Ethicaldigest

Penatalaksanaan Abortus

Ada berbagai metode bedah dan medis dalam penatalaksanaan abortus spontan. Di antaranya dilatasi serviks, diikuti evakuasi uterus yang meliputi kuretase dan aspirasi vakum. Hal terpenting pada penatalaksanaan abortus spontan adalah memperbaiki keadaan umum pasien.

Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 1994 menyatakan bahwa wanita usia reproduktif yang mengalami dua dari pada 3 gejala di bawah ini, harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:

  1. Perdarahan pada vagina.
  2. Nyeri pada abdomen bawah.
  3. Riwayat amenorea.

Menurut Prof. dr. Endy M. Moegni, SpOG(K), ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal menunjukkan rahim kosong dan tingkat serum hCG kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, rahim yang kosong harus memunculkan kecurigaan kehamilan ektopik, jika kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada pemeriksaan USG, dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik disingkirkan (Griebel et al., 2005; Puscheck, 2010).

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus menurut gambaran klinis adalah sebagai berikut:

Abortus iminens (threatened abortion)

Anamnesis dengan melihat perdarahan dari jalan lahir, tanpa adanya nyeri perut atau nyeri perut ringan. Terdapat flukus, kondisi ostium uteri yang tertutup dengan besar uterus sesuai usia kehamilan. Untuk pemeriksaan penunjang, dokter dapat melihat hasi USG.

Abortus insipiens (inevitable abortion)

Anamnesis menunjukan perdarahan dari jalan lahir, disertai nyeri atau kontraksi rahim. Pemeriksaan dalam, menunjukkan ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim dan ketuban utuh (mungkin menonjol).

Abortus inkomplektus atau abortus komplektus

Anamnesis menunjukkan adanya perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri/ terdapat kontraksi rahim. Jika perdarahan terjadi dalam jumlah banyak, kemungkinan dapat terjadi syok. Pemeriksaan dalam menunjukkan ostium uteri terbuka, dan teraba sisa jaringan buah kehamilan.

Abortus tertunda

Pada kondisi ini, saat anamnesis dilakukan bisa terjadi perdarah, bisa juga tidak. Pemeriksaan obstetri menunjukkan fundus uteri yang lebih kecil dari umur kehamilan, tanpa adanya bunyi jantung. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi USG, pemeriksaan laboratorium untuk mengetahu Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin.

Abortus habitualis

Pemeriksaan histerosalfingografi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui, apakah terdapat gangguan glandula thyroidea.

Abortus septik (septic abortion)

Selain amenore dan perdarahan, pada anamnesis ditemukan kanalis servikalis terbuka dan teraba adanya jaringan. Beberapa tanda infeksi alat genital, dicirikan dengan adanya demam, nadi yang cepat, perdarahan, nyeri tekan dan leukositosis. Pada pasien abortus septik dapat pula diikuti panas yang tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat bahkan tekanan darah yang turun sampai terjadi syok.