Ethicaldigest

Resiko Demensia Digital

Teknologi tak terpisahkan dari kehidupan generasi millenial. Selain berdampak positif, kecanggihan gawai berisiko menimbulkan “demensia digital”.

Penggunaan teknologi digital secara berlebihan, dapat menurunkan kemampuan kognitif. Menurut Prof. Dr. Gary Small, Psikiatri UCLA Semel Institute, demensia digital berbeda dengan penyakit demensia yang umumnya ditemukan pada orang tua. Demensia digital, merupakan fenomena yang dapat berakibat pada menurunnya kemampuan kognitif. Dua kemampuan kognitif yang dapat menurun akibat penggunaan teknologi digital berlebihan, ialah kemampuan untuk belajar dan kemampuan untuk mengingat kembali suatu informasi. “Fenomena ini masih baru,” ujar Prof. Gary.

Ketika seseorang terlalu lama fokus pada alat digital atau gawai, perhatiannya pada lingkungan sekitarnya akan berkurang. Hal ini membuat orang tersebut tidak mampu melihat gambaran yang lebih luas, sehingga menjadi lebih sulit mengingat apa yang terjadi di sekitarnya. “Dalam mengingat sesuatu, kita perlu melihat gambaran yang lebih luas. Jika tidak, kita akan sulit mengingat apa yang terjadi di lingkungan atau di sekitar kita,” jelasnya.

Sejumlah penelitian menunjukkan, penggunaan teknologi dalam taraf wajar dapat mendorong sirkuit saraf otak bekerja lebih aktif. Agar bisa memperoleh manfaat posiitif dari penggunaan teknologi digital, masyarakat disarankan untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi.

Prof. Gary menyarankan, ketika seseorang bekerja di depan layar komputer selama dua jam tanpa jeda, lebih baik jika orang tersebut mengambil waktu untuk rehat sejenak. “Waktu rehat dapat diisi dengan melakukan gerakan olah fisik seperti pergangan, atau mengalihkan perhatian bukan pada gawai atau layar komputer, untuk menghindari mental fatigue.”

Belum ada penelitian yang menunjukkan, berapa waktu ideal untuk menatap gawai atau layar komputer. “Toleransi setiap orang berbeda-beda. Beberapa gejala yang muncul dapat berupa leher kaku, atau mata lelah,” jelas Gary. Hasil survey bertajuk “Millennials At Work Survey Asia Pasifik” ini mengungkapkan, sebagian besar millennial kesulitan untuk menjaga gaya hidup yang aktif di tempat kerja, dan 9 dari 10 millennial menghabiskan 6-13 jam di balik meja kerja setiap harinya. Kurangnya aktivitas fisik dapat berdampak buruk pada kesehatan, seperti meningkatnya obesitas dan penyakit lain yang menyertai. Perlu kerjasama berbagai pihak, untuk mencegah dampak buruk penggunaan teknologi digital yang berlebihan.