Ethicaldigest

dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

“Kegitan ilmiah seperti ini, mestinya rutin dilakukan,” ujar dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ, di sela simposium bertema “Primary Care Physician Education Program 1st Event” di RS Gading Pluit, 14 November 2015. Ketua IKatan Dokter Indonesia cabang Jakarta Utara ini ingin, di era kepemimpinannya tahun depan minimal dilakukan 6 kali symposium, yang bebas diikuti para anggota.

Ia mengkritisi, mengapa para dokter peserta simposium hanya mendapat 4 SKP, sementara pembicara mendapat 8 SKP. “Peserta dari pagi sampai sore ikut lho. Kalau pembicara paling hanya 2-4 jam, terus pergi,” paparnya. Ia ingin, peserta juga mendapat jumlah SKP yang sama: 8.

Ia berharap dengan kegiatan seperti ini, para dokter bisa menambah ilmu medisnya dengan hal-hal yang baru. “Sehingga, dokter umum tidak lagi dianggap sebagai dokter nomer 2,” jelasnya.  Hal itu disampaikan, karena sebentar lagi kita menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), di mana antinya akan berdatangan dokter-dokter asing masuk ke Indonesia.

Ia ingin para anggota IDI memiliki keakraban ilmiah. Selain mengikuti simposium, ia berharap dokter bisa jalan-jalan bersama. “Jadi akrab, saling kenal. Nggak ada istilah kompetiter karena beda klinik atau apa. Kita semua dokter, yang ingin meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.” 

Ia tertarik mengambil spesialis kesehatan jiwa, karena saat itu tidak banyak dokter yang tertarik pada bidang ini. Padahal, bidang ilmu kesehatan jiwa sangat luas; tidak hanya berkutat soal gangguan jiwa. Ada ganguan kecemasan, gangguan tidur, bahkan gangguan seksual. “Saya mengundang para dokter muda untuk bergabung dan mendalami bidang ilmu kesehatan jiwa karena, percayalah, sangat menarik.”