Ethicaldigest

Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, Sp.P

Infeksi jamur di kulit mudah kelihatan dan relatif mudah diobati bila tanpa faktor penyulit; tetapi infeksi jamur sistemik termasuk paru, masih menjadi PR besar. “Riset tentang infeksi jamur sistemik masih dalam tahap pengembangan. Alhamdulillaah, kita sudah memulai beberapa riset kolaborasi, baik lingkup nasional maupun internasional,” ujar Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, Sp.P,Ketua Departemen Parasitologi FKUI, yang juga Wakil Ketua Pusat Mikosis Paru FKUI – RS Persahabatan.

Pusat Mikosis Paru FKUI- RS Persahabatan dibentuk melalui kerjasama lintas disipin ilmu: paru, parasitologi, mikrobiologi, radiologi, penyakit dalam, dll. Menangani mikosis sistemik  tidak mungkin sendi­rian. Dokter di layanan primer pun, dengan segala keterbatasan fasilitas, harus mulai dilibatkan. “Justru peran mereka sangat besar, terutama untuk ‘menangkap’ atau mengidentifikasi awal pasien yang berisiko mengalami mikosis paru. Kita perlu sama-sama mengedukasi semua kalangan. Dokter harus waspada sejak dini, termasuk mengenai mikosis paru.”

Disayangkan, angka perokok masih sangat tinggi di Indonesia. Padahal, rokok adalah faktor risiko utama terjadinya beberapa penyakit paru kronis, termasuk PPOK. Pasien PPOK rentan mengalami mikosis paru. “Mungkin sebagian orang masih menganggap, cukai dari rokok itu besar. Tetapi kita tak boleh lupa, biaya yang dikeluarkan untuk mengobati penyakit akibat merokok itu jauh lebih besar dibandingkan biaya cukai yang diperoleh.”

Ada kekhawatiran, petani tembakau akan kehilangan mata pencaharian kalau pabrik rokok ditutup. Hal ini hendaknya disikapi dengan proporsional. “Kita sangat prihatin melihat kondisi ini. Jangan sampai kita menjadi korban marketing negara maju, yang sebetulnya sudah menerapkan kebijakan antirokok dengan ketat di negara mereka sendiri, lalu menanam modalnya di sini. Indonesia merupakan target marketing yang ‘menggiurkan’, mengingat jumlah penduduk yang sangat besar dan potensi perokok yang sangat tinggi.” Kita dapat mencontoh China yang sukses menurunkan angka perokok karena kebijakan pemerintah mereka yang tegas; meski budaya merokok di sana kental seperti di Indonesia.

Saat ini mikosis paru masih perlu disosialisasikan dengan intensif, mengingat belum semua kalangan mengenal penyakit ini dengan baik. Pada awalnya, mikosis paru mungkin dianggap kurang ‘seksi’ oleh sebagian dokter. “Mungkin belum akan selesai penanganannya di  masa/generasi kita, tapi setidaknya kita sudah memulai. Insya Allah generasi berikut bisa membuat terobosan lebih baik.”

Saat ini, fasilitas pemeriksaan dan pilihan obat untuk mikosis paru di Indonesia masih terbatas. Harapannya, di pulau Jawa dapat dimulai pengembangan beberapa pusat mikosis, dengan kolaborasi berbagai disiplin ilmu. “Yang paling utama, jangan membiarkan ilmu tersekat-sekat. Semua harus bekerjasama dengan baik untuk kepentingan pasien.”  (nid)