Ethicaldigest

Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, Sp.ParK

Pemberantasan sarang nyamuk sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. “Tapi, tetap saja demam berdarah tidak pergi-pergi. Memberantas itu secara teknis gampang, tapi pelaksanaannya yang susah,”tutur Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, Sp.ParK dalam acara yang diselenggarakan FK Universitas Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Program memberantas sarang nyamuk pernah berhasil dengan gemilang beberapa tahun lalu. Saat itu, kasus demam berdarah dengue (DBD) sedang tinggi-tingginya, “Sebanyak 57% kasus DBD dunia ada di Jakarta.” Berbagai usaha pemberantasan dilakukan, tapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya, pemerintah membuat keputusan: jumlah pasien DBD menjadi tolok ukur kinerja Pemerintah Daerah (Pemda).

Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo, mengambil langkah tegas. “Indikator kinerja lurah, camat, dan walikota dilihat berdasar jumlah pasien DBD. “Kalau jumlahnya melebihi batas, mereka bisa turun pangkat bahkan dipecat,” ujar Prof. Saleha.

Lurah dan camat segera turun langsung ke lapangan. Gubernur bersama Walikota Jakarta Pusat kala itu Sylviana Murni ikut turun. Mereka ‘membangunkan’ masyarakat; pintu rumah diketuk untuk membersihkan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Mengajak masyarakat melakukan PSN bukan hal mudah. “Tidak semua rumah mau membukakan pintu untuk petugas,” sesal Prof. Saleha. Namun,  setelah satu semester hal tersebut dikerjakan, “Alhamdulillah. Lurah dan camat bergembira karena tidak jadi dicopot.” Sayangnya, gerakan ini berhenti begitu gubernur berganti, dan kasus DBD naik lagi.

Gerakan PSN perlu dilakukan lagi. “Perlu teknik integrated vector management. Pemberantasan vektor terpadu memerlukan advokasi kepada pejabat pemerintah, bekerja sama dengan semua sektor.”

Anak-anak perlu dilibatkan, dengan memasukkan pemberantasan DBD ke kurikulum sekolah. Pada anak usia yang lebih kecil, misalnya dengan mewarnai gambar nyamuk. Lalu, anak-anak diajak membersihkan sekolah dan memberantas sarang nyamuk. “Cara ini berhasil di Kuba; membuat Kuba bebas DBD.” (nid)