Ethicaldigest

Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH

Sejak lima tahun terakhir, InaHEA (Indonesian Health Economic Association) rutin mengadakan pertemuan ilmiah tahunan. “Tapi, keilmuan ekonomi kesehatan di Indonesia bukannya baru berdiri lima tahun lalu,” ujar Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, salah seorang pendiri Pusat kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Universitas Indonesia. PKEKK-UI didirikan pada 1998, dan ilmu ekonomi kesehatan sendiri telah mulai berkembang di dunia sejak 40 tahun lalu.

Dulu, obat belum banyak ‘meracuni’ para ahli untuk mempelajari ekonomi kesehatan. “Dengan teknologi kesehatan yang makin tinggi, farmasi dan penyakit makin banyak, dan biaya berobat makin mahal, ilmu ekonomi kesehatan ikut berkembang,” tutur Prof. Hasbullah, saat dijumpai di pembukaan Pertemuan Ilmiah InaHEA kelima di Jakarta.

Ditambah lagi berkembangnya sistem universal coverage di berbagai negara; ekonomi kesehatan menjadi kian penting. “Indonesia termasuk yang kurang cepat perkembangannya. Diskusi seputar JKN (Jaminan Kesehatan Nasinal), memicu kami menjadi lebih agresif lima tahun terakhir ini.”

Ilmu ekonomi kesehatan tidak hanya menghitung belanja kesehatan secara superfisial. Namun juga membandingkan belanja kesehatan, “Dan melihat sejauh mana efeknya terhadap masyarakat.” Terkait JKN, ditelaah pilihan-pilihan yang memungkinkan didanai oleh BPJS Kesehatan. “Agar tiap keputusan dan kebijakan tidak berlandaskan hoaks, melainkan ada kajian hitungannya, jangka pendek dan jangka panjang.”

Memang, tidak semua hasil kajian PKEKK bisa diimplementasikan. Tapi, “Paling tidak, kita harus memulai.” (nid)