Ethicaldigest

Obat Maag dan Resiko Kanker Esophagus

Proton Pump Inhibitor telah digunakan sebagai penekan asam lambung selama bertahun-tahun. Penggunaannya dalam tatalaksana dispepsia, perdarahan lambung dan GERD terbukti efektif. Namun, dalam penelitian terbaru, PPI dihubungkan dengan kanker esophagus.

Penelitian yang dipublikasikan secara online di Cancer Epidemology, edisi 22 Februari 2018, memperlihatkan bahwa terapi rumatan PPI jangka panjang berhubungan dengan peningkatan risiko kanker esophageal. Bahkan pada pasien yang menggunakan PPI untuk indikasi, yang tidak berhubungan denganj kanker esofageal.

Dalam penelitian ini, data dari 4 registry nasional di Swedia digunakan untuk mengidentifikasi 796.492 pasien tanpa riwayat kanker, yang terpapar terhadap terapi PPI rumatan antara 2005 dan 2014. Sebagian besar wanita (58,5%), dan 34% berusia 70 tahun atau lebih.

Indikasi pemberian PPI mencakup terapi rumatan dengan aspirin (34,8%), nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (30,4%), gastroesophageal reflux disease (GERD) (25,3%), gastroduodenitis (13,2%), dan ulkus peptikum (10,0%). Kurang dari 10% partisipan menggunakan PPI untuk indikasi lain.

Peneliti membandingkan kelompok yang menggunakan PPI dengan kelompok dewasa pada populasi umum, dengan jenis kelamin dan usia yang sama. Mereka menemukan, secara keseluruhan SIR untuk esophageal squamous cell carcinoma (SCC) adalah 2,77. Penelitian juga menunjukkan bahwa pada pasien tanpa GERD yang menggunakan terapi rumatan PPI dengan NSAID atau aspirin, SIR untuk EAC adalah 2,74 dan 2,06, secara berurutan.

Analisa komparatif terhadap 20.177 pasien yang hanya menggunakan antagonist reseptor histamine-2 (H2) (seperti) tidak menemukan ada peningkatan EAC (SIR, 0,39) atau SCC (SIR, 0,50).“Temuan ini mendukung hipotesa bahwa hubugan ini diakibatkan PPI, dan tidak berhubungan dengan faktor lain yang mengharuskan pasien menggunakan obat anti asam, “ tulis peneliti dalam publikasinya.

“Untuk menilai generalisasi dan validitas hasil ini, penyelidikan lebih lanjut dengan distribusi faktor risiko kanker esofagus lainnya diperlukan,” catat mereka. “Namun, kami percaya, perlu lebih ketat penggunaan terapi rumatan PPI. Penggunaan jangka panjang PPI harus ditangani dengan hati-hati.”

“Dengan asumsi bahwa 10,7% orang dewasa Swedia memakai terapi rumatan PPI, 5,4% dari semua kasus kanker kerongkongan yang ditemukan pada populasi di negara tersebut selama penelitian, diperkirakan secara konservatif disebabkan penggunaan PPI,” tulis peneliti. Populasi Swedia adalah 9,03 juta pada tahun 2005, meningkat menjadi 9,519 juta pada tahun 2012. Ini bukan pertama kalinya terapi PPI jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Baru-baru ini, Medscape Medical News melaporkan sebuah penelitian di Hong Kong yang menunjukkan bahwa terapi PPI jangka panjang melipatgandakan risiko kanker lambung, setelah dilakukan eradikasi Helicobacter pylori.