Ethicaldigest

Nutrisi Optimal Pada Hiperemesis Gravindarum Untuk Masa Depan Anak

Nutrisi optimal saat kehamilan dan di awal kehidupan berpengaruh besar pada masa depan anak. Terlebih pada hiperemesis gravindarum, wanita hamil butuh mendapatkan nutrisi optimal

Penurunan asupan kalori tampak memiliki efek multigenerasi. Stein dan Lumey tahun 2000 melaporkan, wanita yang mengalami kelaparan di akhir masa gestasi, memiliki bayi dengan dengan berat lahir rendah. Sementara wanita yang terpapar kelaparan di awal masa gestasi, dengan nutrisi mencukupi di akhir kehamilan, memiliki bayi dengan berat lahir lebih tinggi.

Dalam studi Fejzo dan kawan-kawan tahun 2009, wanita dengan hiperemesis gravidarum mengalami penurunan berat badan 15%, peningkatan risiko mengalami sakit kandung empedu, disfungsi hati, nyeri otot, perdarahan retina, PTSD dan waktu rekoveri yang lebih panjang. Sebanyak 20% pasien dalam penelitian ini melaporkan keguguran; sepertiganya terjadi di trimester kedua. Juga didapatkan adanya gangguan perilaku pada anak-anak.

Mengoptimalkan Asupan Nutrisi

Risiko yang bisa timbul akibat ketidakcukupan asupan nutrisi di tiga trimester, menekankan pentingnya mengoptimalkan asupan nutrisi untuk pasien dengan hiperemesis gravidarum. Ini bisa diatasi dengan pemberian suplemen oral, pada sebagian besar kasus. Jika penurunan berat badan dan asupan nutrisi tetap tidak cukup, pengobatan harus dioptimalisasi, dehidrasi diperbaiki dengan hidrasi intravena, atau suplementasi enteral atau parenteral.

Sulit membandingkan hasil akhir pengobatan, karena tidak ada penelitian menyelidiki keparahan penyakit dan kegagalan pengobatan. Tapi, mengoptimalkan terapi medis lebih disukai jika berhasil. Tahun 2008, Holmgren, Aagaard-Tillery, Silver, Flint Porter & Varner membandingkan dan melihat 94 pasien dengan hiperemesis gravidarum, yang ditangani dengan PICC, NG/ND atau pengobatan farmakologis saja dan menemukan outcome neonatal serupa. Tapi, sekitar 66% pasien yang dipasangi kateter, harus diobati akibat infeksi atau trombosis. Kelompok pegobatan tidak diacak, tapi pemberian pengobatan efektif ini adalah metode paling aman.

Suplementasi enteral dapat dilakukan dengan memasangkan nasogatrik, nasojejunal, nasoduodenal, gastrotomi perkutan atau jejunostomi PEG. Suplementasi enteral memiliki komplikasi yang lebih rendah, dibandingkan nutrisi parenteral. Dalam beberapa penelitian, satu-satunya komplikasi yang dilaporkan adalah tube dislodgement. Saha, Loranger, Pricolo & Degli-Esposti tahun 2009 melaporkan serangkaian laporan kasus, dari lima pasien dengan hiperemesis gravidarum yang diobati dengan NJ tubes, dan satu-satunya komplikasi adalah 2 tube dislodgement. Vaisman, Kaidar, Levin & Lessing tahun 2004 melaporkan 11 pasien dengan hiperemesis gravindarum, yang mendapat makan melalui neso jejuna. Tidak ada komplikasi selain dua pasien mencabut selang karena muntah, dan satu penyumbatan pada selang.

Kekurangan pemberian makanan secara enteral, perlu tindakan operasi untuk pemasangan selang gastrotomi dan pemasangan selang nasogastrik/nasojejunal dapat ditoleransi dengan buruk pada beberapa pasien. Beberapa pasien lain melaporkan perbaikan gejala hiperemesis gravidarum setelah pemasangan selang, dan/atau pemberian makan. Selain itu, pada daerah tertentu, sulit menemukan ahli radiologi, ahli bedah atau spesialis gastroenterology yang mau memasangkan selang pada wanita hamil. Suplementasi parenteral juga efektif, tapi risiko infeksi lebih tinggi daripada pengobatan lainnya. Tahun 2009, Nuthalapaty, Beck dan Mabie melaporkan angka komplikasi sebesar 25%, pada pasien yang diberi nutrisi parenteral selama kehamilan dan postpartum. Holmgren dan kawan-kawan tahun 2009 melaporkan, angka aborsi atau trombosis sebesar 66% pada pasien dengan PICC selama kehamilan. Meski risiko dengan nutrisi parenteral cukup signifikan, untuk pasien yang tidak dapat merespon pengobatan secara adekuat dan tidak mentoleransi pemberian makan secara enteral, pemberian nutrisi parenteral adalah satu-satunya pilihan.

Nutrisi Penderita Hiperemesis Gravidarum