Ethicaldigest

Penatalaksanaan dan Deteksi Dini Kanker pada Wanita

Peran dokter umum dalam deteksi dini kanker, merupakan upaya tatalaksana paling penting namun sering terabaikan.

“Penatalaksanaan dan Deteksi Dini Kanker Pada Wanita” merupakan tema simposium dokter yang diselenggarakan Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta, 9 April 2016. Acara disambut antusias, ditandai banyaknya peserta yang hadir. Tiga pakar kanker pada wanita dihadirkan, yaitu dr. Dhian Hangesti, SpB(K)Onk, dr. Sigit Purbadi, SpOG(K)Onk, dan dr. Nina ISH Supit, SpRad(K). Sebagai moderator dr. Margareth Gracia. Acara dibuka Direktur RS Pantai Indah Kapuk, dr. Th. Peter Budisusetija, MARS.

Dokter Dhian Hangesti, SpB(K)Onk, membahas Deteksi Dini Kanker Payudara yang notabene merupakan jenis kanker wanita terbanyak di Indonesia. Deteksi dini seperti pengenalan faktor resiko dan SADARI harus dipahami  dokter umum. Wanita yang haid pertama pada usia <10 tahun, menopause usia >50 tahun, tidak pernah melahirkan, melahirkan anak pertama pada usia >35 tahun, tidak pernah menyusui, pernah operasi tumor payudara, ada kelainan pada organ dalam wanita serta riwayat kanker pada keluarga, beresiko terkena kanker payudara.

Deteksi dini memberi outcome lebih baik, karena kanker payudara ditemukan pada fase awal. Deteksi dini dengan perikSA payuDAra sendiRI (SADARI) penting diajarkan kepada pasien. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan  pada hari ke 5-7 setelah menstruasi selesai. Atau dengan pemeriksaan mamografi, pada wanita usia >35 tahun. 

Tumor atau benjolan paling sering ditemukan pada kuadran atas lateral payudara kanan dan kiri. Pengenalan jenis dan sifat tumor penting dalam pemeriksaan fisik diketahui dokter umum, sebagai lini pertama dalam diagnosis kanker payudara. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan, adalah pemeriksaan radiologis berupa USG mammae serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histopatologis, sebagai baku emas dalam penegakan diagnosis dan stadium kanker payudara.

Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan penatalaksanaan seperti pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi dan/atau terapi hormonal. Penatalaksanaan didasarkan pada stadium serta sifat kanker payudara. Tatalaksana pembedahan dilakukan pada stadium yang masih operable. Kemoterapi merupakan terapi sistemik untuk mematikan sel kanker, mengecilkan ukuran tumor dan menghambat metastasis jauh. Dalam tatalaksana kanker payudara, kemoterapi dan terapi radiasi dapat bersifat neoadjuvant dan/atau adjuvant therapy.

            Menurut dr. Sigit Purbadi, SpOG(K)Onk. peran dokter umum dalam deteksi dini kanker kandungan, merupakan upaya tatalaksana paling penting yang sering terabaikan. Beberapa pemeriksaan sederhana seperti pap smear atau inspeksi  menggunakan speculum, bisa dilakukan dokter umum atau dokter Layanan Primer lain. Kanker kandungan yang dibahas antara lain kanker mulut rahim (serviks), kanker vagina, kanker corpus, kanker indung telur (ovarium) dan kanker vulva.

Menurut penelitian terakhir, salah satu penyebab kanker serviks adalah infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Sudah tersedia vaksin untuk memberi kekebalan terhadap virus ini, dengan dosis 3x pemberian tanpa pengulangan berikutnya diberikan terutama pada wanita yang belum pernah berhubungan intim. Kanker vagina jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari. Kanker korpus atau kanker rahim meningkat risikonya pada wanita dengan obesitas, diabetes, nullipara, serta wanita yang tidak terpapar estrogen.

Penegakan diagnosis kanker rahim dilakukan dengan USG transvaginal dan kuretase ditambah biopsi. Kanker ovarium umumnya ditemukan dalam stadium lanjut, sehingga pemeriksaan rutin USG transvaginal dapat disarankan, sebagai upaya deteksi dini. Kanker Vulva jarang ditemukan, namun perlu dipertimbangkan bila ada benjolan atau luka yang tak kunjung sembuh pada vulva. Tatalaksana kanker pada kandungan dapat dilakukan dengan modalitas kemoterapi, radioterapi, atau pembedahan sesuai  stadium serta kondisi pasien.

Menurut dr. Nina ISH Supit, SpRad(K), radiologi berperan sebagai diagnostik (menentukan stadium), menentukan prognosis, evaluasi paska tindakan, serta pemantauan pada kejadian kanker payudara. Modalitas radiologi yang dapat dilakukan, mulai pemeriksaan sederhana berupa foto polos, mamografi, USG duplex, Automated Breast Volume Scan (ABVS), CT Scan, MRI,  sampai tingkat lanjut seperti Positron Emission Tomography Computed Tomography Scan (PET CT-scan).

Pemeriksaan ABVS menggunakan metode ultrasonografi canggih, sehingga dapat dilakukan rekonstruksi bentuk payudara dengan lebih akurat. Pemeriksaan lebih teliti tanpa radiasi, dapat dilakukan dengan MRI untuk mengetahui primer keganasan pada wanita, menentukan prognosis, stadium pada kanker, evaluasi paska operasi, rekurensi tumor, serta evaluasi ukuran tumor, sebagai respon pemberian kemoterapi. Peran radiologi dalam kanker payudara, lebih banyak daripada perannya dalam kejadian kanker ginekologi atau kandungan.

Deteksi dini penting, mengingat makin tingginya angka kejadian kanker pada wanita. Tatalaksana lebih cepat dan tepat diharapkan, untuk meningkatkan angka kesembuhan dan  harapan hidup.