Ethicaldigest

Peran Nutrisi pada Diabetes

Meningkatnya prevalensi diabetes secara drastic di seluruh dunia, cenderung merefleksikan perubahan gaya hidup. Peran faktor genetic pada polupasi  pergeserannya terbukti sangat lambat.

Seperti kita ketahui bersama, terapi nutrisi atau dikenal juga sebagai medical nutrition therapy (MNT) merupakan langkah penting yang dapat digunakan untuk: mencegah terjadinya diebetes, mengelola kondisi diabetes yang sudah terjadi atau setidaknya dapat memperlambat laju perkembangan dari komplikasi, yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus (DM).

Peran nutrisi dalam pencegahan penyakit DM, adalah dengan mengurangi prevalensi penderita obesitas, serta dengan memberikan nutrisi yang tepat pada individu yang sudah mengalami pre-diabetes. Sementara intervensi pencegahan sekunder dan tersier pada DM, mencakup terapi nutrisi bagi individu dengan diabetes yang bertujuan untuk mencegah atau mengontrol komplikasi yang mungkin terjadi.

Menurut Dr. dr. Imam Subekti, SpPD KEMD, staf Divisi Metabolic-Endocrine Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta, untuk mengurangi risiko penyakit diabetes dan penyakit cardiovascular / cardiovascular disease (CVD), salah satunya dengan mengonsumsi makanan sehat. Juga melakukan aktivitas fisik, yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi berat badan dari obesitas, menjadi berat badan ideal dan terus dipertahankan.

Setidaknya, terdapat beberapa point penting dari terapi nutrisi yang berlaku untuk individu dengan diabetes. Di antaranya, pencapaian dan pemeliharaan, yang mencakup 3 hal penting. Di antaranya, pencapaian kadar glukosa darah dalam kisaran normal atau mendekati normal dan seaman mungkin. Selanjutnya, menjaga profil lipid dan lipoprotein, untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskular. Serta menjaga tekanan darah dalam level yang normal atau mendekati normal, tetapi dengan konsep yang seaman mungkin.

  1. Untuk mencegah atau paling tidak memperlambat laju perkembangan ke komplikasi kronis diabetes, yakni dengan memodifikasi asupan nutrisi dan juga gaya hidup.
  2. Untuk memenuhi kebutuhan gizi individu, dengan mempertimbangkan preferensi pribadi dan budaya serta kemauan untuk berubah.
  3. Untuk tetap menjaga kenikmatan dalam konsumsi makanan, dengan cara membatasi atau memilah-milah makanan yang dikonsumsi, tentunya dengan bukti-bukti ilmiah yang ada.

Dalam kondisi khusus, terapi nutrisi dilakukan misalnya pada anak-anak dengan diabetes tipe 1, atau dewasa muda dengan diabetes tipe 2, wanita hami dan menyusui. Juga dewasa atau orang tuadengan diabetes, untuk pemenuhan kebutuhan gizi.

Peran Nutrisi pada Diabetes2

Efektivitas terapi nutrisi

Dalam sebuah uji klinis, dikatakan bahwa outcome dari terapi nutrisi yang dilakukan pada individu dengan diabetes, mampu menurukan Hba1c hingga mencapai 1% pada penderita diabetes tipe 1, dan mencapai penurunan Hba1c 1-2% pada penderita diabetes tipe 2; tergantung lamanya diabetes yang diderita oleh pasien.

Dalam sebuah metaanalisis pada pasien non diabetes, para ahli mengatakan terapi nutrisi ini mampu mengurangi LDL kolesterol sebesar 15-25 mg/dl. Dan benar, setelah inisiasi terapi nutrisi yang pertama, dalam 3-6 bulan terlihat perbaikan kondisi pasien yang sangat jelas. Para ahli juga sangat merekomendasikan modifikasi gaya hidup.

Rekomendasi lain dilakukan pada individu yang mengalami overweight atau obesitas yang mengalami resistensi insulin. “Ternyata, dengan melakukan penurunan berat badan menunjukkan adanya perbaikan dari resistensi insulin,” jelasnya. Dengan demikian, penurunan berat badan ke arah normal sangat dianjurkan untuk semua orang yang memiliki risiko mengalami diabetes mellitus.

