Banyak suplemen dan vitamin beredar di pasaran. Ada yang terbukti dapat memberi manfaat bagi kesehatan kardiovaskular.
Penelitian acak terkontrol oleh Edgar R. Miller III, MD., PhD., dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat, melibatkan ribuan responden yang diberi vitamin dan plasebo. Studi tersebut tidak menemukan bukti kuat bahwa suplementasi vitamin, bermanfaat positif pada kesehatan jantung. Riset yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine tersebut menyatakan, suplemen tidak efektif dan tidak perlu; kecuali omega-3.
Hal yang sama diungkapkan dr. Johan Winata, SpJP (K), FIHA, dari RS Pondok Indah-Puri Indah, Jakarta. Katanya,”Banyak makanan atau suplemen yang dikatakan mampu melindungi jantung. Yang paling banyak buktinya adalah omega-3 pada minyak ikan, dan omega-6 pada olive oil. Konsumsi 1-2 sendok makan/hari olive oil, terbukti dapat melindungi jantung.”
Vitamin C sempat disebut-senut dapat melindungi jantung, tetapi pada penelitian selanjutnya tidak terbukti. Vitamin E kalau jumlahnya berlebihan justru tidak bagus. Suplementasi vitamin E dosis tinggi dapat meningkatkan risiko gagal jantung, stroke hemoragik dan total mortalitas. Studi observasi Daniele Pastori, dkk., pada 566 pasien dengan rerata usia 73,6 tahun menyimpulkan, serum vitamin E meningkatkan kejadian hemoragik pada populasi fibrilasi atrium nonvalvular (NVAF), yang mendapat perawatan menggunakan warfarin. The American Heart Association tidak menyarankan suplementasi vitamin E untuk mencegah penyakit kardiovaskular; sebaiknya pilih makanan yang kaya vitamin, antioksidan dan nutrisi lainnya.
Untuk vitamin C, beberapa penelitian kohort menyatakan tidak ada manfaat yang signifikan, untuk kesehatan kardiovaskuler. Penelitian lain menyatakan, ada keuntungan ringan sampai moderat. Lee D, Folsom AR, et al., dalam American Journal of Clinical Nutrition (2004) malah menyatakan, ada peningkatan risiko kardiovaskuler akibat suplementasi vitamin C. Juga saat dikonsumsi dalam dosis 1000 mg/hari, yang adalah separuh dari dosis yang direkomendasikan.
Omega 3
American Heart Association merekomendasikan orang dewasa, untuk mengonsumsi setidaknya dua porsi/minggu makanan sumber omega-3, seperti ikan salmon, makarel atau trout. Hubungan omega-3 dan efek pelindung jantung, pertama kali ditemukan Jørn Dyerberg, MD, DMSc, tahun 1970-an. Ia dan tim meneliti, kenapa orang Eskimo di Greenland yang mengonsumsi makanan tinggi lemak – sebagian besar dari ikan dan anjing laut – memiliki angka kematian terendah akibat penyakit jantung.
Studi tersebut dipublikasikan di The Lancet dan The American Journal of Clinical Nutrition. Diketahui, asam lemak omega-3 membantu menurunkan tensi darah, detak jantung istirahat, risiko aritmia, kematian mendadak dan trigliserida. Omega-3 juga terbukti memperbaiki rasio HDL/LDL kolesterol dan menurunkan risikonya berkembang menjadi sindrom metabolik.
VITAL (The Vitamin D and Omega-3 Trial) menyatakan, terdapat 386 kejadian kardiovaskuler mayor (serangan jantung, stroke atau kematian akibat penyakit kardiovaskular) pada partisipan yang mendapat suplemen omega-3, dibandingkan 419 kejadian di kelompok plasebo. Pengurangan 8% tersebut tidak signifikan. Tetapi setelah diteliti lebih detail, hasil ini disebabkan karena hampir seluruhnya mengalami pengurangan serangan jantung tanpa stroke.
Secara khusus, intervensi asam lemak omega-3 menurunkan risiko serangan jantung sebesar 28% dan risiko serangan jantung fatal hingga 50%. Tetapi tidak memiliki manfaat pada stroke atau kematian kardiovaskular yang tidak terkait dengan penyakit jantung. Asam lemak omega-3 juga mengurangi jumlah prosedur angioplasti hingga 22%.
Riset VITAL tersebut dilakukan pada 25.871 orang dewasa (12.786 laki-laki rerata usia 50 tahun, dan 13.085 wanita usia >55 tahun). Dampak terbesar dirasakan pada partisipan dengan asupan omega-3 rendah (<1 ½ porsi per minggu; satu porsi adalah 3-4 ons) dan ras Afrika Amerika. Suplementasi omega-3 menurunkan kejadian kardiovaskular mayor sebanyak 19%, termasuk pengurangan 40% risiko serangan jantung dan kematian dini oleh sebab lain. Pada ras Afrika Amerika, omega-3 mengurangi serangan jantung hingga 77%.
Koenzim Q10
Kolesterol tinggi adalah risiko mayor bagi penyakit kardiovaskular. Bersamaan dengan modifikasi pola makan dan aktivitas fisik, pasien kerap mendapat resep statin – untuk membantu menurunkan kadar kolesterol. Bersamaan dengan penurunan kadar kolesterol, statin bisa mengurangi jumlah koenzim Q10.
