Ethicaldigest

Papua Aman, Dokter Lulusan FKUI tetap Komitmen Layani Masyarakat

Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Jayapura, Papua, 19 September 2019, menyisakan rasa khawatir pada para dokter lulusan FKUI dan keluarganya. “Banyak dokter muda bertanya pada saya, aman tidak jika saya pergi ke Papua,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ary F. Syam Sp.PD, KGEH. “Saya katakan aman.”

Sampai saat ini masih ada lebih dari 30 dokter lulusan FKUI yang tetap bertugas di Papua. “Kita semua tetap semangat melayani masyarakat Papua,” ucap dr. Samuel Baso, Sp.PD, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Jayapura, Papua, pada teleconfrence yang berlangsung di Ruang Senat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 3 Oktober 2019.

Disampaikan oleh dokter yang berkerja di RS Provita Jayapura itu bahwa memang telah terjadi kerusuhan di Wamena, Papua, dan Manokwari, Jayapura, tapi itu hanya sebagian kecil saja dari Papua, dan kejadiannya tidak sebesar yang diberitakan. Dokter-dokterlulusan FKUI lain pun yang menyampaikan kesaksiannya melalui teleconfrence menyatakan Papua, tempat mereka bertugas sudah berangsur kondusif dan mereka tetap semangat melayani masyarakat Papua.

Sebagaimana di beritakan, kerusuhan di Papua membuat dr. Soeko Marsetyo, seorang dokter pegawai tidak tetap (PTT) daerah yang bertugas di Puskesmas Nabunage, Kabupaten Tolikara sejak 2013 meninggal dunia. Pada saat kejadian, dr. Soeko sedang ada keperluan ke Wamena, dan ketika sedang dalam perjalanan kembali, Beliau menemui ajalnya.

Meski demikian, sebenarnya, masyarakat Papua memberikan penghargaan yang tinggi terhadap tenaga medis, sebagaimana diutarakan putra asli Papua, dr. Andreas Pekey, Sp.PD, direktur utama RSUD Nabire, Papua, yang juga alumni FKUI. “Masyarakat sini sangat menghargai para dokter, perawat dan bidan. Karena mereka inilah yang memberikan perawatan ketika masyarakat ada yang sakit,” kata dr. Pikey.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dr. Samuel meminta semua tenaga dokter untuk mengenakan semua atribut dokter, seperti Jas Putih. Ini agar masyarakat bisa mengetahui bahwa mereka adalah tenaga medis. Selain itu, dr. Samuel tetap meminta jaminan keamanan dari pemerintah agar para dokter tetap bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Dr. Pikey menyayangkan bahwa di era kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, penyebaran berita tidak benar atau hoaks menimbulkan masalah disintegrasi di Papua. “Ini harus diklarifikasi,” kata dr. Pikey. Banyak beredar berita mencekam soal kerusuhan di Papua, tapi sebenarnya tidak seperti itu.

Wamena hanya kota kecil di Papua, satu pulau yang luasnya melebihi pulau Jawa. Dr. Rizky Aniza Winanda Sp.KJ, yang bertugas di RS Schoolo Keyen Papua Barat mengatakan bahwa tempatnya tinggal di Sorong sangat aman. Dia menilai pemberitaan di media massa terlalu berlebihan karena tidak seluruh wilayah Papua terjadi kericuhan.

FKUI mengampu FK UNIVERSITAS PAPUA

Selama ini FK Universitas Indonesia memberikan kesempatan anak daerah untuk mengenyam pendidikan di Institusi itu, tidak hanya untuk S1, tapi juga untuk S2 dan S3. Sudah ada beberapa dokter asal Papua, yang lulus ilmu penyakit dalam dari FKUI, termasuk dr. Andreas Pikey Sp.PD. FKUI juga membantu pengembangan Fakultas Kedokteran di Universitas Cendrawasih. Terakhir, FKUI juga mengampu pembentukan FK Universitas Papua. “Kami mengirimkan 5-10 tenaga pengajar  bergantian ke Universitas Papua,” kata dr. Ari.