Ethicaldigest

Infeksi H. pylori, Penyebab Ulkus Pengguna OAINS

Infeksi H Pylori merupakan masalah besar bagi saluran pencernaan. Infeksi menyebabkan ulkus dan menjadi satu faktor risiko ulkus pada pengguna OAINS. karena itu, eradikasi infeksi memperbaiki ulkus pada pengguna OAINS.

Terapi antiplatelet berperan besar dalam pencegahan penyakit jantung dan stroke pada pasien berisiko tinggi, termasuk pasien pasca sindrom koroner akut dan pasca intervensi koroner, seperti pemasangan drug eluting stent. “Obat-obatan ini memiliki manfaat mencegah kejadian penyakit jantung. Tapi risiko efek sampingnya, terutama perdarahan saluran cerna, sangat mengkhawatirkan,” kata Prof. dr. Ang Tiing Leong, dari Changi General Hospital, Singapura, pada satu seminar di Jakarta.

Kini penggunaan terapi antiplatelet ganda (dual antiplatelet therapy), dengan mengombinasikan dua obat anti platelet, semakin luas. Terlebih karena efek pencegahannya lebih baik, dibanding ketika obat tersebut digunakan secara monoterapi. “Terapi antiplatelet ganda, yang sebagian besar kombinasi aspirin dan klopidogrel lebih efektif. Tapi, kombinasi ini punya efek samping perdarahan saluran cerna yang lebih besar dibanding, monoterapi,” kata Prof. Ang. “Kita harus mencari cara, untuk mencegah komplikasi ini.”

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna, pada mereka yang menggunakan OAINS atau antiplatelet. Salah satu faktor risiko yang bisa diubah adalah infeksi H. pylori. Faktor risiko lainnya adalah usia diatas 65 tahun, menggunakan OAINS dosis tinggi, riwayat ulkus dan sebagainya. “Pengobatannya tergantung pada jenis faktor risiko, dan seberapa banyak faktor risiko yang dimiliki pasien,” kata Prof. Ang.

Menghitung faktor risiko

Ada tools untuk menghitung risiko perdarahan saluran cerna. Tools ini dikembangkan para peneliti dari Spanyol. Tools tersebut dapat diakses melalui www.asariskcalculator.com. Di sini dapat dimasukkan faktor-faktor risiko, seperti usia, dan obat antiplaelet yang digunakan. Tool ini dapat membantu kita mengkalkulasikan risiko perdarahan saluran cerna.

Eradikasi H. pylori Upaya Pencegahan Ulkus OAINS

Sebagaimana diketahui, infeksi H. pylori meningkatkan risiko terjadinya ulkus lambung pada pengguna OAINS. Jadi, mengeradikasi infeksi beperan menurunkan angka rekurensi ulkus lambung. Ada sebuah penelitian acak melibatkan pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian atas berulang, dengan infeksi H. pylori. Mereka menggunakan aspirin dosis rendah atau naproxen. Penelitian ini melibatkan 400 pasien (250 orang menggunakan aspirin dan 150 menggunakan naproxen).

Di antara yang menggunakan aspirin, kemungkinan terjadinya perdarahan berulang dalam periode enam bulan adalah 1,9% pada pasien yang mendapat terapi eradikasi, dan 0,9% pada pasien yang mendapat terapi omeprazole (perbedaan absolute, 1,0%; 95% confidence interval untuk perbedaannya, –1,9 – 3,9%).

Di antara pengguna naproxen, kemungkinan rekurensi perdarahan adalah 18,8% untuk pasien yang mendapat terapi eradikasi, dan 4,4% pada pasien yang mendapat terapi omeprazole (perbedaan absolut 14,4%; 95% confidence interval untuk perbedaannya, 4,4 – 24,4%; P=0.005).

Di antara pasien dengan infeksi dan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas, yang menggunakan aspirin dosis rendah, eradikasi H. pylori setara dengan pengobatan dengan omeprazole dalam mencegah perdarahan berulang. Omeprazole lebih baik dibanding mengeradikasi H. pylori, dalam mencegah perdarahan berulang pada pasien yang menggunakan OAINS lain, seperti naproxen.

Pada sebuah penelitian prospektif, ada tiga kelompok kohort pengguna ASA (≤160 mg/hari). Kelompok pertama terdiri dari pengguna ASA dengan infeksi HP positif dan perdarahan pada ulkus, yang H. pylorinya telah tereridikasi (n = 249). Mereka melanjutkan penggunaan ASA, setelah ulkus sembuh dan eradikasi H. pylori.

Kelompok kedua terdiri dari pengguna ASA dengan infeksi HP negatif (masa lalu dan saat penelitian),  yang mengalami perdarahan ulkus (n = 118). Mereka mendapat ASA enteric-coated setelah ulkus sembuh. Kelompok ketiga terdiri dari pengguna baru ASA tanpa riwayat ulkus (n = 537).

Angka kejadian perdarahan ulkus (per 100 pasien) pada kelompok dengan H.pylori yang tereridikasi (0,97; 95% confidence interval [CI], 0,53-1,80) tidak berbeda secara signifikan dari kelompok ketiga (0,66; 95% CI, 0.38-0.99). Kelompok dengan infeksi HP negatif memiliki angka kejadian perdarahan berulang yang tinggi (5,22; 95% CI, 3,04-8,96) (rasio angka kejadian, 8,52; 95% CI, 4,29-16,95 vs kelompok ketiga).

Insiden jangka panjang perdarahan ulkus berulang dengan penggunaan ASA rendah setelah infeksi H. pylori dieradikasi. Pengguna ASA tanpa infeksi H. pylori di masa lalu atau saat penelitian, berisiko tinggi mengalami perdarahan berulang. Pemeriksaan infeksi H. pylori dapat digunakan untuk mengelompokkan pasien-pasien berisiko tinggi, yang memerlukan strategi gastroprotektif berbeda.

Terapi Obat Ulkus, Mulai dari PPI Hingga Analog Prostaglandin