Untuk menurunkan berat badan, diet rendah lemak dan rendah karbohidrat serta membatasi asupan kalori, memiliki efekstivitas yang baik dalam janga pendek (satu tahun). Pada pasien yang menjalani diet rendah karbohidrat, awasi profil lipid, fungsi ginjal dan asupan protein (pada mereka yang nefropathy), dan sesuaikan terapi hipoglikemik sesuai kebutuhan.

Aktivitas fisik dan modifikasi gaya hidup, merupakan komponen penting dalam program penurunan berat badan dan akan sangat membantu dalam pemeliharaan berat badan. Penggunaan obat penurun berat badan, dapat dipertimbangkan dalam pengobatan individu dengan diabetes mellitus tipe 2 yang overweight atau obesitas. Intervensi ini setidaknya dapat membantu menurunkan berat badan pasien hingga 5-10%, jika dikombinasi dengan modifikasi gaya hidup.

Bariatric surgery dapat dipertimbangkan bagi beberapa penderita diabetes tipe 2 dan orang yang BMInya di atas 35 kg/m2. Metode ini bisa memberi perbaikan yang mencolok, dalam hal gula darah pasien. Manfaat dan risiko jangka panjang dari bariatric surgery pada penderita diabetes atau pre diabetes, masih terus dipelajari.

Penting untuk mengendalikan berat badan. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mengurangi risiko, yang berkaitan dengan diabetes. Dalam guideline The National Heart lung and blood institute, definisi overweight adalah mereka dengan BMI diatas 25 kg/m2 dan obesitas dengan BMI diatas 30 kg/m2. Juga risiko dari penyakit penyerta, yang dikaitkan dengan peningkatan jaringan adipose dan BMI akan lebih tinggi.

Namun, para klinisi harus mewaspadai bahwa pada populasi orang Asia, proporsi yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler adalah mereka dengan BMI diatas > 23 kg/m2. Lemak tubuh yang diukur dengan lingkar pinggang ­> 80 cm pada wanita dan ­> 90 cm pada pria, dapat digunakan sebagai alat ukur bersama BMI untuk menilai risiko diabetes tipe 2 dan penyakit karidovaskuler.

Pengaruh dari obesitas, selanjutnya bisa mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Penurunan berat badan merupakan langkah utama yang harus dilakukan pasien dengan prediabetes dan diabetes. Namun penurunan berat badan, umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, dan sulit untuk dicapai oleh pasien. Hal ini mungkin karena sistim saraf pusat memainkan peran penting, dalam mengatur asupan energi dan pengeluaran. Sebuah penelitian jangka panjang menyatakan bahwa penurunan berat badan moderate (5% dari berat badan) pada subyek dengan diabetes tipe 2, berhubungan dengan penurunan resistensi insulin, perbaikan kadar gula dan lipemia dan mengurangi tekanan darah.

Dalam sebuah studi jangka panjang yang dilakukan selama lebih dari 52 minggu, obat untuk menurunkan berat badan pasien diabetes tipe 2, terbukti mampu menurunkan sedikit berat badan dan HbA1c-nya. Standart untuk penurunan berat badan menganjurkan setidaknya 500-1000 kalori, lebih sedikit dari yang diperkirakan, untuk menjaga berat badan pasien tetap stabil. Meski banyak orang yang berhasil menurunkan berat badan (sebanyak 10% dari berat badan awal) dengan diet saja, tanpa dukungan dan tindak lanjut, umumnya berat badan akan kembali bertambah.

Distribusi makronutrien yang optimal untuk penurunan berat badan, sampai saat ini belum ditetapkan berapa jumlahnya. Meski diet rendah lemak telah dipromosikan untuk penurunan berat badan, dalam 2 randomized control trial baru baru ini ditemukan bahwa subyek yang melakukan diet rendah karbohidrat ternyata mengalami penurunan berat badan yang lebih banyak dalam 6 bulan, dibandingkan dengan subyek yang melakukan diet rendah lemak.

