Ethicaldigest

Methoxsalen dan PUVA, Terapi Vitiligo

Methoxsalen adalah salah satu jenis psoralen yang dipakai pada terapi repigmentasi vitiligo. Dipadukan dengan fototerapi akan ‘melukai’ sel kulit dan merangsang regenerasi sel.

Psoralen merupakan zat yang mampu menyebabkan mutasi genetik, dengan cara “menyusup” pada molekul DNA. Jika terekspos sinar ultra violet  bisa membentuk monoadduct dan reaksi silang (covalent interstrand cross-links/ICL) dengan thymine, terutama di situs 5’-TpA dalam genom, dan menginduksi apoptosis.

Terapi psoralen plus sinar ultra violet A (PUVA) bisa dipakai dalam pengobatan kelainan kulit hiperproliferatif, seperti vitiligo dan psoriasi. PUVA adalah terapi yang sudah terstandarisasi secara klinis. Tapi, penelitian Alexandru D, Fancis P, dkk., yang dimuat  dalam Journal of Photoche­mistry and Photobiology (2013) menya­ta­kan, ultra violet B lebih efisien memben­tuk photo­adducts; memiliki efikasi yang lebih baik dan waktu perawatan yang lebih sedikit.  

Methoxsalen sebagai salah satu pso­ra­len, bekerja dengan beberapa meka­nis­me. Pertama, sebagai photosensitizer de­ngan meningkatkan reaksi sel-sel kulit pa­da paparan sinar UVA. Kedua, menstimu­la­si melanosit untuk menggerakkan folikel rambut ke atas dan merangsang pertum­buh­an epidermis. Ketiga, methoxsalen be­ri­katan dengan DNA sel kulit, dan meng­ham­bat sintesis DNA, penggandaan sel , serta mengurangi pembentukan sel kulit baru.  

Terapi PUVA mulai dikenal tahun 1976. Jauh sebelum itu, masyarakat Mesir kuno adalah yang pertama memakai tanam-ta­naman (yang memiliki sifat sama de­ngan psoralen) tertentu untuk mengobati pe­nyakit kulit. Methoxsalen sendiri ada­lah zat yang terkandung dalam biji Gulma Us­kup (Umbelliferae) dan akar Herac­le­um Candicans, yang tumbuh di Asia Tengah.

Dall’Acqua et al., menyatakan methox­salen, dalam terapi PUVA, membentuk ikatan kovalen dengan DNA sel kulit. Terapi PUVA akan menciptakan reaksi peradangan. Gejala erythema atau keme­rah­an kulit muncul dalam beberapa jam, dan baru benar-benar tampak dalam 2-3 hari. Reaksi ini akan bertahan beberapa ha­ri atau minggu. Di sana terjadi perbaikan kulit dengan peningkatan melanisasi di epidermis dan penebalan stratum corneum.

Menurut Prof. Amanda Oakley, dari Department of Dermatology at Waikato Hospital, New Zealand, terapi PUVA bisa dipakai dalam dua cara: seluruh tubuh atau terlokalisasi. Terapi PUVA seluruh tubuh me­makai obat methoxsalen oral, atau pa­si­en berendam dalam cairan psoralen se­belum penyinaran. Selama te­ra­pi, pasien di­wajibkan memakai kaca­mat­a (goggles) untuk melindungi mata dari paparan radi­asi, dan hanya mengenakan pakaian dalam. 

Terapi PUVA terlokalisasi, digunakan pa­da pasien yang hanya membutuhkan pe­rawatan di area kecil tubuh. Misalnya ta­ngan atau kaki direndam dalam larutan pso­ralen selama 30 menit, sebelum penyi­nar­an UVA. Beberapa orang bisa diterapi meng­­gunakan PUVA topikal – berupa losi­on atau gel – yang dioleskan pada area ter­­­dam­pak, 10 menit sebelum eksposur UVA.

Menurut Prof. Oakley, berdasarkan meta-analisa dari 35 penelitian pemakaian fototerapi pada kasus vitiligo menyeluruh (generalized vitiligo), manfaat terapi didapatkan pada 36% responden setelah 12 bulan memakai terapi UVB, dan pada 62% subyek setelah 12 bulan dengan PUVA. Area wajah dan leher merespon lebih baik, dibanding bagian tengah tubuh. Tidak terlalu efektif pada area tangan dan kaki.

Sebuah studi dilakukan oleh Masoud Maleki, Alireza Assari, dkk., dan dimuat dalam Journal of Dermatology and Cosmetic (2011). Mereka ingin melihat efikasi dan keamanan methoxsalen topikal dan oral dalam terapi PUVA, pada 135 pasien vitiligo. Sebanyak 126 orang mendapat terapi sistemik dan 9 orang dengan terapi topikal.

Repigmentasi sepenuhnya (100%) didapati pada satu pasien. Sementara repigmentasi 80-90%, 60-79%, 40-59%, 20-39% dan < 20% tercatat pada 53, 43, 12, 6 dan 20 responden. Peneliti mencatat hasil yang lebih baik pada generalized vitiligo, termasuk pada area wajah. Efek samping yang paling kerap muncul  seperti pruritus (69%), eritema (52%), mual muntah (28%) dan sakit kepala (17%). Disim­pulkan, terapi PUVA efektif dan aman untuk pasien vitiligo, dan memberi hasil baik pada vitiligo nonsegmental dan yang melibatkan area wajah.(jie)