Koenzim Q10 (CoQ10) larut dalam lemak. Ditemukan di seluruh membran sel, termasuk membran mitokondria. Ia berperan penting pada proses oksidasi fosforilasi mitokondria dan produksi adenosin trifosfat (ATP). Sebagai bagian dari rantai transportasi elektron mitokondria, koenzim Q10 menerima elektron dari pengurangan setara, yang dihasilkan selama metabolisme asam lemak dan glukosa, kemudian mengirimnya ke akseptor elektron.
Pada saat yang sama, koenzim Q10 berkontribusi untuk mentransfer proton (H+), dari matriks mitokondria ke ruang antar membran, menciptakan gradien proton melintasi membran mitokondria bagian dalam. Energi yang dilepaskan ketika proton mengalir kembali ke interior mitokondria, digunakan untuk membentuk ATP.
Dalam bentuk CoQ10H2, koenzim Q10 berperan sebagai antioksidan yang melindungi dinding sel dan lipoprotein dari oksidasi. CoQ10H2 ditemukan mempu menghalangi peroksidasi lemak, saat membran sel dan LDL terekspos pada kondisi oksidasi. Ketika LDL teroksidasi, CoQ10H2 merupakan antioksidan pertama yang dipakai. Ernster L. dkk., dalam Bio-chimica et Biophysica Acta (1995) menjelaskan, dalam mitokondria, koenzim Q10 melindungi membran protein dan mitokondria DNA dari kerusakan oksidasi, yang terjadi bersamaan dengan peroksidasi lemak. Ini bermanfaat pada kesehatan kardiovaskuler.
Pada pasien gagal jantung kongestif, suplementasi CoQ10 mampu menurunkan derajat keparahan penyakit; meningkatkan parameter fungsional seperti cardiac output, stroke volume dan fraksi ejeksi tanpa efek samping. Studi Q-SYMBIO meneliti 420 pasien yang mendapatkan CoQ10 (10 mg tiga kali sehari) atau plasebo. Subyek dipantau selama 2 tahun.
CoQ10 signifikan mengurangi peristiwa kardiovaskular mayor dalam jangka panjang hingga 43%. Sebagai tambahan, pada minggu ke 106 kelompok yang mendapat suplemen CoQ10 mengalami perbaikan NYHA function class 1 tingkat, penurunan serum NT-proBNP (N-terminal pro-brain natriuretic polypeptide) hingga 60%. Terjadi pengurangan kematian kardiovaskular yang signifikan (9%, n=18 vs 16%, n=34), dan lamanya perawatan di rumah sakit (8%, n=17 vs 14%, n=31). Studi ini dilakukan James J DiNicolantonio dari Saint Luke’s Mid America Heart Institute, Amerika Serikat.
Kurkumin
Dalam tiap tahapan aterosklerosis terjadi proses inflamasi. Terapi anti-inflamasi mampu menurunkan bencana kardiovaskular. Kurkumin (Rizome Curmuma longa L) memiliki manfaat anti-inflamasi. Pigmen kuning fenolik dari kurkumin atau kunyit (kurkuminoid dan kurkumin) dilaporkan mempunyai sifat antioksidan, anti-inflamasi, antikarsinogenik dan hipokolesterolemik. Menurut Jobin C, Bradham CA, et al., kurkumin menghambat sinyal di atas NIK, tetapi di bawah junction jalur sinyal TNF dan IL-1b. Hambatan kurkumin mungkin dimediasi oleh penghambatan sitokin, yang diinduksi oleh respons second messenger terhadap aktivasi NIK, dan/atau penghambatan sinyal transmisi TRAF/RIP masing-masing dari jalur TNF dan IL-1b.
Sebagai efek anti-inflamasi, kurkumin menghambat aktivasi faktor transkripsi NF-kB, pada tahap sebelum fosforilasi lkB. Kumar dkk., melaporkan, kurkumin menghambat adesi monosit terhadap sel endotel dan ekspresi intracellular adhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) dan endothelial adhesion molecule-1 (ELAM-1).
Kurkumin juga memiliki efek anti-aterogenik. Studi oleh Ramirez-Tortosa, dkk., melaporkan, ekstrak ZCL4 kunyit menurunkan LDL kolesterol teroksidasi dalam serum. Ekstrak ZCL4 200mg/hari diberikan pada laki-laki berusia 27-67 tahun, selama 45 hari. Di akhir studi terdapat penurunan bermakna kadar peroksida lipid serum. Percobaan juga dilakukan pada 30 responden sehat berusia 40-90 tahun. Mereka mendapat dosis kurkumin yang sama, selama 60 hari. Didapatkan penurunan peroksida lipid antara 25-50%.
Efek kurkuma terhadap risiko kardiovaskular, tidak terbatas hanya pada efek antioksidan. Penelitian terhadap sukarelawan menunjukkan, asupan hidroalkoholik kurkuma menurunkan kadar fibrinogen plasma yang mengikat, yang berperan penting pada pembentukan thrombus dan serangan jantung/stroke.
Riset di Indonesia dilakukan oleh Idrus Alwi dkk., pada 75 pasien sindroma koroner akut (SKA) yang dirawat di ICCU. Peneliti ingin melihat efek ekstrak kurkumin konsentrasi tinggi, dengan dosis eskalasi (rendah, sedang, tinggi) pada faktor metabolik, serta respons inflamasi selama 2 bulan. Pada penelitian tersebut kurkumin dosis rendah cenderung menurunkan kolesterol total serta LDL, dan meningkatkan HDL kolesterol, dibandingkan dosis sedang/tinggi. Terdapat kecenderungan penurunan gliko Hb, dan hsCRP (high-sensitivity C-reactive protein) yang bermakna dalam bulan pertama, setelah pemberian ekstrak kurkumin dosis rendah. (jie)