Ethicaldigest

Pencegahan NSAID Gastropati: Pemilihan NSAID Berisiko Rendah

Pencegahan NSAID Gastropati dilakukan dengan memilih NSAID dengan risiko perdarahan lambung yang rendah. “Dalam Konsensus Nasional pada dasarnya kita harus selalu mewaspadai peggunaan obat,” kata Prof. Aziz. “Harus ditanyakan kepada pasien pengguna obat-obatan NSAID, anti agregasi, aspirin sampai klopidogrel.” Kemudian distatifikasi berdasarkan faktor risikonya, kemudian dicek apakah ada infeksi kuman H. pylori, yang dianjurkan untuk diobati lebih dulu sebelum mengobati gastropatinya.

Dalam pencegahan NSAID gastropati, ada beberapa pilihan regimen yang yang harus dipertimbangkan; tergantung tinggi rendahnya risiko gastrointestinal dan risiko penyakit kardiovaskuler. Pada orang dengan risko penyakit ardiovaskuler yang rendah dan risiko gastrointestinal rendah, pilihannya adalah NSAID + rebamipide /misoprostol. Untuk risko gastrointestinal moderat, pilihannya NSAID + PPI / rebamipide /misoprostol. Untuk risiko tinggi pilihannya adalah terapi alternative atau penghambat COX2 + PPI/ rebamipide/ misoprostol.

Sedang untuk pasien berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskuler, dengan risiko gastrointestinal yang rendah, pilihannya adalah Naproxen+PPI /rebamipide /misoprostol. Pada risiko moderat pilihannya adalah Naproxen+PPI /ribamipide /misoprostol dan pada risiko tinggi, pilihannya adalah menghindari NSAID atau COX inhibitor; gunakan terapi alternatf.

Konsensus Nasional menyatakan bahwa penggunaan NSAID (termasuk penghambat selektif cox 2 dan NSAID tradisonal) bersamaan dengan ASA dosis jantung, dapat meningkatkan risiko komplikasi saluran cerna. Karena itu. harus diberikan terapi gastroprotektif  pada pasien berisiko.

Asam asetilsalisilat (acetylsalicylic acid)

ASA memilik risiko komplikasi saluran cerna yang tinggi. Konsensus Nasional menyebutkan, penggunaan ASA dosis redah dihubungkan dengan 2-4 kali lipat peningkatan risiko komplikasi pada saluran cerna.

Preparasi ASA yang enteric coated atau buffered, tidak menurunkan risiko perdarahan. Risiko komplikasi saluran cerna meningkat, bersaman dengan peningkatan dosis ASA. Jumlah kejadian cidera mukosa lambung, serupa antara aspirin plain dan coated pada subyek sehat.

Kombinasi antara ASA dan terapi antikoagulan (mencakup UFH, LMWH, warfarin), dihubungkan dengan perdarahan extrakranial dan sebagian besar berasal dari perdarahan saluran cerna bagian atas. Pasien yang mendapat kombinasi ini, juga harus mendapatkan PPI secara bersamaan. Jika warfarin ditambahkan pada ASA+clopidogrel, target INR adalah 2-2,5.

Penggantian klopidogreal dengan ASA, bukan strategi yang dianjurkan  untuk menurunkan risiko perdarahan  ulkus berulang pada pasien berisiko tinggi dan tidak inferior terhadap kombinasi ASA plus PPI. Pemberian terapi kombinasi klopidogrel dengan omeprazole, harus dilakukan dengan hati-hati.

Kombinasi kopidogrel dengan terapi warfarin, berisiko lebih tinggi menyebabkan perdarahan, dibanding monoterapi. Penggunaan kombinasi antiplatelet dengan terapi antikoagulan, harus dipertimbankan pada kasus-kasus di mana manfaatnya bisa melebihi risikonya.

Publikasi Jesper dan kawan-kawan menunjukkan, kombinasi aspirin dan klopidogrel berisiko perdarahan gastrointestinal sangat tinggi dibanding aspirin + walfarin, monoterapi walfarin, aspirin dan klopidogrel.

Peran H. pylori

Konsensus menyebutkan bahwa melakukan pengujian dan eradikasi H. pylori pada pasien dengan riwayat penyakit ulkus, harus dilakukan sebelum memulai terapi NSAID atau antiplaelet. Dalam penelitian Lewd dan kawan-kawan diketahui, infeksi H. pylori dihubungkan dengan peningkatan risiko tukak lambung. Dan, ada hubungan signifikan antara NSAID dan H. pylori.

Penghentian terapi antiplateet

Pertimbangan untuk menghentikan pemberian ASA pada kasus perdarahan ulkus akut, harus dibuat berdasar pertimbangan individual, berdasarkan risiko jantung dan pemeriksaan saluran cerna untuk melihat potensi terjadinya tombosis dan hemoragik. Tidak ada bukti bahwa anti platelet non ASA, seperti klopidogrel akan menurunkan risiko pedarahan pada pasien dengan ulkus aktif.

Terapi endoskopi harus dilakukan pada pasien berisiko tinggi mengalami penyakit kadiovaskuler yang menggunakan terapi antiplatelet ganda, dan dilakukan bersamaan antara kardiologis dan endoskopis. Saat akan menghentikan pemberian terapi antiplatelet, harus dipertimbangkan antara risiko perdarahan dan trombosis.

NSAID Gastropati, Patofisiologis dan Faktor Risikonya