Ethicaldigest

Terapi Erdostein pada PPOK

Eksaserbasi PPOK bisa menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada penderitanya. Erdostein terbukti efektif menghilangkan gejala PPOK.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit kronik. PPOK menjadi penyebab kematian ke empat di dunia, diperkirakan prevalens dan mortalitinya  terus meningkat pada dekade mendatang.Penurunan fungsi paru pada PPOK lebih progresif dibandingn paru normal pertahunnya, dan penurunan diperburuk oleh eksaserbasi.

Eksaserbasi pada PPOK harus dicegah dan ditangani semaksimal mungkin, untuk mengurangi perburukan fungsi paru. Eksaserbasi ditandai sesak, batuk dan produksi sputum atau perubahan warna sputum meningkat, dibanding keadaan stabil sehari-hari. Penanganan eksaserbasi pada penderita dapat diberi antibiotik, bronkodilator dan antiinflamasi. Untuk menurunkan frekuensi dan lama eksaserbasi, perlu pemberian mukolitik dan antioksidan yang diharapkan dapat memperbaiki fungsi paru.

Erdostein adalah obat pilihan pada pengobatan PPOK yang memiliki fungsi mukolitik, antiinflamasi, antiadesi bakteri dan antioksidan. Penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan, erdostein dapat memperbaiki viskositas, elastisitas dan komposisi biokimia mukus, meningkatkan bersihan mukosilier serta mengurangi hipersekresi mukus dan volume ekspektoran.

Penelitian invitro menunjukkan, erdostein dapat  menghambat adesi bakteri sehingga konsentrasi antibiotik lokal lebih tinggi, menyebabkan penekanan pertumbuhan bakteri lebih efektif. Beberapa penelitian menunjukkan, erdostein memiliki kemampuan mengurangi eksaserbasi sehingga meningkatkan produktivitas penderita PPOK.

Struktur kimia erdostein menyerupai N-asetilsistein (NAC), tetapi berbeda dalam ikatan sulfur. Erdostein tidak merusak mukus lambung, yang berfungsi melindungi dinding lambung dari asam lambung, karena kelompok tiol terikat secara kimia tetap dalam bentuk inaktif tetapi kelompok tiol akan bebas sesudah diproses oleh ensim hati.

Efikasi klinis erdosteine telah dievaluasi di lebih 30 penelitian klinis, melibatkan pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan bronkitis kronis (BK). Penelitian-penelitian ini membandingkan efektivitas erdosteine dengan plasebo dan pengobatan lain, termasuk agen mukolitik lainnya.

Erdosteine ​​terbukti meningkatkan luaran eksaserbasi akut pada pasien BK dan PPOK. Penelitian klinis European Chronic Obstructive Bronchitis Erdosteine ​​Study (ECOBES),  yang melibatkan 237 pasien dengan eksaserbasi akut, secara acak memberikan  amoxycillin 500 mg 3x sehari plus erdosteine ​​(300 mg 2x sehari), atau amoxycillin 500 mg 3x sehari plus plasebo.

Gejala klinis membaik secara signifikan, pada kelompok yang menerima erdosteine ​​dan amoxicillin, dibanding kelompok yang menerima amoxycillin saja, seperti yang ditunjukkan skor GCA. Setelah 7 -10 hari, viskositas dahak, penampilan dahak dan tanda-tanda fungsional PPOK meningkat dengan erdosteine ​​plus amoxycillin, dengan perbedaan yang signifikan dari hari ke 3-4 hingga 10 hari.

Dua penelitian membandingkan efikasi dan keamanan erdosteine dan NAC, yang digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik pada eksaserbasi akut PPOK. Kedua pengobatan menghasilkan perbaikan signifikan dalam semua parameter klinis dibanding baseline.

Penelitian yang dilakukan pada 195 pasien dengan PPOK dan infeksi bronkial, tingkat perbaikan dari baseline serupa untuk dua pengobatan. Namun, volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) meningkat 14% dari baseline pada pasien yang diobati dengan erdosteine, dan tidak pada mereka yang diobati dengan NAC.

Dalam penelitian kedua, erdosteine member awitan efek pengobatan yang lebih cepat secara signifikan, dibanding NAC pada volume sputum, viskositas dahak dan frekuensi batuk. Erdosteine juga menunjukkan toleransi yang lebih baik dibanding NAC, dalam hal efek samping gastrointestinal yang merugikan.