Ethicaldigest

Rute Pemberian Nutrisi Pasien

Rute Oral

Menurut dr. Sri Sukmaniah, Msc, Sp.GK dari FK Universitas Indonesia, rute oral dapat digunakan pada pasien dengan fungsi gastrointestinal yang baik, dan memiliki selera makan yang baik. Bentuk makanan yang diberikan adalah cair, lunak dan makanan biasa.

Rute Enteral

Merupakan rute pilihan untuk terapi nutrisi, karena dapat mempertahankan gut barrier dan fungsi imun. Risiko infeksi sistemik dan komplikasi lainnya dapat turun. Banyak penelitian mendukung implementasi nutrisi enteral secepat mungkin, setelah resusitasi. Tentunya pemberian makan melalui enteral memerlukan motilitas gastrik dan volum gastrik residu lebih dari 150 ml biasanya memerlukan pemberian larutan makan secara perlahan.

Suara usus besar tidak bisa dijadikan patokan keberhasilan nutrisi enteral. Pengosongan gastrik yang  tidak adekwat, menjadi persyaratan untuk dilakukannya teknik feeding usus kecil (duodenal atau jejunal) atau terapi nutrisi intravena. Kekurangan metode enteral adalah, ketika feeding harus dihentikan secara periodik untuk memungkinkan pengosongan lambung, target kalori tidak terpenuhi. Saat ini dianjurkan kombinasi terapi enteral dan parenteral, pada pasien yang sangat kritis. Proporsi feeding enteral ditingkatkan, ketika toleransi terhadap feeding meningkat.

Ada beberapa agen yang dapat digunakan untuk memacu motilitas lambung dan usus, seperti metoclopramide dan erythromycin. Erythromycin meningkatkan motilin, suatu zat yang mengingkatkan kontraktilitas antrum gastrik dan duodenum. Sedangkan, metoclopramide adalah antagonist reseptor dopamine-2 selektif yang meningkatkan kontraktilitas peristaltik esophagus, gastrik antrum dan jejunum.

Beberapa bukti menunjukkan, nutrisi enteral lebih baik daripada total parenteral nutrition (TPN) berkenaan angka kejadian infeksi. Enteral feeding dapat menjaga fungsi gastrointestinal barrier, yang dapat mencegah atau menurunkan translokasi bakteri di seluruh dinding usus besar yang dapat menurunkan infeksi nosokomial. Bagaimana pun, enteral feeding meningkatkan risiko pneumonia yang disebabkan ventilator. Mungkin karena metode ini meningkatkan pH gastric dan memicu kolonisasi gastrik.

Rute Parenteral

Metode ini hanya dapat digunakan jika pasien tidak mungkin menggunakan rute enteral, atau tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Lebih banyak komplikasi dengan rute parenteral dan biasanya berhubungan dengan insersi kateter dan infeksi. Perlu diingat, TPN bias diberikan kedalam vena peripheral melalui kateter dengan jarum halus, atau melalui jalur pusat. Meski umumnya TPN dapat memberikan dukungan nutrisi yang didibutuhkan pasien sakit kritis, banyak pasien tidak dapat mencapai target kalori dan nitrogen yang dibutuhkan.

Penggunaan TPN pada pasien penyakit kritis, dirangkum dalam suatu metaanalisa yang meliputi 26 penelitian acak, melibatkan 2211 pasien. Namun, hanya 6 penelitian yang dilakukan di ICU. Hasilnya menunjukkan, tidak ada efek terhadap mortalitas. Walau ada penurunan komplikasi mayor, tapi tidak signifikan. Penulis menganjurkan, TPN hanya digunakan pada pasien sakit kritis yang tidak dapat menoleransi nutrisi enteral.

Penelitian-penelitian awal menunjukkan peran terapi enteral, dalam mempertahankan integritas saluran cerna dan mencegah translokasi bakteri. Penelitian-penelitian terkini membandingkan terapi enteral dan parenteral; tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kedua metode ini. Tren saat ini yang lebih banyak menggunakan metode enteral,  telah menurunkan komplikasi yang terhubung dengan nutrisi dan mengembalikan fungsi saluran cerna lebih cepat.

Yang jelas, tidak semua pasien harus mendapatkan terapi enteral. Ada konsensus berkenaan indikasi, waktu, jumlah, komposisi dan rute pemberian. Ketika pasien cukup stabil, mulai pemberian terapi enteral. Pemahaman bahwa yang seharusnya diberi makan adalah saluran cerna dan bukan pasien, memiliki arti bahwa terapi nutrisi tidak harus selalu memenuhi kebutuhan energi pasien. Pemberian sedikit energi saja sudah cukup, yang penting dapat menstimulasi fungsi saluran cerna. Mulai pemberian 15ml/jam dan tingkatkan secara gradual sampai terpenuhi kebutuhan kalori.

Pertimbangan Khusus

Sepsis

Sepsis ditandai proses katabolik, di mana kebutuhan kalori meningkat dan terjadi penguraian protein secara cepat. Dibutuhkan peningkatan asupan protein sekitar 10-20% dan asupan nitrogen. Kebutuhan mikronutrien dan elektrolit juga meningkat, dan konsentrasi elektrolit harus dimonitor sesering mungkin. Penderita dapat mengalami hiperglikemia dan memerlukan infus insulin secara intravena. Pasien dapat mengalami hipertrigliseridemia, sehingga asupan lemak perlu diturunkan. Agen sedatif propofol dipersiapkan dalam emulsi lemak dan dapat menyebabkan kelebihan asupan lemak, pada pasien-pasien yang mendapatkan infus propofol.

Kebutuhan Nutrisi Pasien Berbeda-beda