Ethicaldigest

Efektivitas TurboHawk TM

Peripheral arterial disease (PAD) terjadi ketika pembuluh darah arteri perifer mengalami penyempitan atau bahkan tertutup oleh adanya plak aterosklerosis, hal ini selanjutnya menyebabkan berkurangnya aliran darah. Menurut dr. Alexander Jayadi Utama, SpB(K)V dari RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, lokasi paling umum ditemukannya penyakit ini adalah pada arteri kaki.

Karena sering tidak bergejala, pada mereka dengan usia lanjut atau penderita penyakit diabetes mellitus dianjurkan untuk melakukan skrining, untuk mengetahui adanya PAD atau tidak. Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis PAD, adalah dengan pemeriksaan ankle brachial index (ABI). Beberapa pemeriksaan lain yang dapat dilakukan meliputi doppler dan duplex USG, magnetic resonance angiogram (MRA), CT angiogram dan Regular (catheter-based) angiogram.

Insiden tertinggi dari penyakit ini muncul pada usia 60 tahun keatas, dan meningkat pada kasus diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, hipertensi, hiperhomosisteinemia, kegemukan dan merokok. Seiring terjadinya peningkatan jumlah pasien diabetes mellitus di seluruh dunia, dan juga di Indonesia, antisipasi dan pengelolaan yang lebih baik penyakit arteri perifer sangat diperlukan, untuk memperoleh kualitas hidup pasien yang lebih baik. Jika tidak, penyulit kronik akibat penyakit diabetes mellitus seperti ulkus atau gangren terkait PAD akan sangat sulit ditanggulangi.

Beberapa pusat penelitian di indonesia mendapatkan angka kematian ulkus atau gangren diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi antara 15-30%. Nasib pasien pasca amputasi sangat tidak menggembirakan. Dalam satu tahun pasca amputasi, sebanyak 14,8% pasien meninggal. Meningkat menjadi 37% dalam pengamatan selama 3 tahun. Diperkirakan, rerata usia harapan hidup  pasien hanya 23,8 bulan pasca amputasi.

PAD dapat disembuhkan dengan mengubah gaya hidup, atau dengan pengobatan. Bila kombinasi mengubah gaya hidup dan pengobatan tidak memberikan harapan, diperlukan intervensi medis lain seperti atherectomy, untuk mengeluarkan plak yang menyumbat atau menutupi arteri perifer. Solusi terbaru untuk mengatasi penyumbatan arteri perifer, adalah menggunakan teknologi TurboHawkTM.

Prosedur atherectomy menggunakan TurboHawkTM sudah sering dilakukan di sejumlah Negara. Di Indonesia, untuk pertama kalinya di Rumah Sakit Premier Bintaro pada 31 Juli 2015. Prosedur ini dilakukan Tim Dokter Vaskuler rumah sakit tersebut.

Dalam penelitian DEFINITIVE LE, yang diterbitkan dalam Jurnal American College of Cardiology, penggunaan TurboHawkTM ternyata cukup aman dan efektif untuk terapi lini pertama PAD, setelah dilakukan follow up selama 1 tahun pada pasien. Penelitian ini setidaknya melibatkan 800 pasien PAD, dengan claudication atau critical limb ischaemia (CLI), dengan lesi infrainguinal yang panjangnya mencapai 20 cm.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pasien yang diterapi dengan perangkat berbasis kateter, baik TurboHawkTM mau pun SilverHawk, mampu menghilangkan plak yang menyumbat arteri. Sehingga mampu mengembalikan aliran darah arteri kembali normal, tanpa meninggalkan sisa-sisa plak pada pembuluh darah arteri sedikit pun.

Hal ini mampu mengurangi dilakukannya amputasi pada pasien CLI, sampai dengan 95%. Teknologi baru pada TurboHawkTM yakni High Efficiency (HE) cutter, memungkinkan alat ini mengangkat plak kalsium yang cukup keras pada arteri. Dengan Teknologi Micro Efficient Compression (MEC), TurboHawkTM mampu meningkatkan pengambilan kapasitas jaringan yang dipotong sebesar 32%, sehingga dapat mengurangi lamanya prosedur tindakan atherectomy, dibandingkan dengan teknologi sebelumnya yang tidak menggunakan catheter MEC. Ukuran yang lebih bervariasi juga menjadi unggulan TurboHawkTM (2.0 mm – 7.0 mm).

Meski demikian, beberapa efek samping dapat terjadi setelah dilakukannya prosedur ini, yang meliputi embolisasi (3,8%), perfotasi (5,3) dan abrupt closure (2%).