Ethicaldigest

Aneka Kegunaan Bedah Minimal Invasive

Pertama kali dikembangkan untuk terapi kasus saluran cerna, bedah minimal invasive kini berkembang pesat dan memungkinkan digunakan untuk berbagai kasus penyakit.

Bedah minimal invasive mengalami kemajuan yang berarti. Dulu, bedah minimal invasive hanya terbatas pada tatalaksana penyakit gastrointestinal. Kini penggunaannya semakin luas. Seperti dalam terapi infertilitas, pengangkatan batu ginjal dan menghentikan hiperhidrosis. Hal ini dibicarakan dalam Simposium ke 12 Minimally Invasive Surgery Multi Disciplinary Perspective di RS Gading Pluit, Jakarta, 15 Oktober 2016.

Menurut dr. Errawan Wiradisuria Sp.BD, bedah minimal invasive laparoskopi diperkenalkan oleh dr. Ibrahim Ahmadsyah tahun 1991. Tiga tahun kemudian, para ahli bedah mendirikan Indonesian Society of Endo-laparoscopy Surgeon (ISES) di Bandung, yang berperan penting dalam perkembangan laparoskopi. Sejak itu, banyak prosedur laparoskopi berbeda dilakukan di Indonesia oleh dokter bedah. Seperti operasi bariatrik dan metabolik, hepatobiliari, herniotomi, reseksi kolon, distal pankreatektomi, bedah robotic dan sebagainya.

“Cepatnya perkembangan bedah laparoskopi, tidak hanya karena diadakannya pelatihan-pelatihan dan kursus-kursus laparoskopi secara rutin oleh perusahaan penyedia alat laparoskopi, tapi juga berkat kolaborasi ahli bedah umum, ahli bedah digestif, institusi pendidikan dan beberapa rumah sakit swasta di Indonesia,” kata dr. Errawan, Presiden ISES. Saat ini, jumlah anggota ISES ada 56 konsultan,  tersebar di 13 dari 34 provinsi. Jumlah anggota 1881 orang dari berbagai keahlian berbeda.

Laparoksopi untuk infertilitas

Dalam dunia kebidanan, menurut dr. Miranty Firmansyah, Sp.OG, dari RS Gading Pluit, laparoskopi memungkinkan dokter kebidanan menyelidiki apakah ada kelainan, seperti jaringan parut, endometrisosis, tumor fibroid dan abnormalitas lainnya pada uterus, tuba falopi dan ovarium pada pasien-pasien dengan infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya, dengan temuan HSG normal.

“Dengan laparoskopi, kita mampu mendeteksi penyebab infertilitas di rongga pelvis dan mendisain rencana penanganan yang tepat,” ucap dr. Miranty. Karena pendekatan ini memiliki potensi manfaat dalam hal diagnostik dan terapeutik, pasien dengan infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya dan temuan HSG normal, harus menjalani laparosopi diagnostik sebelum menjalani ART.

Laparoskopi untuk pengangkatan batu ginjal

Di bidang urologi, laparoskopi digunakan dalam pengangkatan batu ginjal. Selain ESWL, retrograde intra renal surgery (RIRS)menggunakan uteroscope fleksibel merupakan pengobatan lini pertama, untuk batu ginjal berukuran kurang dari 10 mm. Untuk batu ginjal berukuran 10-20mm, terutama di calyx bagian bawah, ESWL menawarkan stone free rate (SFR) 56-84% dan percutaeous nephrolitotomy memberikan SFR (87-95%). RIRS memberikan SFR lebh tinggi dibandingkan PNL, dengan morbiditas yang lebih kecil.

“Dengan RIRS pada batu calyx bagian bawah, kami bisa mencapai SFR sebesar 89%, tanpa komplikasi yang signifikan,” ucap dr. Egi Edward Manuputty, Sp.U. SFR untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20 mm, terutama disertai hidronefrosis yang diobati dengan PNL atau operasi terbuka adalah 74-94%. “SFR yang dicapai kami menggunakan RIRS adalah 86%, termasuk beberapa pasien  yang menjalani RIRS karena keterbatasan toleransi jantung, untuk menjalani operasi terbuka,” kata dr. Egi.

Penggunaan lain bedah minimal invasive

Bedah minimal invasive juga dapat digunakan dalam prosedur simpatektomi, suatu prosedur yang digunakan untuk mengatasi keringat berlebih di telapak tangan dan kaki. Pengembangan teknik bedah minimal invasive telah menurunkan waktu rekoveri dari operasi. Saat ini bedah  ETS (Endoscopy Throracic Sympatectomy) dikerjakan di banyak Negara di dunia.

Di sisi lain, fIberoptic endoscopy evaluation of swallowing (FEES) merupakan metode pilihan pertama untuk memeriksa gangguan menelan. Banyak keuntungan dari metode ini, yaitu mudah dilakukan, dapat ditoleransi dengan sangat baik, memungkinkan dilakukan di klinik/bedside dan ekonomis. Pemeriksaan ini memberi informasi terperinci proses menelan dan fungsi relatif saluran nafas bagian atas dan saluran cerna bagian atas.