Ethicaldigest

RESPONS IMUN SISTEMIK DAN MUKOSA SERVIKS TERHADAP INFEKSI HPV PADA PEREMPUAN DENGAN HIV

Infeksi human papillomavirus (HPV) sering terjadi di masyarakat, dengan risiko sekitar 80% saat pertama kali berhubungan seksual. Prevalensi HPV pada perempuan dengan human immunodeficiency virus (HIV) lebih tinggi, di­banding perempuan tanpa HIV. Hal ter­sebut karena HIV dan HPV masuk ke dalam tubuh dengan jalur penularan yang sama, yaitu melalui hubungan seksual yang tidak memakai pelindung dan ber­ganti-ganti pasangan. Selain itu, infeksi HPV akan meningkat pada sistem imun yang rendah.

Sekitar 5-10% perempuan yang terin­fek­si HPV dapat menjadi infeksi HPV per­sis­ten, serta mengarah ke keganasan aki­bat infeksi high risk HPV (HR-HPV). Di du­nia, prevalensi HPV penyebab kanker serviks pada perempuan sekitar 493.243 orang; ada sekitar satu kasus kanker ser­viks tiap menit. Dari angka tersebut, dila­por­kan sebanyak 10 juta perempuan ter­diagnosis high grade cervical dysplasia dan 30 juta perempuan terdiagnosis low grade cervical dysplasia, serta terdapat 30 juta kasus baru dengan kutil kelamin (genitalia warts).

Di Indonesia, infeksi HPV dilaporkan menjadi penyebab terbanyak kanker ser­viks. Data menunjukkan, sebanyak 40-45 perempuan di Indonesia terkena kanker serviks; 20-25 di antaranya meninggal. Se­ba­nyak 62,5% terinfeksi HPV multi tipe dan 90% adalah HPV tipe 16. Pada pasien HIV dengan CD4<200, infeksi HPV mudah ter­jadi, karena imunitas mengalami penurunan.

Respon imun sistemik dan mukosa memiliki peran penting pada pasien HIV. Toll like receptor (TLR) 7 dan 9, adalah si­nyal pertama  sistim kekebalan alami un­tuk mengidentifikasi kerusakan pada pa­sien HIV dengan CD4 rendah (<200mm3). Untuk mengetahui lebih lanjut peran TLR, dr. Haridana Indah Setiawati Mahdi, Sp.PD-KAI melakukan penelitian untuk tesis program doktor, yang diperta­han­kan di hadapan penguji. Selain TLR, penelitian juga dimaksudkan melihat peran TNF alfa dan IL-10.

Penelitian potong lintang dilakukan pada perempuan dengan HIV positif, dengan CD4 <200mm3 di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 – Desember 2016. Spesimen diambil dari hapusan sel mukosa serviks dengan cytobrush untuk mengidentifikasi geno­tipe HPV, dengan hibridisasi linear array dan ekspresi TLR 7 dan 9 dari sel epitel mukosa serviks dan sistemik dengan RT-PCR kuantitatif. Kadar TNG alfa dan IL-10 diukur dengan ELISA. Analisa statistik dilakukan menggunakan program SPSS versi 22.0 menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Spearman.

Hasilnya memperlihatkan, selama pe­riode penelitian didapatkan subyek se­ba­nyak 45 pasien dengan HPV multipel, se­ba­gai tipe terbanyak (65,2%). Di sistemik, ekspresi TLR pada 7 perempuan dengan HIV positif yang terinfeksi HPV dida­patkan lebih tinggi dibanding kelompok tanpa HPV (0,29 vs 0,16;p=0,05), ekspresi TLR 9 lebih rendah pada kelompok HPV positif (0,17 vs 0,25;p=0,40), kadar TNF alfa lebih rendah pada kelompok HPV positif (13,96 vs. 37,54; p<0,001), dan kadar IL-10 lebih tinggi pada kelompok HPV positif (26,90 vs. 12,60; p<0,001). Semen­tara di mukosa, ekspresi TLR-7 lebih tinggi ke­lompok HPV positif (0,22 vs. 0,19;p=0,37), sedangkan ekspresi TLR9 lebih rendah pada kelompok HPV positif (0,25 vs. 0,41).

Hasil uji Spearman pada kelompok HPV positif maupun negatif, menunjuk­kan adanya hubungan yang kuat antara ekspresi TLR-7 dan 9 pada sistim imun mu­kosa serviks dan sistim imun sistemik. Kekuatan korelasi ekspresi TLR-7 yaitu 0,65 (p=0,001) pada HPV positif dan 0,67 (p=0,001) pada HPV negatif. Sedangkan TLR 9 adalah 0,67 (p<0,001) pada HPV po­si­tif dan 0,50 (p=0,017) pada HPV negatif.