Studi lain yang dilakukan pada wanita over weight, dan memilih salah satu dari 4 diet menunjukkan, secara signifikan terjadi penurunan berat badan selama 12 bulan dengan the Atkins low carbohydrate diet, dibandingkan dengan higher-carbohydrate diets. Namun setelah 1 tahun pertama, perbedaan dari penurunan berat badan antara diet rendah karbohidrat dengan diet rendah lemak, menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan penurunan berat badan sedang pada kedua jenis diet.

Perubahan dari nilai serum trigliserida dan HDL kolesterol, ternyata juga lebih baik pada kelompok dengan diet rendah karbohidrat. Dalam sebuah penelitian, dengan subyek penelitian adalah mereka dengan diabetes tipe 2, menunjukkan bahwa terjadi penurunan Hba1c yang lebih besar, dengan diet rendah karbohidrat dibandingkan dengan diet rendah lemak. Sebuah meta-analisis juga menunjukkan, pada bulan ke-6 diet rendah karbohidrat berhubungan dengan perbaikan yang lebih baik dalam hal konsentrasi trigliseride dan HDL kolesterol, dibandingkan dengan diet rendah lemak. Namun kolesterol LDL secara signifikan lebih tinggi pada diet rendah karbohidrat. “Penelitian lebih lanjut harus tetap dilakukan, untuk melihat efikasi dan safety jangka panjang dari diet rendah karbohidrat,” tambahnya.

Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk karbohidrat adalah 130 g/hari, dan ditentukan berdasarkan kebutuhan glukosa yang adekuat untuk sstem saraf pusat, tanpa bergantung pada produksi glukosa yang berasal dari protein atau lemak. Meski pun sumber energy otak dapat dipenuhi dengan diet rendah karbohidrat, efek metabolic jangka panjang dari diet yang sangat rendah karbohidrat masih belum jelas. Selain itu, diet seperti ini menghilangkan banyak makanan yang merupakan sumber penting dari energy, serat, vitamin dan mineral, serta penting dalam hal rasa yang lebih baik.

Pengganti makan dalam bentuk cairan atau padat, memberikan sejumlah energy; biasanya berbentuk formula. Penggunaan pengganti makan sekali atau 2 kali sehari untuk mengantikan porsi makan yang normal, dapat mengakibatkan penurunan berat badan secara signifikan. Penganti makan merupakan bagian penting dari intervensi penurunan berat badan. Terapi penganti makan harus dilanjutkan, jika memang penurunan berat badan pada pasien masih diperlukan.

Diet yang sangat rendah kalori mengandung setidaknya < 800 kalori /hari. Diet ini memberikan penurunan berat badan yang besar, dan perbaikan pada kadar gula dan lipid darah secara cepat pada pasien diabetes tipe 2. Jika diet sangat rendah kalori dihentikan, dan pasien diberi kembali makanan sesuai pilihanya, biasanya berat badan pasien akan naik kembali. Dengan demikan, diet sangat rendah kalori tampaknya memiliki efek yang terbatas dalam terapi diabetes tipe 2, dan hanya dipertimbangkan, jika diberikan bersama dengan program penurunan berat badan yang terstruktur.

Data menunjukkan bahwa obat-obatan penurun berat badan, dapat bermanfaat dalam terapi pasien overweight, dengan dan berisiko mengamali penyakit diabetes tipe 2, dan membantu penurunan berat badan 5-10% jika dikombinasikan dengan perubahan gaya hidup. Obat-obatan ini hanya boleh diberikan pada pasien diabetes dengan BMI > 27,0 kg/m2.

Bariatric surgery dapat menjadi salah satu terapi yang efektif, untuk menurunkan berat badan pada pasien obesitas dan dapat dipertimbangkan pada penderita diabetes, yang memiliki BMI > 35 kg/m2. Studi meta analisis menunjukkan, 77% penderita diabetes tipe 2 mengalami resolusi diabetes secara total (normalisasi kadar giula darah tanpa menggunakan obat-obatan sama sekali), dan diebetesnya sembuh atau membaik pada angka 86% kasus.

Dalam studi Swedish obes subjects dilakukan follow up 10 tahun, pada mereka yang menjalani pembedahan bariatric. Sebanyak 36% subject dengan diabetes mengalami resolusi diabetes, dibandingkan 13% pada kelompok control.  Semua farktor risiko kardiovaskuler kecuali hiperkolesterolemia, juga mengalami perbaikan pada paein yang mendapat terapi bedah bariatric.

