Ethicaldigest

TMA pada Penyembuhan Ulkus Kornea Bakteri

Ulkus kornea adalah salah satu penyakit pada jaringan kornea mata, yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dan menjadi salah satu penyebab utama kebutaan di dunia. Ada banyak penyebabnya, antara lain adalah infeksi, degenerasi, gangguan imunologis dan penyebab lainnya. Namun, yang terbanyak adalah infeksi karena bakteri, jamur, virus dan parasit (protozoa).

Ulkus kornea bakteri merupakan salah satu penyebab terbanyak, pada kasus infeksi kornea. Insiden ulkus kornea bakteri relatif bervariasi di setiap negara di dunia. Umumnya ulkus kornea lebih sering terjadi di negara-negara berkembang, karena tingkat kesehatan dan kebersihan yang lebih buruk dibanding negara maju.

Di poliklinik mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, insiden ulkus kornea bakteri periode tahun 2007-2008 sebanyak 43.6 % dari seluruh kasus, sedangkan pada periode tahun 2008-2011 dilaporkan terdapat sekitar 32.9% kasus. Spesies bakteri penyebab utama yang banyak ditemukan adalah dari golongan Staphylococcus sp, Pseudomonas sp, dan Streptococcus sp.

Penanganan konvensional umumnya dengan memberikan antibiotik topikal, yang sensitif terhadap bakteri atau berspektrum luas. Pada ulkus kornea ringan hingga sedang, proses penyembuhan dapat terjadi dalam waktu 3 sampai 7 hari setelah pengobatan, sesuai dengan tingkat keparahan ulkus dan bakteri penyebab. Sedangkan pada ulkus kornea berat, proses penyembuhan membutuhkan waktu yang lebih panjang.

Dalam proses penyembuhan ulkus kornea, akan terbentuk jaringan parut (sikatrik) yang dapat mengganggu tajam penglihatan, sampai menyebabkan kebutaan. Pada kondisi ini tindakan yang harus dilakukan adalah transplantasi atau cangkok kornea. Namun, tindakan ini tidak mudah dan murah. Maka, tercetuslah pemikiran untuk mencari terapi alternatif.

Alternatif yang dibutuhkan adalah terapi atau tatalaksana yang dapat memberikan hasil yang lebih optimal, dalam proses penyembuhan ulkus. Yaitu dapat menurunkan proses peradangan, mempercepat pembentukan lapisan epitel dan mengurangi pembentukan jaringan parut kornea. Transplantasi membran amnion (TMA) merupakan salah satu alternatif terapi, pada ulkus kornea bakteri.

Telah dilakukan satu penelitian oleh dr. Made Susiyanti, Sp.M, yang menyelidiki kemungkinan TMA sebagai satu alternatif terapi ulkus kornea bakteri. Penelitian yang merupakan desertasi program doktor ilmu biomedik ini, telah dipertahankan di hadapan penguji, di FK Universitas Indonesia. 

Pada penelitian ini, dinilai dan dievaluasi penggunaan kombinasi TMA dan antibiotik tetes mata, pada ulkus kornea bakteri sedang dan berat. Membran amnion diduga mempengaruhi kadar dan ekspresi beberapa molekul peradangan, enzim, dan faktor pertumbuhan seperti Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) yang merupakan molekul pencetus peradangan; Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) yang berperan pada proses kerusakan dan penyembuhan jaringan serta Transforming Growth Factor (TGF)-β1, dan TGF-β2 yang berperan dalam proses pembentukan lapisan epitel dan regenerasi jaringan stroma, pada proses penyembuhan ulkus kornea.

Hasil klinis penelitian ini memperlihatkan, kombinasi TMA dan antibiotik tetes mata secara bermakna dapat mempercepat proses penyembuhan ulkus kornea bakteri. Yaitu meningkatkan tajam penglihatan lebih baik, mempercepat pembentukan lapisan epitel kornea yang baru, dan kekeruhan jaringan parut kornea yang terjadi lebih ringan dibandingkan dengan terapi tunggal antibiotik tetes mata.

Hasil klinis tersebut sejalan dengan penurunan ekspresi TNF-α yang lebih besar, serta peningkatan ekspresi MMP-9 dan TGF-β1 yang lebih tinggi pada kelompok yang menjalani TMA. Penggunaan transplantasi membran amnion sebagai terapi tambahan antibiotik tetes mata pada ulkus kornea bakteri, diharapkan dapat menjadi pedoman terapi suportif baru untuk mempercepat proses penyembuhan ulkus.