Ethicaldigest

Kena Hepatitis B? Berikut Terapi Herbal yang Sudah Teruji

Hepatitis B memiliki prevalensi tinggi di Indonesia. Pengelolaannya masih menjadi tantangan dalam dunia kedokteran modern. ”Hanya sedikit obat konvensional yang bisa menstimulasi fungsi hati dan memberi perlindungan terhadap hati atau membantu regenerasi sel hepatik,” ujar dr. Muhammad Begawan Bestari, Sp.PD-KGEH, dari FK Universitas Padjajaran, Bandung. 

Survey yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI tahun 1995 memperlihatkan, 40% populasi di Indonesia menggunakan pengobatan tradisional; sekitar 70%-nya di daerah-daerah pedesaan. Tahun 1995, ada 281.492 praktisi pengobatan tradisional di Indonesia. Tahun 1999, ada sebanyak 723 produsen obat-obatan tradisional dan  92 industri berskala besar menghasilkan ribuan obat tradisional terdaftar.

Dari segi perundang-undangan, obat herbal diatur dalam undang undang Kesehatan Indonesia tahun 1992. Di sini disebutkan bahwa pengobatan tradisional merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengobatan kuratif dan perawatan. Hal ini sejalan dengan semakin banyaknya pasien yang mencari pengobatan alternative, disamping obat yang diberikan dokter.

Terapi herbal pada penyakit liver

Silymarine

Strader dan kawan-kawan mempublikasikan penelitian mereka tahun 1999. Penelitian ini melibatkan 989 pasien penyakit liver yang berobat ke enam klinik. Dari berbagai jenis obat herbal, sebagian besar menggunakan milk thistle atau silymarine. Demikian juga penelitian HALT-C trial, yang menunjukkan silymarin merupakan obat herbal terbanyak digunakan.

Gagovik dan Kwo mengatakan dalam publikasinya tahu 2009 bahwa silymarine paling banak digunakan pada pasien dengan penyait hati. Pada hepatitis C, dua penelitian berskala kecil memperlihatkan manfaat menurunkan enzim liver, tanpa mempengaruhi vcitral load hepatitis C. pada hepatitis B, silymarin menunjukkan manfaat dalam beberapa penelitian.

Aktivitas hepatoprotektif silymarine telah ditunjukkan berbagai penelitian dari seluruh dunia. Dalam penelitian dengan model hepatektomi parsial, pemberian silymarine meningkatkan sintesis DNA, RNA, protein dan kolesterol. Ini menunjukkan manfaat silymarin dalam regenerasi sel hati. Silymarin juga diketahui melindungi sel hati dari kerusakan akibat iskemia, radiasi dan hepatitis virus.

Silymarine memiliki mekanisme kerja antioksidan, stimulas sintsesis protein, anti inflamasi, anti fibrotik dan mencegah kerusakan hati karena obat-obatan dan toksin. Silymarin memiliki profil keamanan yang sangat baik. Penelitian pada binatang coba dan manusia menunjukkan bahwa silymarin tidak toksin, meski diberikan dalam dosis tinggi >1500mg /hari.

Penelitian Polyak SJ dan kawan-kawan membuktikan efek anti inflamasi dan antiviral dari silymarine. Penelitian ini adalah penelitian in vitro, menggunakan silymarine terstandar. Terlihat bahwa silymarine dapat menghambat TNF alfa pada anti CD3, yang distimulasi transkripsi bergantung PBMC dan NF-kB pada sel Huh7 hepatoma manusia. Silymarine menghambat infeksi sel Huh 7 dan Huh 7.5.1 oleh virus JFH-1. Silymarine menunjukkan efek profilaksis dan terapeutik terhadap virus hepatitis C, dan efeknya lebih baik ketika dikombinasi dengan interferon alfa.

Kurkumin

Herbal lain yang punya efek baik pada penyakit liver adalah kurkumin. ”Efek hepatoprotektor dari tumerik (curcuma longa) atau kandungannya, telah dilaporkan dalam berbagai publikasi ilmiah,” kata dr. Begawan. Tumerik atau yang dikenal dengan nama kunyit, merupakan bumbu masak yang banyak digunakan di Indonsia selama berabad-abad.

