Ethicaldigest

Obat Herbal & Obat Kimia

Ronie, pria berusia 54 tahun asal Kota Surabaya, sudah beberapa kali melakukan medical check up rutin di Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus.  Klinik ini merupakan bagian dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) milik Kementrian Kesehatan RI.

Ronie terlihat sumringah, karena hasil pemeriksaan tekanan darahnya sudah menunjukkan kondisi yang normal. “Saat diperiksa dokter tadi hasilnya sudah bagus, 120/80 mmHg,” jelasnya. Sebelumnya, tekanan darah kakek 4 orang cucu ini pada kisaran 160/110 mmHg. Ini adalah kunjungan kesekian kali Ronie, ke klinik yang beralamat di Jalan Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Solo. “Karena jauh, oleh dokter saya diberi resep jamu dalam bentuk godokan yang cukup untuk 1 bulan,” ujarnya.

Sekelumit cerita di atas menunjukan, antusiasme masyarakat pada penggunaan obat berbahan dasar alam (herbal) atau jamu tinggi. Mereka banyak yang datang dari jauh, untuk mendapat pengobatan atas penyakit yang diderita. Penyakit seperti hipertensi tidak serta merta dapat diobati, namun tekanan darah yang terkontrol dengan baik mampu mengurangi kemungkinan komplikasi yang lebih parah, seperti penyakit jantung dan gangguan fungsi ginjal yang dapat berakibat fatal.

B2P2TOOT memiliki ribuan koleksi tanaman herbal. Sejauh ini yang telah diteliti dan dikembangkan sekitar 1100 spesies tanaman herbal. “Kami selalu melakukan saintifikasi jamu serta bahan herbal, untuk memperoleh bukti ilmiah baik untuk memelihara kesehatan atau mengobati penyakit berdasarkan kaidah ilmiah serta etika,” jelas dr. Danang Ardiyanto, Koordinator Klinik Hortus Medicus.

Beberapa produk saintifikasi jamu yang sudah mendapat persetujuan, di antaranya adalah yang untuk mengatasi hipertensi dan asam urat. “Tidak berhenti sampai di sini. Ke depan, kami terus mengembangkan formulasi jamu untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus, osteoarthritis, hemoroid, dyspepsia, dan hiperkolesterol,” katanya.

Saat ini dalam sehari Klinik “Hortus Medicus” yang memiliki 8 tenaga dokter, 5 perawat, 2  apoteker, 6 asisten apoteker, 1 sarjana gizi, dan 2 analis kesehatan, setidaknya melayani 150-200 pasien. Mereka berasal dari dalam dan luar kota Solo. “Kami pernah melayani pasien dari berbagai penjuru nusantara. Pasien dari Malaysia dan Singapura juga ada. Ini menunjukkan, kepercayaan masyarakat akan obat berbahan dasar herbal terus meningkat,” ujar Indah Yuning Prapti, SKM, MKes, Kepala B2P2TOOT.

Dijelaskan, untuk mendapatkan produk jamu berbahan dasar herbal yang dapat diandalkan dan diterima oleh semua kalangan masyarakat, dan mampu bersaing secara global dari sisi mutu, keamanan dan khasiatnya, harus dapat dibuktikan secara ilmiah. “Ini yang selalu kami jaga. Mulai dari proses penanaman, panen, hingga proses pengeringan hingga menjadi simplisia dan kapsul, selalu kami gunakan standar yang ada,” jelasnya.

Merangkul dokter

Selain menjaga kualitas jamu atau herbal dan terus mengembangkan penelitian untuk pembuktian secara ilmiah, B2P2TOOT merangkul dokter dari seluruh penjuru Indonesia. “Kami membuka kesempatan yang sebesar-besarnya, bagi para dokter yang ingin belajar mengenai pengobatan herbal,” jelas Indah.

Program Diklat Saintifikasi Jamu yang dimulai tahun 2010, sampai saat ini sudah menghasilkan  11 angkatan. Masing-masing angkatan terdiri dari 30 dokter; dokter umum dan spesialis. Dalam program ini dokter diberi edukasi mengenai medikolegal, diagnostic holistic, dan farmakologi obat berbahan dasar herbal, hingga nantinya dapat diterapkan di praktek klinik.

Pengobatan berbahan dasar herbal, tidak bertujuan untuk menggantikan pengobatan berbahan dasar kimia yang sudah dilakukan para dokter selama ini.  Tujuannya lebih pada bagaimana tanaman berkhasiat herbal apat dijadikan sebagai pelengkap, yang dapat dikonsumsi secara berdampingan dengan obat yang selama ini ada.

Misalnya untuk penyakit Tuberculosis (TB). Belum ada herbal yang mampu mengobati penyakit ini. Pemberian herbal pada penderita TB, bertujuan untuk mengatasi kondisi lain yang menyertai penyakit TB. Seperti kita ketahui, Obat Anti Tuberculosis (OAT) yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama, dapat berdampak buruk pada fungsi hati. Nah, ada herbal yang berfungsi sebagai hepatoprotector (Curliv®plus), yang merupakan kombinasi berbagai jenis herba, seperti Silymarin Phytosome, Schizandrae Fructus, Liquiritiae Radix dan Curcuma xanthorrhizae.

“Kemungkinan, penderita TB juga mengalami penurunan nafsu makan. Pasien bisa diberi herbal, yang berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan,” kata dr. Danang.