Sistim Skoring Atrial Fibrilasi yang ada saat ini bisa membantu mengidentifikasikan pasien berisiko stroke. Secara umum, risiko stroke pada pasien atrial fibrilasi adalah 15% /tahun. Berkisar 1,5% pada kelompok usia 50 – 59 tahun, dan meningkat 23,5% pada kelompok usia 80- 89 tahun. Rerata insiden stroke dan emboli sistemik lain adalah 5% (berkisar 3-4%). Karena itu, penting mengidentifkasi pasien atrial fibrilasi (AF) yang memiliki risiko tinggi stroke dan tromboemboli.
Dalam praktik sehari-hari, yang lebih penting adalah mengidentifikasi pasien-pasien atrial fibrilasi, yang berisiko rendah mengalami stroke, agar pemberian pemberian obat antikoagulan dan risiko efek sampingnya bisa dihindari. Terapi antitrombotik tidak direkomendasikan pada pasien atrial fibrilasi usia <65 tahun dan atrial fibrilasi sorangan. karena keduanya berisiko rendah mengalami stroke.
Dengan demikian, panduan stratifikasi risiko stroke pada pasien atrial fibrilasi harus lebih inklusif, terhadap berbagai faktor risiko stroke yang umum. Sehingga, dapat mencakup seluruh spektrum pasien atrial fibrilasi.
sistim skoring atrial fibrilasi non vavular, skor CHA2 DS2-VASc direkomendasikan untuk menilai risiko stroke. “Skor ini lebih terbuka pada faktor risiko stroke yang umum, dan lebih dapat dipercaya dalam mengidentifikasi pasien yang benar-benar berisiko rendah, dalam berbagai pengujian pada pasien kohort sesungguhnya,” kata dr. Edwin Setiabudi, Sp. PD-KKV dari FK Universitas Maranatha, Bandung.
Skor CHA2 DS2-VASc mencakup faktor-faktor risiko umum, yang sering ditemukan pada praktik klinik sehari-hari. CHA2 DS2-VASc kepanjangan dari Congestive heart failure, Hypertension, Age ≥75 years (skor 2), diabetes mellitus, stroke history (skor 2), peripheral Vascular disease, Age between 65 to 74 years, Sex Category (female).
Riwayat gagal jantung bukan merupakan faktor risiko stroke. Yang dimaksud dengan huruf ‘C” pada skor CHA2 DS2 VASc, adalah adanya disfungsi ventrikel kiri sedang hingga berat (Left Ventricular Ejection Fraction/LVEF ≤ 40%), atau pasien gagal jantung baru yang memerlukan rawat inap tanpa memandang nilai fraksi ejeksi.
Hipertiroid juga bukan faktor risiko independen stroke pada analisis multivariat. Jenis kelamin perempuan meningkatkan risiko stroke secara independen, tetapi perempuan berusia <65 tahun dan menderita atrial fibrilasi sorangan, tidak berisiko tinggi mengalami stroke. Dengan demikian, tidak memerlukan terapi antikoagulan.
Skor CHA2 DS2-VASc sudah divalidasi pada berbagai studi kohor, dan menunjukkan hasil yang lebih baik untuk mengidentifkasi pasien atrial fibrilasi yang berisiko rendah. Skor ini juga sebaik atau mungkin lebih baik dari skor CHADS2, untuk identifkasi pasien atrial fibrilasi yang akan mengalami stroke dan tromboemboli.
Skor CHA2DS2-VASc juga memperbaiki penaksiran risiko pada atrial fibrilasi risiko rendah pasca-ablasi. Keputusan pemberian tromboproflaksis, perlu diseimbangkan dengan risiko perdarahan akibat antikoagulan. Khususnya perdarahan intrakranial yang bersifat fatal atau menimbulkan disabilitas.
Skor HAS-BLED (Hypertension, Abnormal renal or liver function, history of Stroke, history of Bleeding, Labile INR value, Elderly, dan antithrombotic Drugs and alcohol), telah divalidasi pada banyak studi kohor. Skor ini berhubungan erat dengan perdarahan intrakranial.
Evaluasi risiko perdarahan pada pasien atrial fibrilasi, harus dilakukan. Jika skor HAS-BLED ≥3, perlu diberi perhatian khusus, pengawasan berkala dan upaya untuk mengoreksi faktor-faktor risiko yang dapat diubah.
Skor HAS-BLED tidak digunakan untuk melakukan eksklusi pemakaian antikoagulan, tetapi sebagai panduan sistematis dalam menaksir risiko perdarahan dan memikirkan faktor-faktor risiko yang dapat dikoreksi seperti tekanan darah yang belum terkontrol, penggunaan aspirin atau non-steroid anti-infammatory drugs (NSAIDs), dan sebagainya.
Hal yang penting untuk diperhatikan bahwa pada skor HAS-BLED yang sama, risiko perdarahan intrakranial dan perdarahan mayor lain dengan pemberian aspirin atau warfarin sama saja. Penggabungan skor CHA2DS2-VASc dan HAS-BLED bermanfaat dalam keputusan tromboproflaksis pada praktik sehari-hari.
Terapi Antitrombotik: Antagonist Vitamin K dan Antikuagulan Baru