Kurkumin sudah sering digunakan untuk peradangan, luka dan gangguan saluran cerna, paru dan hati. Dalam publikasi dari Bharat B dan kawan-kawan, setidaknya ada 10 kegunaan kurkuma dalam dunia medis, antara lain dalam pengobatan diabetes, penyembuhan luka, artritis, fibrosis paru, inflmmatory bowel disease dan sebagainya.

Dalam penelitian-penelitian Bruck dan kawan-kawan yang dipublikasikan tahun 2007 dan Park dan kawan-kawan yang dipublikasikan tahun 2000, kurkumin terbukti memiliki manfaat pada penelitian dengan model binatang dengan cidera hati dan sirosis.

Dalam proses terbentuknya fibrosis, peradangan menyebabkan sel teraktifasi. Teraktifasinya sel meningkatkan HSC (Hepatic Stellate Cell), peningkatan TIMPS (tissue inhibitors of metalloproteinases), peningkatan kolagen dan penurunan kolagenase.

Ketika terjadi resolusi akan terjadi penurunan HSC, TIMPS, kolagen dan peningkatan kolagenase. Satu publikasi oleh A.M Elsharkawy dan kawan-kawan menunjukkan bahwa fibrosis dan sirosis, sangat mungkin untuk direversible (dikembalikan menuju normal).

Ada beberapa efek kurkumin pada HSC, antara lain sebagai antioksidan, anti inflamasi, anti fibrogenik dan anti proliferasi. Dalam penelitian Bruck dan kawan-kawan tahun 2007, kurkumin menghambat fibrosis hepatik pada model tikus dengan menurunkan stress oksidatif dan menghambat aktifasi HSC dan espresi hen kolagen alfa 1(l). Kurkumin juga menginduksi apoptosis dan menghambat aktifasi dan proliferasi HSC.

Kurkumin mencegah pembentukan dan perkembangan matriks ektraseluler dengan menghambat kolagen alfa 1(I), fibronektin dan ekspresi gen actin otot halus alfa. Dan, dengan meningkatkan ekspresi matrix metalloproteinase-2 dan 9 menekan ekspresi CTGF.

Ada penelitian oleh Kim dan kawan-kawan yang dipublikasikan tahun 2013. Penelitian ini menyelidiki manfaat fermented tumeric powder pada gangguan hati. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa fermented tumeric powder secara signifikan menurunkan kadar serum alanine transaminase dan kadar ALT, pada subyek dengan kadar ALT yang tinggi. Efek ini bertahan selama pasien tetap menggunakan pengobatan. FTP dapat ditoleransi dengan baik dan tanpa efek samping signifikan.

Penyakti liver akut

Peneltian oleh oleh Guo Qing Zang dan kawan-kawan  yang dipublikasikan tahun 2000 memperlihatkan, TNF alfa dapat menginduksi apoptosis sel hati yang terinfeksi virus heatitis B atau virus lain. Ini menunjukkan bahwa sel tersebut terinfeksi oleh virus yang terlibat dalam sensitifitas TNF alfa.

Hal ini didukung hasil penelitian Andy Wullaret dan kawan-kawan, yang menunjukkan adanya peningkatan kadar TNF alfa serum dan hepatik pada pasien dengan virus hepatitis B dan C akut dan kronis. Kadar TNF alfa juga meningkat secara signifikan, pada pasien dengan gagal liver fulminant. Lebih lanjut, kadar TNF alfa yang tinggi pada pasien hepatitis alkoholik berperan penting dalam memediasi kerusakan hepatosit dan berkorelasi terbalik dengan peluang hidup pasien.

Sitokin TNF proinlfamasi memiliki peran penting dalam patofisiologi hati, karena memiliki kapasitas menginduksi kematian sel hati dan proliferasi hepatosit. Peran ganda TNF pada hepatosit, merefleksikan kemampuannya untuk menginduksi ekspresi gen bergantung NFkB dan kematian sel. Berbagai penelitian menunjukkan peran penting faktor traskripsi NFkB, dalam menentukan hidup dan matinya hepatosit.

Diketahui bahwa kurkumin dapat meningkatkan ekspresi Hsp 760, sehingga dapat mencegah apoptosis. Di sisi lain, kurkumin terbukti dapat menghambat NFkB yang juga berperan dalam peradangan sel hati. Dengan begitu, kurkumin memiliki efek anti inflamasi.

Terapi Hepatitis B dan Gangguan Ginjal