang mengalami malformasi bisa menjadi tipis atau lemah. Karena tidak ada kapiler yang tersedia untuk memperlambat aliran darah, tekanan di dalam vena dan arteri menjadi sangat ekstrim. Sehingga, perdarahan bisa terjadi kapan pun. Jika terjadi perdarahan mikroskopis (perdarahan yang sangat kecil) akan mengakibatkan kerusakan jaringan di sekitarnya. Umumnya, dalam kondisi ini gejala yang muncul pada pasien juga tidak nyata. “Jika perdarahan yang terjadi lebih besar, kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan otak atau yang lebih dikenal dengan istilah perdarahan intraserebral,” jelasnya.

  • Berkurangnya pasokan oksigen di jaringan otak

Pada pasien dengan AVM, darah yang melalui jaringan kapiler akan mengalir langsung dari arteri ke vena. Kondisi ini membuat darah mengalir dengan cepat melalui bagian tertentu, karena tidak diperlambat oleh saluran pembuluh darah yang lebih kecil. Selanjutnya, jaringan otak tidak akan bisa menyerap oksigen yang dibawa oleh darah, karena aliran yang sangat cepat tadi. Tanpa adanya pasokan oksigen yang cukup, jaringan otak akan menjadi lemah atau mati sepenuhnya. Kondisi ini mengakibatkan gejala seperti stroke, di antaranya: kesulitan berbicara, kelemahan, mati rasa, kelihatan penglihatan atau severe unsteadiness.

  • Lemah atau tipisnya pembuluh darah

Adanya AVM, mengakibatkan darah mengalir dengan cepat dan selanjutnya mengakibatkan tekanan yang sangat ekstrim di pembuluh darah, membuat pembuluh darah tipis dan melemah. Sebuah tonjolan saja di dinding pembuluh darah, atau yang dikenal dengan aneurisma, dapat mengakibatkan semakin besarnya risiko pembuluh darah pecah.

  • Kerusakan otak

Seiring dengan waktu, ketika seorang dengan AVM tumbuh, arteri secara tidak langsung akan memasukkan darah lebih banyak ke vena yang mengalami malformasi. Akibatnya malformasi menjadi lebih besar, kemudian dapat menekan sebagian otak. Hal ini  mengakibatkan cairan otak mengalir bebas di hemispheres otak. Jika cairan ini menumpuk,  akan mendorong jaringan otak melawan tengkorak – ini dikenal sebagai hidrosefalus.

Test dan diagnosis

Dalam melakukan diagnosis brain AVM, dokter umumnya memulai dengan pemeriksaan medis secara menyeluruh. Dari pemeriksaan medis, seorang neurolog akan mendapatkan hasil. Dari situ pasien akan diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dengan melakukan 1 atau 2 jenis test. Seperti contoh melakukan test pencitraan yang akan dilakukan seorang radiologis khusus di pencitraan sistem otak dan syaraf.

Terdapat beberapa test yang dapat digunakan untuk mendiagnosis brain AVM, di antaranya:

  • Cerebral arteriography

Juga dikenal sebagai cerebral angiography, merupakan alat test yang bisa memberikan gambaran rinci, dan merupakan alat diagnostik yang paling baik pada kasus AVM. Dengan melakukan test ini akan dapat diungkap lokasi, juga karakteristik dari arteri dan vena.

  • Computerized tomography (CT)

Alat ini bekerja mengambil gambar otak menggunakan sinar X. Pasien sebelumnya diberi dye melalui suntikan atau dicampur dengan infus, sehingga arteri dan vena yang mengalami malformasi menjadi terlihat lebih jelas dan detail. Prosedur ini disebut juga sebagai Computerized Tomography Angiogram (CTA). Selain itu CT mudah digunakan untuk mengidentifikasi perdarahan intraserebral, dapat mengidentifikasi kecurigaan pada pasien yang lebih muda, atau pada pasien tanpa faktor risiko jelas untuk perdarahan. Sayangnya, CT hanya mampu mengidentifikasi AVM yang besar.

  • Magnetic resonance imaging (MRI)

Alat ini terbukti lebih sensitif di bandingkan CT dalam diagnosis AVM. Alat ini menciptakan gambar menggunakan magnet besar dan gelombang radio. MRI juga memberikan informasi tentang lokasi yang tepat dari malformasi, dan sangat penting digunakan sebagai panduan dalam menetukan langkah pengobatan lanjutan. Ketika dye disuntikan untuk melihat lebih rinci sirkulasi darah di otak, prosedur ini kemudian dikenal dengan nama magnetic resonance angiogram (MRA)

  • Superselective Angiography

Prosedure ini sama dilakukan menggunakan angiografi serebral standart, namun dengan akses tusukan melalui arteri femoralis.

Gejala AVMs yang muncul

  • Perdarahan Intra Kranial

Menurut dr. Syafrizal, sekitar 50-75 % penderita AVM mengalami perdarahan intracranial. Jenis perdarahan yang tersering adalah perdarahan intra cerebral, karena lokasi AVM berada di parenkim otak, disusul oleh perdarahan subarachnoid dan intraventricular. Gejala klinis akibat perdarahan, tergantung dari lokasi dan luasnya efek massa. Pasien yang mengalami perdarahan pada motor korteks, dapat mengakibatkan kelumpuhan.

  • Kejang

Merupakan gejala klinis kedua yang paling sering terjadi, yaitu 25-50%. Penderita yang cenderung mempunyai risiko timbulnya gejala ini, terutama AVM yang terletak di frontal dan temporal, serta lesi yang berukuran besar dan melibatkan struktur kortikal.

  • Nyeri kepala

Terjadi pada 25% kasus AVM. Nyeri kepala dapat bersifat fokal atau umum, intermitten atau konstan, bahkan seperti migraine. Keluhan ini terjadi karena dilatasi atau iritasi struktur-struktur peka nyeri seperti arteri feeder, vena drainage atau sinus.

  • Ischemia

Disebabkan steal syndrome pada penderita AVM yang tidak rupture, dapat terjadi secara akut dan progresif pada 4-12% kasus.