Ethicaldigest
dr. azzaky amrizal Sp.PD

Dr. Azzaky Sp.PD

Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman juga yang membuat seseorang menentukan langkah perjalanan hidup dan karirnya. Seperti yang terjadi pada  dr. Azzaky Sp.PD. Pengalaman merawat kakeknya hingga tutup usia pada 2011 karena stroke menguatkan tekadnya untuk menggeluti bidang geriatri. Hingga mendudukinya sebagai ketua tim dan POKJA geriatri RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten.

Selama tujuh tahun, kakeknya (Buya H. Hasnawi Karim) menjalani perawatan di rumah. Dalam kurun waktu 2003-2009, dr. Azzaky hanya bisa memantau perkembangan dari jauh. Karena masih berkuliah S1  di FK Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Tapi, setelah lulus dan bekerja di RS di Padang, dia turun merawat langsung kakeknya, hingga meninggal di usia 86 tahun.

“Kakek suka sekali mengobrol dengan saya, menceritakan pengalaman masa mudanya, ketika beliau masih menjadi tentara dan ulama,” kenang suami dr. Dian Andalina Putri itu. “Setelah saya bekerja di RS, saya biasa diajak beliau ke teras rumah dan beliau bercerita masa kejayaannya dulu. Beliau sangat bangga saya jadi dokter. Cuma saya satu-satunya cucu beliau yang jadi dokter,” tambahnya.

“Saya rasa orang lansia perlu mendapat perhatian lebih. Selama ini banyak orang menyepelekannya karena alasan tua, sudah saatnya meninggal dan sebagainya,’ kata lulusan FK UGM 2009 ini.

Di RSUP dr. Soeradji, sebelum dia masuk tahun 2016, klinik geriatri merupakan “lahan gagal”. Direksipun akhirnya mencari sosok yang  dianggap tepat dan bisa untuk merubahnya. “Alhamdulillah berkat dukungan semua pihak, saya berhasil menaikkan nama layanan geriatri sampai menjadi layanan unggulan dan dikenal luas secara nasional, dan diakui Menkes Prof Nila waktu itu,” kata dr. Azzaky dengan bangga.

Konsep layanan geriatri di RSUP dr. Soeradji adalah layanan satu atap dengan core atau inti pelayanan adalah internis dan neurologi. Spesialis-spesialis lain harus mau datang ke poli geriatri apabila pasien dikonsulkan. “Jadi prinsipnya ramah lansia dan lansia dilayani sebaik mungkin. Bukan lansianya yang ke poliklinik lain,” ucap dr. Azzaky.

Untuk melakukan hal tersebut, dr. Azzaky harus merangkul sejawat dari berbagai spesialisasi untuk mau terlibat dengan konsep ini. “Kemudian saya juga menjalin kemitraan dengan berbagai paguyuban lansia termasuk yang berada dalam wadah PWRI (persatuan wredatama republik indonesia),” kata pria yang yang gemar membaca, nonton dan traveling ini. “Saya juga sering diundang on air di tv dan radio, sekalian saya promosikan layanan RS, terutama geriatri,” tambahnya.

Usahanya ini membuahkan hasil, jumlah pasien meningkat pesat. Dan, dari kuisioner yang dibagikan kepada pasien  diperoleh bahwa poli geriatri dianggap layanan yang paling memuaskan dan menjadi percontohan nasional. Banyak rumah sakit yang melakukan studi banding.”Yang hebat, RSPAD (RS Pusat Angkatan Darat)Gatot Subroto, jauh-jauh datang dari Jakarta untuk mencontoh,” katanya.

Masih banyak tantangan yang dihadapi kedokteran geriatri. Pelayanan lansia selama ini masih dianggap tidak memberikan keuntungan bagi rumah sakit. Lansia juga sering diberikan banyak obat atau polifarmasi, apalagi di era BPJS , sehingga dianggap tidak menguntungkan untuk pendapatan rumah sakit. Masalah lainnya adalah masih banyak lansia tidak mendapatkan pendampingan. Bahkan, banyak anak terkesan menelantarkan orang tuanya, sehingga akses ke pelayanan kesehatan terbatas. “Jadi masih banyak pekerjaan rumah kita,” kata dr. Azzaky

“Saya berharap layanan geriatri di Indonesia bisa semakin maju. Dan dilihat sebagai hal yang sangat penting. Karena kita semua ingin hidup sampai tua dan melihat anak cucu semua bahagia,” tutup dr. Azzaky