Ethicaldigest

Perubahan Hematologi Tingkatkan Risiko Anemia pada Kehamilan

Perubahan hematologi selama kehamilan meruapakan hal yang normal. Kahamilan menyebabkan perubahan fisiologis. Pada masa kehamilan, terjadi peningkatan oksigen, perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan janin, peningkatan suplai darah untuk pembesaran uterus dan peningkatan volume darah, yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar,  dibandingkan dengan peningkatan eritrosit.

Akibatnya, terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Volume plasma meningkat 45-65%, dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 yaitu meningkat sekitar 1000 ml, dan menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal tiga bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.

Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit, konsentrasi hemoglobin darah, dan hitung eritrosit. Tetapi, tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan, dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang terus-menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas “normal”, akan timbul anemia. “Umumnya, ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl, atau hematokrit kurang dari 33 %,” jelasnya.

Ada pun perubahan hematologi pertama yang terjadi selama perkembangan kekurangan besi, adalah deplesi cadangan zat besi. Cadangan besi wanita dewasa mengandung 2 gram, sekitar 60-70% berada dalam sel darah merah yang bersirkulasi, dan 10-30% adalah besi cadangan yang terutama terletak di hati, empedu, dan sumsum tulang. Deplesi cadangan besi kemudian diikuti dengan menurunnya besi serum dan peningkatan TIBC, sehingga anemia berkembang (Bakta, 2006). Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg, untuk mencukupi kebutuhan:

  1. Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncaknya pada 32 minggu kehamilan.
  2. Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.
  3. Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg.
  4. Sekitar 190 mg hilang selama melahirkan.

PENYEBAB ANEMIA PADA KEHAMILAN