Ethicaldigest

Prof. Dr. dr. Djajadiman Gatot, SpA(K)

Angka anemia defisiensi besi (ADB) masih tinggi. Anemia Convention 2017 menyatakan 41,8% wanita hamil dan hampir 600 juta anak usia prasekolah dan usia sekolah menderita anemia. Sebanyak 60% wanita hamil dan 50% kasus anemia anak adalah ADB.

Pemerintah dan tenaga medis sudah menggaungkan bahaya anemia. “Informasi sudah kami sampaikan berulang-ulang sejak bertahun-tahun lalu. Tapi, untuk menekan prevalensi ADB hingga 50% belum tercapai,” papar Prof. Dr. dr. Djajadiman Gatot, SpA(K), yang pernah menjabat Ketua Satgas Anemia Defisiensi Besi IDAI. Ia mengharapkan bantuan semua kalangan, sehingga ada kesiagaan tentang masalah defisiensi besi pada usia rentan; mulai bayi, anak, remaja hingga ibu hamil.

“Saat ini saya sedang membimbing mahasiswa gizi. Ia mencoba memakai aplikasi android untuk menyebarkan masalah anemia, khususnya pada remaja. Karena menjelang dewasa, remaja putri mengalami menstruasi. Mereka tidak menyadari, kehilangan darah tiap bulan itu dianggap hal yang biasa.”

Jika kondisi kekurangan besi berlanjut, lama kelaman kadar hemoglobin semakin rendah. Penderita makin pucat, kapasitas untuk belajar, berolahraga dan beraktivitas pun menurun. 

“Kalau kita lihat, prestasi-prestasi atlet kita secara umum tidak begitu bagus. Mungkin mereka kekurangan zat besi. Masalahnya, sedari kecil orangtua tidak pernah memperhatikan dan mencari informasi. Tanggung jawab kita semua, untuk menekan angka kekurangan besi.”

Semua berharap, generasi yang akan datang lebih baik dari generasi saat ini dan sebelum-sebelumnya. “Generasi sekarang ini banyak yang tersangkut KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Semoga generasi ke depan bisa lebih jujur, lebih jernih, karena besinya cukup. Kita berharap  ke depan masyarakat kita menjadi lebih baik,” ujarnya.(jie)