Ethicaldigest

Imunoterapi Kanker Melanoma

Selama satu abad, pengobatan kanker dengan imunoterapi mengalami banyak kegagalan. Ditemukan bahwa kanker dapat membentuk selubung, sehingga meski sel imun mengenalinya sebagai sel abnormal, tapi tidak bisa menyerang. Obat baru anti PD-1 dapat memblok reseptor yang membuat sel imun tidak aktif, sehingga selubung kanker rusak dan sel imun bisa membasminya.

Lebih jauh tentang imunoterapi dan obat anti PD-1, Hanida Syafriani dari Ethical Digest mewawancara Dr. Aung Myo, MD, MSc (Medical Oncology), Regional Medical Director of Oncology di Merck Sharp & Dohme Asia Pasifik dalam kunjungannya ke Jakarta beberapa waktu lalu. Petikannya.

 Bisa dijelaskan mengenai melanoma?

Melanoma adalah kanker kulit. Ada tiga kanker kulit: squamus cell carcinoma, basal cell carcinoma dan yang terakhir malignant melanoma. Lebih dari 90% kanker kulit merupakan dua tipe pertama. Keduanya bisa diatasi dengan operasi, dan >90% pasien sembuh. Melanoma hanya menempati 10% dari keseluruhan kanker kulit, tapi sangat mematikan. Lebih dari setengah jumlah pasien meninggal.

Melanoma berasal dari sel-sel melanosit yang bertanggungjawab terhadap produksi pigmen kulit. Kanker ini tampak seperti tanda hitam pada kulit. Ciri-cirinya ABCD: asimetris; border (batas) tidak jelas /tidak rata; color (warna) biasanya ada dua warna, misalnya hitam-coklat; diameter >6 mm. Ciri lain, ukurannya makin membesar.

Di negara sub tropis, 90% melanoma disebabkan paparan sinar matahari. Di Asia sedikit berbeda. Belum diketahui pasti apa penyebabnya, tapi diduga melanoma di Asia 50% disebabkan paparan sinar matahari 50% lagi diduga akibat pupuk.

Bisa dikatakan, di Asia prevalensi melanoma relatif kecil…

Jumlah pasien melanoma terbanyak ada di Australia, Amerika Serikat dan Eropa. Di Asia, Indonesia menduduki peringkat 3 setelah Tiongkok dan Jepang. Berdasarkan data dari Globocan tahun 2002, insiden melanoma di Indonesia >1.000 kasus, dan diperkirakan sekarang angkanya lebih tinggi lagi. Dibandingkan dengan Australia dengan insiden hampir 5.000 pasien, insiden di Asia memang terbilang kecil. Namun angka kematiannya sangat tinggi, sekitar 50%. Sementara di Australia, mortalitasnya hanya 10-15%.

Mortalitas di Asia tinggi karena insidennya rendah, sehingga orang tidak menyadari. Di Indonesia, pengetahuan tentang kanker paru atau kanker payudara sangat baik. Tidak demikian halnya dengan melanoma, sehingga pasien baru datang setelah stadium lanjut dan sudah sulit disembuhkan. Kondisi ini jauh berbeda dengan di Australia. Karena insidennya tinggi, kesadaran akan melanoma sangat tinggi. Mereka segera ke dokter bila menemukan ada noda hitam di kulit.

Melanoma pada pasien Asia paling sering muncul di telapak kaki atau mukosa mulut, bagian yang jarang diperhatikan, sehingga pasien tidak menyadari yang sedang terjadi. Saat ditemukan, melanoma sudah berkembang dan sudah menyebar ke organ lain.

Sebab lainnya, pilihan pengobatan melanoma di Asia sangat terbatas, karena dianggap kanker ini tidak umum. Berbeda dengan di Australia atau AS; melanoma termasuk kanker yang paling umum, dan banyak obat baru yang sudah disetujui. Di Asia hanya tersedia kemoterapi ; bila pasien sudah stadium lanjut, tidak ada pilihan pengobatan yang lain.