Penelitian membuktikan, hasil pemeriksaan tekanan darah di rumah adalah pediktor outcome kardiovaskuler yang lebih baik. CERAMAH adalah kampanye dari InaSH agar masyarakat memeriksa tekanan darahnya sendiri di rumah.
Seiring dengan trend global, di Asia beban hipertensi sangat tinggi. Beberapa negara terus mengalami peningkatan angka kematian karena penyakit jantung, gagal ginjal dan stroke. Laporan BPJS pada akhir 2017 menunjukkan, berbagai penyakit yang berkaitan langsung dengan hipertensi seperti gagal ginjal, stroke dan penyakit jantung, merupakan penyakit katastrofik yang paling menyita biaya negara dalam jumlah besar.
“Hipertensi yang tidak terkendali dapat merusak semua organ, yang memiliki pembuluh darah,” kata dr. Tunggul Situmorang Sp.PD-KGH, Wakil Ketua InaSH. Di antaranya adalah ginjal, otak, jantung dan sebagainya. “Pengendalian hipertensi masih menjadi hal penting. Pengobatan harus dilakukan untuk mencapai tekanan darah, sesuai yang dianjurkan dalam pedoman penatalaksanaan,” katanya.
Untuk mencapai optimal, beberapa hal harus dilakukan. Salah satunya adalah secara rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan yang dilakukan seumur hidup. Tidak fair, jika pengobatan ditentukan berdasarkan pengukuran tekanan darah satu kali, saat datang ke dokter. Tekanan darah bervariasi dari hari ke hari. Dan, inilah yang menggambarkan tekanan darah sebenarnya, bukan tekanan darah yang diukur saat penderita datang ke klinik.
Tinjauan sistematik dan/atau meta analisa menunjukkan, pengukuran tekanan darah di klinis biasanya memberikan hasil yang lebih tinggi daripada pemeriksaan yang dilakukan di rumah (white collar effect). Pemeriksaan tekanan darah di rumah, dapat mendiagnosa normotensi dengan lebih pasti. Pengukuran ini berhubungan lebih baik dengan kerusakan organ target dan outcome kardiovaskuler, daripada pemeriksaan tekanan darah di klinik. Ketika ada perbedaan hasil antara pengukuran tekanan darah di rumah dan klinik, pengukuran tekanan darah di rumah menjadi prioritas.
Menurut Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, variabilitas tekanan darah penting dalam menentukan outcome pengobatan. Misalnya, seorang pasien tekanan darahnya 130mmHg, hari berikutnya 140Hg, dan hari berikutnya 150mmHg. Rata-ratanya adalah 140mmHg. Sedangkan pasien lain, tekanan darahnya 140mmHg, hari berikutnya 140mmHg, dan hari berikutnya 140mmHg. Meski, rata-rata tekanan darahnya adalah sama, pasien yang memiliki variabilitas tekanan darah yang besar, yang lebih buruk outcomenya.
Karena itu, Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengkampanyekan CERAMAH (Cek tekanan daRAh di ruMAH). Ini merupakan inisiatif dari InaSH, untuk mengedukasi masyarakat agar memeriksa tekanan darah secara mandiri di rumah. “Dengan mengukur tekanan darah di rumah, selain didapatkan rerata tekanan darah sebenarnya, didapatkan informasi besaran varibilitas tekanan darah,” kata dr. Yuda. Dari Informasi ini kemudian bisa dievaluasi pengobatan yang diberikan kepada pasien.
Pemeriksaan tekanan darah di rumah, merupakan pengukuran tekanan darah yang berguna dan bisa dipercaya. Meski begitu, pengukuran ini tidak menggantikan pengukuran tekanan darah di klinik dan monitoring tekanan darah ambulatori. “Pemeriksaan tekanan darah di rumah adalah pelengkap, untuk menghilangkan white-coat effect dan mengidentifikasi masked hypertension” kata dr. Yuda.
Jika dilakukan dengan tepat dan benar, pemeriksaan tekanan darah di rumah bisa memperbaiki kesadaran pasien, terhadap tekanan darahnya dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, dengan membuat pasien menjadi aktif dalam mengelola penyakit yang mereka derita. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, para ahli menganjurkan pengukuran tekanan darah menggunakan oskilometri brachial yang tervalidasi.