Ethicaldigest

Indikasi Statin Dosis Tinggi

Statin telah digunakan luas untuk mengatasi dislipidemia. Kombi­nasi dengan obat penurun lipid lain dapat memberikan hasil optimal.

Statin dianggap sebagai pengobatan lipid yang penting. Cara kerjanya menghambat sintesis kolesterol di hati dan meningkatkan ketersediaan re­septor kolesterol low density lipoprotein di hepatosit. Sehingga, obat ini bisa me­ngurangi serum lipoprotein yang atero­genik.Obat ini juga memiliki efek pleiotropik.

“Penelitian Cholesterol Treatment Tria­list menemukan, besarnya manfaat terapi statin tergantung kadar absolute koles­terol LDL serum, dengan perkiraan pe­nu­run­an kejadian vaskuler mayor sebesar seperlima, untuk setiap penurunan 1mmol/L (38,7mg/dL) kolesterol LDL,” kata dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD-Sp.JP, dari FK Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

“Berbagai penelitian lain menun­juk­kan manfaat statin dalam menurunkan semua penyebab kematian, pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler, baik un­tuk pencegahan primer maupun sekun­der,” kata dr. Budi. Dengan profil keamanan yang baik, statin kini digunakan oleh seperempat penduduk dewasa di Amerika Serikat.

Guideline baru dari ACC/AHA tahun 2013 mengidentifikasikan 4 kelompok utama, yang mendapat manfaat statin. Pertama, mereka yang berusia diatas 21 ta­hun, yang sudah tegak diagnose ASCVD (atherosclerotic vascular disease) secara klinis (pencegahan sekunder). Yaitu de­ngan riwayat sindrom koroner akut, angina stabil dan tidak stabil, revaskularisasi ko­roner atau arteri lainnya, stroke, serangan is­kemik transient, atau penyakit arteri perifer.

Kedua, pasien berusia diatas 21 tahun dengan kolesterol LDL >190mg/dL, meru­pakan kelompok yang terdiri dari banyak individu dengan paparan seumur hidup terhadap peningkatan kolesterol LDL akibat faktor genetika. Kelompok ketiga, terdiri dari pasien yang berusia 40 – 75 ta­hun dengan diabetes, tapi tanpa ASCVD dengan LDL 70-189 mg/dL. Kelompok terakhir, adalah mereka yang tidak ASCVD atau diabetes, dengan kolesterol LDL 70-189mg/dL dan diperkirakan risiko 10 tahuh adalah 7,5% atau lebih.

Mereka ini adalah kelompok dimana potensi penurunan risiko ASCVD dari te­rapi statin,  melebihi potensi efek samping­nya; biasanya dianjurkan statin intensitas tinggi atau sedang. Sedang untuk pasien di luar kelompok tersebut, guideline me­ma­hami kalau mereka masih bisa mendapat manfaat, tetapi kurang jelas manfaatnya dibanding kelompok lain.

Penurun Lipid Lainnya Sequestran asam empedu

Penangkap asam empedu telah dipa­kai lebih dari 30 tahun. Mekanisme ker­ja­nya adalah meningkatkan bersihan koles­te­rol dan menurunkan resirkulasi asam empedu. Awalnya, obat ini mengikat asam empedu pada usus halus, sehingga mencegah resirkulasi ke dalam sistim enterohepatik.

Ekskresi asam empedu meningkat hing­ga 10 kali lipat. Karena asam empedu ber­kurang, hati meningkatkan produksi asam empedu dengan memecah kolesterol. Selain itu, reseptor LDL juga meningkat untuk meng­ikat kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada dalam sirkulasi darah menurun.

Asam nikotinat dan derifatnya

Penurunan asam nikotinat mengu­rangi mobilisasi asam lemak bebas dari jaring­an lemak. Senyawa ini sangat efektif me­ningkatkan HDL, menurunkan trigliserida dan kolesterol total. Kadar HDL yang bersirkulasi bisa ditingkatkan dengan dosis 1 gram/hari, tetapi diperlukan 2-6 gram/hari untuk memaksimalkan efek terhadap subtipe lipid lainnya.

Derifat asam fibrat

Fibrat mampu merangsang sintesis oksidasi asam lemak. Efek utama fibrat adalah menurunkan kadar triglisreida dan menurunkan kadar kolesterol LDL yang moderat pada pasien, yang kadarnya meningkat dan meningkatkan kadar HDL.

Penghambat penyerapan kolesterol

Ezetimibe merupakan obat pertama yang menghambat penyerapan kolsterol di usus, dengan cara menghambat secara selektif mekanisme transport pada sel-sel epitel usus halus. Karena jumlah kolesterol yang masuk melalui usus menurun, hati meningkatkan asupan kolesterol dari sirkulasi darah, sehingga kadar kolesterol serum turun.

Kombinasi

Pengobatan kombinasi adalah cara penatalaksanaan lipid yang optimal, de­ngan menggunakan dua macam obat lipid yang mekanisme kerjanya berbeda, ber­sifat selektif, serta ditoleransi dengan baik dan aman bagi pasien. Namun, keba­nyak­an dokter tidak menggunakan. Akibatnya target pengobatan tidak tercapai.

Penggunaan kombinasi dua obat juga terbukti efektif, untuk yang gagal dengan monoterapi. Kombinasi dengan dosis kecil mempunyai efek penurunan lipid lebih besar, dibanding terapi satu obat dengan dosis yang ditingkatkan. Secara umum, kombinasi menurunkan dosis dari masing-masing obat yang digunakan, sehingga memperkecil efek samping.