Ethicaldigest

Terapi Obat Ulkus, Mulai dari PPI Hingga Analog Prostaglandin

Terapi obat ulkus pada pengguna OAINS ada banyak jenisnya. Berikut beberapa obat yang umum digunakan pada penderita ulkus karena menggunakan OAINS

Proton Pump Inhibitors

Proton pump inhibitors (PPI) merupakan pilihan obat untuk mencegah gastropati OAINS. Obat ini efektif untuk penyembuhan ulkus, melalui mekanisme penghambatan HCl, menghambat pengasaman fagolisosom dari aktivasi neutrofil, dan melindungi sel epitel serta endotel dari stres oksidatif melalui induksi haem oxygenase-1 (HO-1).

Enzim HO-1 adalah enzim pelindung jaringan dengan fungsi vasodilatasi, anti inflamasi, dan antioksidan. Waktu paruh PPIs adalah 18 jam dan dibutuhkan 2-5 hari, untuk menormalkan kembali sekresi asam lambung setelah pemberian obat dihentikan.

Efikasi maksimal didapatkan pada pemberian sebelum makan. Obat PPI menyebabkan pengurangan gejala klinis dispepsia karena NSAID, dibanding antagonis reseptor H2 mau pun miso-prostol. Lansoprazol dan misoprostol dosis penuh. secara klinis menunjukkan efek ekuivalen. Esomeprazole 20 dan 40 mg meredakan gejala gastrointestinal bagian atas, pada penderita yang tetap menggunakan OAINS.

Ada penelitain yangmenguji efikasi esomeprazole 20 mg satu kali sehari, untuk menurunkan risiko ulkus gastroduodenal terkait penggunaan aspirin dosis rendah jangka panjang. Pada pasien dengan H. pylori negatif, esomeprazole dapat menekan kejadian ulkus hingga hanya 1,4%, dibanding placebo 4,9%. Sedangkan pada kelompok H. pylori positif, esomeprazole dapat menekan kejadian ulkus hingga hanya 2,7, dibandingkan 7,1 pada pasien menggunakan plasebo.

Penelitian lainnya oleh James M Scheiman, dilakukan untuk mencari tahu apakah esomeprazole 40mg atau 20mg satu kali sehari, dibandingkan placebo, lebih baik dalam  menurunkan insiden tukak lambung dalam 26 minggu pengobatan. Penelitian ini dilakukan terhadap pasien yang menggunakan ASA dosis rendah, dan berisiko mengalami tukak lambung.

Total ada 2426 pasien  (52% pria; usia rata-rata 68 tahun). Setelah 26 minggu, esomeprazole 40 mg dan 20 mg secara signifikan menurunkan jumlah pasien yang mengalami ulkus peptikum. Sebanyak 1,5% pada pasien yang menggunakan esomeprazole 40 mg, dan 1,1% pada pasien yang menggunakan esomeprazole 20 mg. Sedangkan pada pasien yang menggunakan plasebo, ada 7,4% yang mengalami ulkus peptikum.

Antagonis Reseptor H2

Dengan struktur serupa dengan histamin, antagonis reseptor H2 tersedia dalam  empat macam obat, yaitu simetidin, ranitidin, famotidin, dan nizatidin. Walau pun setiap obat memiliki potensi berbeda, seluruh obat secara bermakna menghambat sekresi asam secara sebanding, dalam dosis terapi. Tingkat penyembuhan ulkus sama ketika digunakan dalam dosis yang tepat.

Dua kali sehari dengan dosis standard dapat menurunkan angka kejadian ulkus gaster. Selain itu, antagonis reseptor H2 dapat menurunkan risiko tukak duodenum, tetapi perlindungan terhadap tukak lambung rendah. Dosis malam yang sesuai adalah ranitidin 300 mg, famotidin 40 mg dan nizatidin 300 mg.

Penelitian FAMOUS (Famotidine for the prevention of peptic ulcers and oesophagitis in patients taking low-dose aspirin) melibatkan pasien tanpa ulkus atau esofagitis erosive, yang secara acak diberi famotidine 20 mg dua kali sehari (n=204) atau placebo dua kali sehari (n=200).

Di minggu 12, di kelompok yang mendapatkan famotidine ada 3,4% pasien mengalami ulkus, dibanding 15% pasien dari kelompok placebo. Ulkus duodenal terjadi pada 0,5% pasien menggunakan famotidine dibanding 8,5% pada yang menggunakan placebo dan erosive oesophagitis pada 4,4% menggunakan famotidine, dibanding 19,0% yang menggunakan plasebo.

