Ethicaldigest

Manfaat Kedelai pada Obesitas: Peran Liposom Varietas Argomulyo

Manfaat kedelai pada kesehatan sudah dibuktikan di banyak penelitian. Salah satunya pada obesitas. Kegemukan dan kelebihan berat badan merupakan masalah di dunia medis, termasuk di Indonesia. Ionisnya di Negara kita masih terdapat kasus kekurangan gizi. Sebagian besar kasus kegemukan dan kelebihan berat badan, diakibatkan oleh timbunan lemak pada tubuh.

Kelebihan lemak tubuh terbanyak ditimbun pada jaringan lemak bawah kulit (JLBK) atau lapisan subkutan, yang merupakan tempat penyimpan cadangan lemak terbanyak pada tubuh manusia, yaitu sekitar 80-90% total lemak.

Penumpukan lemak pada bawah kulit (JLBK) jika berlebihan akan “bergerak” dan tersimpan dalam jaringan viseral, yang mengakibatkan lemak menumpuk pada jantung, pembuluh darah dan otak. Kondisi ini mengakibatkan berbagai penyakit misalnya jantung koroner, diabetes mellitus atau kanker, yang dapat berujung pada kematian.

Menurut Dr. dr. Reza Yuridian Purwoko, SpKK, saat mempertahankan disertasinya di hadapan tim penguji, Selasa, 15 Maret 2016, “Penumpukan lemak kulit sering dikeluhkan pasien, sebagai keluhan dermatologi estetik.” Mereka mengeluhkan adanya kantung mata, pipi tembam, double chin, lengan menggantung, love handle pada pinggang, perut buncit, selulit, bahkan tumor jinak lemak kulit yaitu lipoma. Juga berbagai kelainan kulit lain, yang disebabkan penumpukan lemak lokal.

Berbagai cara untuk mengatasi penumpukan lemak kulit dapat dilakukan, antara lain dengan  prosedur terapi non invasive dengan pengolesan krim pelangsing, penggunaan alat gelombang cahaya atau radio (ultrasound, RF radiofrequency, kavitasi, laser, pijat pelangsingan, dan HIFU). Sayangnya hasil yang didapatkan kurang memuaskan.

“Penanganan paling cepat adalah dengan liposuction, untuk mengeluarkan lemak dari jaringan bawah kulit. Misalnya dari perut, lengan dan daerah bawah kulit lainnya yang terlihat berlebihan dan mengganggu penampilan serta kesehatan,” jelasnya. Tak jarang, pasien rutin mengeluarkan lemak dengan metode ini setahun sekali, pada lokasi yang sama atau di area yang berbeda. Belakangan, lemak hasil buangan tersebut diketahui bermanfaat dan digunakan sebagai terapi stem cell atau sel punca, asalkan jaringan lemak bawah kulit manusia (SPMJLBK).

Metode pengobatan lain untuk masalah kegemukan yang disukai pasien, terutama yang takut akan tindakan operatif, adalah terapi suntik pelangsingan. Terapi ini terbukti efektif mengurangi ketebalan lemak kulit, setiap kali suntik.

Sayangnya, efektivitas yang baik ini memiliki efek samping serius, seperti: trauma pada kulit disertai infeksi, bercak kemerahan yang diikuti rasa perih, kulit serasa terbakar, nyeri dan sakit saat ditekan. Dalam sebuah penelitian, reaksi peradangan tersebut ternyata akibat obat suntik pelangsing yang mengandung pelarut atau emulsifier yang disebut sodium deoksikolat (SD).

Bahan aktif untuk obat pelangsing, terbuat dari kedelai dengan kandungan zat aktif yang dikenal sebagai fosfatidilkolin (FK). “Ketika FK digabung dengan SD, timbul masalah inflamasi seperti disebutkan diatas,” jelasnya. Hal ini membuat obat suntik pelangsingan FK+SD dengan berbagai merek, belum mendapat izin edar di hampir semua negara, termasuk di Indonesia.

Tahun 2011, dalam sebuah penelitian di Korea, dinyatakan bahwa FK yang berasal dari kedelai  selain menimbulkan efek samping juga dapat mematikan sel lemak melalui apoptosis. Selanjutnya dr. Reza, melakukan penelitian apoptosis dan membuktikan lebih lanjut keamanan obat suntikan penghancur lemak bawah kulit.

Manfaat kedelai sebagai pelangsing telah diteliti oleh dr. Reza. Ia membuat FK kedelai dalam bentuk liposom, sehingga tidak perlu pelarut untuk memasukkan ke kulit melalui penyuntikan. Dari penelitiannya didapatkan bahwa bentuk liposom FK dari kedelai Indonesia varietas Argomulyo, mampu menimbulkan reaksi apoptosis yang menguntungkan untuk pelangsingan dan mencegah obesitas.

Tidak sekeras obat FK kedelai yang mengandung SD atau SD tunggal yang akhir-akhir ini banyak beredar tanpa izin di klinik kecantikan. Atas penelitiannya ini, dr. Reza dikukuhkan sebagai Doktor Ilmu Biomedik. Dengan temuan ini  diharapkan dapat meningkatkan nilai manfaat kedelai sebagai sumber potensi bahan farmasi yang mengandung nilai ekonomi dan mengembangkan suatu sediaan kesehatan terjangkau, efektivitas tanpa efek samping.