Peran Nutrisi pada Diabetes3

Rekomendasi nutrisi dan intervensi untuk mencegah diabetes

Pada mereka yang berisiko tinggi mengalami diabetes tipe 2, program yang menekankan perubahan gaya hidup. Seperti, penurunan berat badan secara moderate (7% berat badan) dan aktivitas fisik teratur atau rutin 150 menit perminggu, dengan strategi diet yang meliputi; penurunan kalori serta, asupan lemak dari makanan, dapat menurunkan risiko berkembangnya diabetes. Hal ini sangat dianjurkan.

Menurut dr. Imam, mereka yang berisko tinggi mengalami diabetes tipe 2, harus didorong untuk mengonsumsi serat (14 g serat/100 kkalori), dan makanan yang mengandung gandum utuh (setengah dari asupan gandum). Saat ini, belum ada bukti yang cukup dan konsisten bahwa diet rendah glikemik dapat menurunkan risiko diabetes. Oleh sebab itu, makanan dengan indeks glikemik rendah yang kaya akan serat dan nutrient penting lainnya perlu dianjurkan.

Studi observasi menunjukkan, konsumsi alcohol secara moderate dapat menurunkan risiko diabetes. Bukan berarti bahwa konsumsi alcohol dianjurkan, untuk mereka yang berisiko mengalami diabetes.

Untuk DM tipe 1, tidak ada rekomendasi nutrisi yang dapat mencegahnya. Meski sampai saat ini belum ada data yang cukup untuk memberikan rekomendasi spesisifk dalam mencegeha DM 2 pada dewasa muda, tak ada salahnya  mengaplikasikan pendekatan yang terbukti efektif pada orang dewasa. Tentunya, selama kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembanagan tetap terjaga.

Pentingnya pencegahann DM tipe 2 ditandai dengan meningkatnya prevalensi diabetes secara drastic, di seluruh dunia. Faktor genetic tampaknya merupakan faktor penting dalam terjadinya diabetes tipe 2. “Meski demikian, perubahan gen pada polupasi pergeserannya sangat lambat. Epidemic diabetes yang terjadi saat ini, cenderung lebih merefleksikan perubahan gaya hidup yang menyebabkan diabetes,” jelasnya. Perubahan gaya hidup ini memiliki cirri: peningkatan asupan energi dan penurunan aktivitas fisik, yang bersama-sama menyebabkan over weight dan obesitas. “Obesitas merupakan faktor risiko kuat untuk terjadinya diabetes,” tambahnya.

Beberapa studi menunjukkian, potensi penurunan berat badan bertahap secara moderate dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 secara bermakna, tanpa melihat apakah berat badan dicapai melalaui perubahan gaya hidup saja atau dengan terapi lain, seperti obat-obatan atau bariatric surgery. Olahraga dengan intensitas sedang mau pun berat, dapat memperbaiki sensitifitas insulin, menurunkan berat badan dan menurunkan risiko diabetes tipe 2.

Percobaan klinis yang dilakkukan pada Finnish Diabetes Prevention Study, dan The Diabetes Prevention Program (DPP) di Amerika Serikat, memberikan hasil yang mendukung potensi penurunan berat badan sedang dalam menurunkan risiko DM tipe 2. Intervensi gaya hidup pada kedua percobaan ini, menekankan perubahan gaya hidup termasuk penurunan berat badan (7% berat badan) dan aktivitas fisik teratur (150 menit /minggu), dengan strategi diet untuk menurunkan asupan lemak dan kalori.

Pada studi DPP, subjek pada kelompok yang mendapat intervensi gaya hidup diketahui memiliki asupan lemak sekitar 34% pada base line, menjadi 28% setelah intervensi selama 1 tahun. Kebanyakan subjek pada kelompok intervensi gaya hidup berhasil melakukan aktivitas fisik sedang 150 menit per minggu. Selain mencegah diabetes, intervensi gaya hidup DPP mampu memperbaiki beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti dislipidemia, hipertensi dan penanda inflamasi. Analisis dari studi DPP mengindikasikan bahwa intervensi gaya hidup bersifat cost effectiveness.