Ethicaldigest

Imunisasi: Perlindungan untuk Segala Usia

Laporan global UNICEF “Promise Renewed: 2015 Progress Report” mengungkapkan, jumlah kematian balita di Indonesia turun drastis; dari 84/1.000 kelahiran (1990) menjadi 27/1.000 kelahiran.  Ditengarai, hal tersebut berhasil menyelamatkan >5 juta anak Indonesia dari kematian. Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Gunilla Olsson menyatakan, “Menyelamatkan nyawa jutaan anak merupakan salah satu pencapaian terbesar Indonesia dalam 25 tahunterakhir.”

Kesuksesan menurunkan angka kematian balita dipengaruhi berbagai faktor. UNICEF menyebutkan, salah satunya yakni perluasan jangkauan imunisasi. Program imunisasi anak telah dikerjakan di Indonesia sejak 1977. Seiring waktu, vaksinasi untuk bayi dan anak yang masuk program imunisasi pun makin lengkap,: ini sejalan dengan jadwal IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Kini, imunisasi dasar mencakup: Hepatitis B (0 bulan); BCG dan Polio 1 (1 bulan); DPT-HB-Hib 1-Polio 2 (2 bulan); DPT-HB-Hib 2-Polio 3 (3bulan);DPT-HB-Hib 3-Polio 4 (4bulan); dan campak (yang akan diganti dengan MR) di usia 9 bulan. Dilanjutkan dengan booster Polio (18 bulan), DTP (18 bulan dan 5 tahun), Hib (15-18 bulan), dan MR di usia 18 bulan, dan saat anak duduk di kelas 1 SD. Kelas 1 SD melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), anak juga mendapat DT, lalu Td di kelas 2 atau 3.

Beranjak remaja, anak mendapat Td di usia 10-12 tahun (kelas 5-6 SD), lalu Td di usia 18 tahun. Selanjutnya, Td bisa dilakukan tiap 10 tahun. Ini terutama penting bagi perempuan usia subur, sebagai persiapan kehamilan dan melahirkan nanti.

Ibu yang tengah mengandung anak pertama sangat disarankan melakukan vaksinasi TT, untuk melindungi diri dari tetanus. Vaksin umumnya diberikan pada trimester 3, diulang empat minggu kemudian. Ini penting untuk melindungi dari infeksi tetanus pada neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia WHO merekomendasikan suntikan ketiga pada 6 bulan setelah suntikan kedua, untuk melindungi hingga 5 tahun mendatang.

Yang juga penting bagi remaja putri dan perempuan dewasa yakni vaksin HPV, untuk melindungi dari kanker serviks. Pada usia 9-14 tahun, vaksin HPV diberikan dalam dua dosis, dengan interval 0-6 bulan. Sedangkan pada usia >14 tahun, diberikan dalam 3 dosis, dengan interval 0-2-6 bulan. DKI Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia telah  melakukan vaksinasi HPV pada siswi kelas 5 SD/sederajat. Diharapkan, proyek percontohan ini bisa segera diimplementasikan menjadi program nasional.

Imunisasi terus berlanjut hingga lanjut usia (lansia). Populasi lansia adalah kelompok yang rentan terhadap infeksi, selain anak-anak. Imunitas tubuh mulai turun pada usia>60 sehingga infeksi bisa menjadi masalah serius.

Misalnya influenza; pada usia dewasa muda, penyakit ini hanya masalah sepele. Namun bagi kelompok geriatri, bisa berujung pada pneumonia. Menurut Guru BesarTetap Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia Prof. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, sekitar 40% lansia yang terkena pneumonia bisa meninggal dunia. Untuk itu, lansia sangat dianjurkan mendapat vaksin flu setiap tahun.

Infeksi pneumokokok juga sangat berbahaya bagi kelompok geriatri. Terdapat dua jenis vaksin pneumonia: yang melindungi dari 23 strain virus, dan vaksin konyugasi yang melindungi dari 13 strain. Vaksin dengan 23 strain perlu diulang tiap 5 tahun. Adapun vaksin dengan perlindungan 13 strain, telah dikombinasi dengan protein yang dikonyugasi, sehingga bisa memberi perlindungan lebih lama; diharapkan cukup sekali suntik seumur hidup.

Kedua vaksin ini bisa saling melengkapi. Awalnya, bisa diberi vaksin dengan23 strain lebih dulu. Dua bulankemudian vaksin konyugasi. Dengan demikian, perlindungan jadi lengkap. Tiap 5 tahun, cukup mengulang vaksin dengan 23 strain.

Vaksin lain yang juga direkomendasikan bagi kelompok usia senior yakni herpes zoster. Bisa diberikan pada usia >50 tahun; bagi yang sudah maupun yang belum pernah kena herpes zoster. Vaksin bekerja dengan memicu kekebalan tubuh dan meningkatkan imunitas seluler, sehingga mencegah virus Varicella kembali aktif. Vaksinasi mengurangi risiko herpes zoster hingga 2-3 kali dan mengurangi risiko terjadinya NPH. Juga membantu mencegah keparahan dan penyebaran virus ke organ lain.

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan vaksinasi mandiri masih relatif rendah, khususnya vaksin usia dewasa. Berdasar penelitian, saran dokter sangat berpengaruh dalam mendorong pasien untuk melakukan vaksinasi.(nid)