Ethicaldigest

Perbedaan Thalasemia Alfa dan Beta

Bentuk yang lebih ringan pada thalassemia, juga sering diketemukan secara kebetulan dari berbagai usia. Banyak pasien dengan thalassemia beta-homozigot (seperti; hypochromasia, microcytosis, elektroforesis negative untuk HbA, bukti bahwa kedua orangtua terkena), mungkin tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Atau, terjadinya anemia setelah beberapa tahun. Kondisi pasien tersebut dikategorikan sebagai thalassemia beta-intermedia.  Kondisi semacam ini umumnya terjadi ketika pasien memiliki bentuk mutasi gen yang lebih ringan, seperti perpaduan heterozygote untuk β+ dan β-0 thalassemia. Atau ia memiliki heterosigositas senyawa lainnya.  Gejala klinis yang didapati pada pasien adalah;

  1. Thalasemia Alfa;
  2. Thalasemia alfa 1 dan 2 bersifat asimptomatik, adanya penyakit HbH seperti ikterik, hepatosplenomegali, ulkus pedis, batu empedu, dan defisiensi folat
  3. Hb Barts; IUFD atau stillbrith
  4. Thalasemia beta;
  5. Mayor ditandai dengan; anemia berat, progresif splenomegali
  6. Minor/trait; asimptimatik

Thalassemia Alfa

Pada thalassemia αlfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai α-globulin. Kelainan ini, berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari berkurangnya sintesis rantai α, akan banyak terdapat rantai β dan γ yang tidak berpasangan dengan rantai α. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya tetramer dari rantai β, yang disebut HbH dan tetramer dari rantai γ yang disebut Hb Barts. Berdasarkan delesi yang terjadi, thalassemia α dapat dikelompokkan menjadi:

  • Delesi pada 4 rantai α

Delesi ini dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya, terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hati dan limpa dan janin yang sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan meninggal beberapa jam setelah kelahirannya. Bisa juga janin meninggal saat masih dalam kandungan, pada minggu ke 36-40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis, akan didapatkan kadar Hb adalah 80-90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF.

  • Delesi pada 3 rantai α:

Dikenal juga sebagai HbH disease, yang umumnya disertai anemia hipokromik mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit, sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis, dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.

  • Delesi pada 2 rantai α:

Umumnya, pada delesi ini juga dijumpai anemia  hipokromik mikrositer ringan. Akan terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH. Orang dengan delesi pada 2 rantai α, mungkin bisa menjadi carier.

  • Delesi pada 1 rantai α:

Disebut sebagai silent carrier, karena tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal.

Thalassemia Beta

Thalassemia β melibatkan 2 gen dalam pembentukan β globin, yang merupakan bagian dari hemoglobin. Thalassemia β terjadi, ketika satu atau kedua gen mengalami variasi. Berdasarkan tingkat keparahannya, thalassemia β dikelompokkan menjadi:

  • Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita anemia ringan. Kondisi ini disebut thalassemia β minor (trait). Pada thalassemia trait, terjadi peningkatan HbA2, HbF atau keduanya. Hal ini karena pada thalassemia, terjadi penurunan sintesis rantai β sehingga banyak terbentuk rantai α bebas. Akibatnya, terjadi peningkatan penggunaan rantai δ dan atau γ, oleh kelebihan rantai α yang tidak memiliki pasangan tersebut. Dari pemeriksaan darah perifer, umumnya menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis. Karena kerusakannya bersifat ringan, umumnya penderita thalassemia minor tidak mengalami masalah kesehatan. Penderita hanya mengalami gejala anemia ringan yang ditandai dengan lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi, dsb.
  • Jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang (thalassemia β intermedia atau anemia Cooley’s ringan). Atau anemia yang berat (thalassemia β mayor, atau anemia Cooley’s). Rentang keparahan klinis thalassemia intermedia cukup lebar. Bisa dari anemia sedang hingga berat, juga bisa menimbulkan masalah lain, seperti deformitas tulang dan pembengkakkan limpa. Sedangkan karakteristik thalassemia mayor, adalah anemia berat dengan ketergantungan transfusi darah, splenomegali masif, deformitas tulang dan pertumbuhan lambat. Pada pemeriksaan darah tepi menunjukkan, hipokromia dan mikrositosis berat, fragmentasi eritrosit, hipokromik makrosit, polikromasia dan pada beberapa kasus ditemuakn leukosit immatur.

Sindrom thalassemia (HbE dan Hb Malay) merupakan thalassemia β, yang berkaitan dengan varian struktural rantai β. Secara klinis, keparahan sindrom thalassemia bervariasi. Mulai dari seringan thalassemia intermedia, hingga seberat thalassemia mayor.

Jumlah Penderita Thalasemia di Dunia dan Indonesia