Ethicaldigest

Terapi Multimodal ‘Sembuhkan’ Kanker Prostat

Kanker prostat metastasis merupakan pe­nya­kit yang tidak bisa disembuhkan. Kini ada penelitian yang meli­bat­kan 20 pria dengan kanker prostat metastasis stadium dini, yang menunjukkan bahwa pengobatan multimodal secara agresif dengan terapi hormon, operasi dan radiasi bisa mengeliminasi sel kanker, hingga tidak terdeteksi.

Secara keseluruhan, 20% pasien yang diobati bisa men­ca­pai endpoin primer — prostate specific antigen (PSA) ti­dak terdeteksi dan kadar testosterone tidak berbahaya se­la­ma 20 bulan. Para peneliti me­nye­butnya sebagai “no evidence of disease”. Kata me­re­ka,”Endpoin ini tidak bisa dica­pai hanya dengan satu terapi.”

“Memerlukan follow up dalam jangka waktu lebih lama, endpoin ini merupakan lang­kah pertama untuk mene­gak­kan satu paradigma ‘sembuh’, pa­da pasien dengan penyakit metastasis volum rendah,” simpul para peneliti. Penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Urologi edisi April 2017.

Hasil penelitian ini menun­jukkan, 4 dari 15 pasien menca­pai endpoin primer memiliki PSA yang tidak terdeteksi sela­ma 20 bulan, setelah kadar testosteron kembali lagi. Se­banyak 2 pasien tetap memiliki PSA tidak terdeteksi selama 27 dan 46 bulan. Namun, menurut Prof. Dr. Richard Hoffman, pro­fessor kedokteran penya­kit da­lam dan epidemiologi dan Di­rek­tur Divisi Umum Ke­dok­ter­an Internal di Universitas Iowa, “ini hanya surrogate endpoin, bukan suatu kesembuhan.”

“Ahli onkologi biasanya bicara mengenai sembuh kan­ker, ketika sudah tidak ada buk­ti penyakit selama 5 tahun se­te­lah pengobatan,” kata Hoff­man. “Kita tidak tahu, apakah pendekatan pengobat­an ini menyembuhkan kanker pros­tat, atau hanya memper­besar ha­rap­an hidup.” Meski demikian, ahli lainnya meng­apre­siasi hasil penelitian ini, dan menekankan pentingnya follow up dalam waktu lebih lama.

“Bahkan pada pasien non metastasis berisiko rendah, kita tahu sembuh tidak pernah bisa dicapai selama beberapa dekade paska terapi,” kata Marc Garnick, MD, professor kedokteran di Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston, Massachusetts, AS.

Sekitar 10 tahun lalu, dok­ter umumnya tidak akan mela­ku­kan prostatektomi pada pria dengan dengan kanker Glea­son 9-10, karena ada kemung­kinan pasien-pasien ini akan mengalami mikrometastatik. “Sekarang, kita  mempertim­bang­kan tindakan limfadenek­to­mi pada pria, dengan duga­an dan bukti klinis penyakit me­tastasis,” kata Marc. Bebe­rapa penelitian restrospektif mem­perlihatkan hasil yang sa­ngat baik dari pendekatan ini. 

Penelitian pendahuluan yang dilakukan Dr. O’Shaugh­nessy dan rekan-rekan dilaku­kan terhadap 20 orang, 5 di an­ta­ranya memiliki penyakit oli­go­metastasis M1a (extra­pel­­vic nodal disease) dan 15 memiliki penyakit M1b (penya­kit tu­lang) saat diagnosis. Jum­lah median metastasis ke tu­lang adalah 3 (berkisar dari 1-7).

Skor Gleason adalah 9 atau 10 pada 13 pasien (65%) dan 14 (70%), tumor primer dikla­sifikasikan menjadi T3a atau lebih. Nodus pelvis positif se­ca­ra klinis (N1) terlihat pada 5 (100%) pasien M1a dan 6 dari 15 (40%) pasien dengan M1b. Pasien-pasien ini menjalani peng­obatan multimodal agre­sif, mencakup androgen deprivation therapy (ADT), pros­tatektomi radikal plus pelvic lymphadenectomy (retroperitoneal lymphadenectomy, jika ada nodul retroperitoneal po­sitif), dan stereotactic body radiotherapy.

Peneliti mengatakan bah­wa masing-masing pengobat­an berkontibusi pada hasil. Ham­pir setiap pasien (19 dari 20 pasien) mencapai PSA yang tidak terdeteksi, dengan peng­obat­an multimodal. Termasuk 25% pasien setelah menjalai ADT saja. Selebihnya (50%) mencapai hasil ini setelah ope­ra­si dan 20% lainnya sete­lah radioterapi.

“Ini konsisten dengan la­por­an yang memperlihatkan ke­tidakmampuan terapi siste­mik saja, untuk mengeliminasi pe­nyakit, baik di lokasi utama atau di lokasi metastasis. Dan meng­garisbawahi perlunya meng­obati setiap lokasi kan­ker untuk mencapai endpoin no evidence of disease,” ko­mentar peneliti.