Meski demikian, dalam penelitian lain famiotidine tidak lebih baik dari patoprazole, dalam mencegah kekambuhan ulkus peptikum atau erosi terkait pengunaan aspirin. Dalam penelitian ini terlihat bahwa pada kelompok famotidin, ada 7,7% pasien mengalami perdarahan saluran cerna, dibanding 0% pada kelompok patoprazole. Selan itu, pada kelompok famotidin ada 12,3% mengalami dispepsia rekuren, dibanding 0% yang menggunakan patopazole.

Misoprostol

Misoprostol adalah analog prostaglandin, yang digunakan untuk menggantikan secara lokal pembentukan prostaglandin yang dihambat oleh OAINS. Menurut metaanalisis yang dilakukan oleh Koch, misoprostol mencegah kerusakan GI: ulserasi lambung ditemukan dikurangi secara signifikan dalam kedua penggunaan OAINS kronis dan akut. Sedangkan ulserasi duodenum berkurang secara signifikan, hanya dalam pengobatan kronis.

Dalam studi aplikasi mukosa misoprostol 200 mg 4 kali sehari, terbukti mengurangi tingkat keseluruhan komplikasi OAINS sekitar 40%. Namun, penggunaan misoprostol dosis tinggi dibatasi, karena efek samping terhadap GI. Selain itu, penggunaan misoprostol tidak berhubungan dengan pengurangan gejala dyspepsia.

Ada penelitian oleh Hawkey CJ tahun 1998, yang melibatkan 935 pasien yang memerlukan terapi OAINS, dan mengalami ulkus atau lebih dari 10 erosi (di lambung atau usus dua belas jari atau keduanya). Secara acak kepada pasien  diberikan 20 mg atau 40 mg omeprazole secara oral  di pagi hari, atau 200 μg misoprostol secara oral empat kali sehari.

Di minggu ke delapan, pengobatan berhasil pada 76% pasien yang diberi 20mg omeprazole, 75% dari mereka yang diberi 40 mg omeprazole, dan 71% dari mereka yang diberi misoprostol. Angka kesembuhan ulkus lambung, secara signifikan lebih tinggi pada kelompok yang mendapat 20 mg omeprazole (tapi bukan 40 mg omeprazole), dibanding misoprostol. Sedangkan, angka kesembuhan pasien dengan erosi saja, lebih tinggi pada pasien menggunakan misoprostol.

Lebih banyak pasien dalam remisi selama pengobatan rumatan dengan omeprazole (61%), dibanding misoprostol (48%, P = 0,001), dan dengan salah satu obat dibanding placebo. Ada lebih banyak efek samping pada fase penyembuhan dalam kelompok misoprostol, dari pada kelompok yang diberi 20 mg dan 40 mg omeprazole (59%, 48%, dan 46%).

Rebamipide

Rebamipide diketahui meningkatkan generasi prostaglandin di mukosa dan menghilangkan radikal oksigen bebas, sehingga meningkatkan fungsi protektif dari mukosa lambung. Sebuah penelitian oleh Kim dan kawan-kawan mencoba melihat efektivitas rebamipide dibandingkan misoprostol, dalam mencegah komplikasi gastrointestinal yang diinduksi OAINS pada pasien yang memerlukan terapi OAINS secara kontinyu.

Sebuah penelitian melibatkan 479 pasien; 242 pasien mendapat rebamipide, dan 237 mendapat misoprostol. Setelah 12 minggu, angka kejadian tukak lambung serupa pada kelompok rebamipide dan misoprostol (20,3% vs 21,9%, p=0.6497), berdasarkan analisa ITT. Selain itu, angka kegagalan terapeutik serupa pada keompok rebamipide dan misoprostol (13,6% vs 13,1%, p=0.8580). Skor keparahan total gejala gastrointestinal, secara signifian lebih rendah pada kelompok rebamipide daripada kelompok misoprostol. Sebagai kesimpulan, rebamipide dapat mencegah tukak lambung ketika digunakan bersamaan dengan OAINS, dan dapat menurunkan gejala gastrointestinal terkait pemberian OAINS

Infeksi H. pylori, Penyebab Ulkus Pengguna OAINS