Ethicaldigest

Kendala ASI Eksklusif 2

ASI eksklusif, target yang rasional?

Jawaban bagi pertanyaan ini mestinya adalah “ya”, terlepas dari segala problem yang ada. Apalagi ASI eksklusif adalah hak anak. Meski demikian, tercapainya hal ini sangat memerlukan dukungan berbagai pihak, tidak semata hanya komitmen dari ibu. “Tercapainya target ASI eksklusif bukan eksklusif tanggung jawab ibu, melainkan juga dari keluarga, tempat bekerja, petugas kesehatan, lingkungan, bahkan pemerintah” katanya. Dukungan dari berbagai pihak guna memuluskan niat ibu untuk menyusui, memiliki peran krusial dalam meningkatkan angka tercapainya pemberian ASI eksklusif.

Bagi ibu bekerja sangat diperlukan dukungan berupa kesediaan keluarga atau pengasuh dalam memberikan ASI selama ibu bekerja, ketersediaan ruang laktasi atau menyusui di tempat-tempat umum dan di tempat kerja, dispensasi waktu untuk memerah ASI selama jam kerja, serta ketersediaan fasilitas penyimpanan ASIP.

Dukungan petugas kesehatan dapat berupa penyediaan informasi bagi ibu menyusui kapan pun diperlukan, perhatian terhadap problem yang dihadapi ibu selama menyusui di samping tumbuh kembang anak, dorongan tanpa terkesan memaksa dan menyalahkan ibu, dan pujian bagi ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Rekomendasi memang penting, namun yang lebih penting adalah untuk memastikan bahwa hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan oleh ibu.

Informasi mengenai ASI dapat diberikan mulai dari bayi masih dalam kandungan. Dimulai dari manfaat dan keuntungan-keuntungan dari memberikan ASI, cara menyusui dan memberikan ASI yang benar, serta persiapan seandainya ibu hendak memberikan ASIP. Ibu juga perlu didorong untuk berperan aktif dalam mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai menyusui, dan jangan ragu menyampaikan masalah yang dijumpai dalam menyusui kepada konselor laktasi. Memberikan ASI tidak semudah teori yang dipelajari. Untuk itu, rekomendasi perlu disesuaikan kasus per kasus, tidak dapat disamaratakan dan digampangkan.

Dalam kondisi tertentu, ASI eksklusif mungkin tetap tidak dapat dilakukan mengingat ada beberapa hal yang dapat menghalangi pemberian ASI secara medis, atau karena preferensi pribadi. Meski demikian, fokusnya adalah mempermudah atau setidaknya tidak mempersulit ibu yang ingin memberikan ASI bagi bayinya.

Hal penting lainnya adalah memberi edukasi bukan hanya kepada ibu, namun juga terhadap lingkungannya. Mengubah pandangan dan perilaku lingkungan inilah yang sebenarnya sangat sulit. Tidak jarang ibu yang awalnya bertekad memberikan ASI eksklusif, akhirnya panas kupingnya mendengar anjuran menyesatkan dari anggota keluarga lain atau dari lingkungan pertemanan, yangsebenarnya tidak paham akan penting dan manfaat besar yang terkandung dalam ASI. Diperlukan proses pembelajaran yang berkesinambungan bagi masyarakat mengenai ASI. Dan,  perlu komitmen dari semua pihak yang terlibat demi tercapai generasi yang sehat.

KENDALA ASI EKSKLUSIF