Ethicaldigest

Cryosurgery dalam Manajemen Kanker

Cryotherapy telah dikenal sejak tahun 1993, dan masih terus dikembangkan pemanfaatannya. Saat ini, cryotherapy lebih banyak dikenal untuk pembedahan kutil atau tahi lalat di permukaan kulit. Seperti kita ketahui, dingin dapat bersifat sitotoksik. Hal ini menimbulkan ide bahwa suhu yang sangat rendah, dapat dipaparkan pada jaringan hidup tertentu untuk menimbulkan kerusakan secara sengaja. Selain dermatologi, cryosurgery saat ini makin luas digunakan di bidang ilmu paru, kardiologi, juga onkologi.

Yang menarik, cryosurgery diklaim dapat meningkatkan efektivitas radioterapi mau pun kemoterapi yang diberikan pada penderita kanker. Hipervaskularitas yang terlihat paska cryosurgery, diduga memperkuat sensitivitas jaringan terhadap radioterapi. Berdasarkan studi, kemoterapi yang diberikan setelah dilakukannya cryosurgery, dapat lebih efisien karena agent antitumor segera terkonsentrasi di sel-sel tumor paska prosedur. Selain itu, diduga dengan suhu yang rendah, sel tumor menjadi lebih rentan terhadap kemoterapi yang diberikan.

Temuan lainnya adalah, tumor yang dilakukan cryosurgery dapat mencetuskan timbulnya reaksi imun yang menguntungkan bagi penderita kanker. Pada mereka yang tumor primernya dilakukan prosedur cryosurgery, metastasis atau anak sebarnya ditengarai akan ikut mengecil. Prosedur cryosurgery pada pasien kanker tidak memiliki kontraindikasi. Selain itu, ada sejumlah keuntungan dibanding prosedur pembedahan biasa, seperti meminimalisir penyebaran anak sebar, pemulihan paska pembedahan yang lebih cepat dan ringan, proses yang sederhana dan lebih singkat, dan baik untuk tumor jinak mau pun ganas. Juga, dapat mengendalikan pertumbuhan tumor dan memudahkan pengambilan sel tumor.