Ethicaldigest

Thalassemia Beta Mayor

Sindrom thalassemia beta merupakan sekelompok gangguan herediter, yang ditandai defisiensi genetik dalam sintesis rantai beta-globin. Dalam kondisi homozigot, pasien thalassemia beta (thalassemia mayor) mengalami anemia berat yang membutuhkan transfusi darah. Pada kondisi heterozigot, beta thalassemia trait (thalassemia minor) menyebabkan anemia mikrositik ringan hingga sedang. Selain itu, Hemoglobulin (Hb) E, suatu varian Hb yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, terkait dengan fenotipe thalasssemia beta; varian ini masuk dalam kategori penyakit thalassemia beta.

Patofisiologi

Mutasi pada gen globin menyebabkan thalassemia. Thalassemia alpha akan mempengaruhi gen alpha-globin (s). Thalassemia beta akan mempengaruhi satu atau dua gen beta-globin. Mutasi ini mengakibatkan gangguan sintesis pada protein beta globin beta, suatu komponen Hb. Akibatnya, terjadi anemia.

Pada thalassemia beta minor (yakni, thalassemia beta trait atau tipe karier heterozigot), salah satu gen beta-globin mengalami kerusakaan. Kerusakan ini bisa berupa tidak ditemukannya protein beta-globin (yaitu, beta-zero thalassemia), atau penurunan sintesis protein beta-globin (yakni, thalassemia beta plus).

Kelainan genetic biasanya berupa mutasi missense atau nonsense pada gen beta-globin, meski juga telah dilaporkan adanya delesi gen beta-globin dan daerah di sekitarnya. Pada thalassemia  β mayor (thalassemia β homozigot) produksi rantai beta globin mengalami gangguan berat, karena kedua gen beta-globin bermutasi. Ketidakseimbangan sintesis rantai sintesa globin (alpha >> beta), menyebabkan tidak efektifnya erythropoiesis dan anemia hipokromik mikrositik yang berat.

Rantai alpha-globin tidak berpasangan yang berlebihan beragregasi untuk membentuk presipitat, yang kemudian akan merusak membran sel darah merah, dan mengakibatkan hemolisis intravaskuler. Penghancuran prematur precursor erythroid, akan mengakibatkan kematian intramedulla dan menyebabkan erythropoiesis menjadi tidak efektif. Kondisi anemia yang parah biasanya dikaitkan dengan hyperplasia erythroid dan hematopoiesis extramedullary.

Thalassemia minor biasanya terjadi secara asimtomatik sebagai anemia ringan, yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah rutin. Sedangkan thalasemia mayor biasanya ditandai dengan kondisi anemia berat, yang hadir selama bulan pertama setelah bayi dilahirkan. Pada thalassemia minor (thalassemia beta trait) umumnya adalah simptomatik, dan diidentifikasi pada saat melakukan pemeriksaan hitung darah rutin. Pada thalassemia mayor (beta thalassemia homozigot), akan terdeteksi selama bulan-bulan pertama kehidupan, ketika diketahui terdapat penurunan level Hb pada janin.

Pada penderita thalasemia β mayor, akan ditemukan beberapa temuan fisik, di antaranya;

  • Adanya temuan fisik terakit dengan anemia berat, eritropoiesis yang tidak efektif, hematopoiesis extramedullary, dan kelebihan zat besi akibat  transfusi darah  dan peningkatan penyerapan zat besi.
  • Kulit menjadi pucat akibat anemia dan penyakit kuning, dari adanya hiperbilirubinemia.
  • Tengkorak atau bagian tulang yang lain akan mengalami cacat skunder, dan mungkin terjadi hyperplasia erythroid, dengan ekspansi intramedulla dan tulang kortikal mengalami penipisan.
  • Pada pemeriksaan, mungkin ditemukan adanya gagal jantung dan aritmia terkait insiden anemia yang parah atau kelebihan zat besi.
  • Pada pemeriksaan abdomen, mungkin akan didapatkan perubahan dari hati, kandung empedu dan limpa. Hepatomegali terkait dengan hematopoiesis extramedullary pada pasien, harus terus diamati. Pasien yang telah menerima transfusi darah, mungkin akan mengalami hepatomegali atau hepatitis kronis karena overload zat besi. Hepatitis virus akibat transfusi darah akan mengakibatkan terjadinya sirosi, mungkin juga terjadi hipertensi portal. Splenomegali biasanya diamati sebagai bagian dari hematopoiesis extramedullary, atau sebagai respon hiperetrofik terkait dengan hemolisis ekstravaskuler.
  • Pada ekstremitas mungkin akan menunjukkan adanya ulserasi kulit.
  • Overload besi juga dapat mengakibatkan gangguan pada endocrine, terutama akan mempengaruhi pancreas, testis dan tiroid.