Ethicaldigest

Terapi Dislipidemi Pasien Diabetes Tipe 2

Kolesterol LDL merupakan komponen dislipidemia yang berperan paling besar, dalam pembentukan aterosklerosis prematur dan terjadinya penyakit kardiovaskuler. Ia merupakan faktor prediktor terkuat, terjadinya penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu, kolesterol LDL harus diturunkan secara agresif, bersama dengan terapi agresif hiperglikemia guna menurunkan risiko kardiovaskuler.

Penderita diabetes sering kali disertai dengan dislipidemia, yang dikenal sebagai dislipidemia diabetik. Dislipidemia diabetik ditandai dengan peningkatan kadar trigliserid, penurunan kadar kolesterol HDL, dan peningkatan kadar kolesterol LDL. Kolesterol HDL berperan dalam mengeluarkan kelebihan kolesterol dari jaringan perifer. Jika kadar kolesterol HDL menurun, akan terjadi peningkatan kadar trigliserida, VLDL, dan LDL.

Pada pasien diabetes, ukuran partikel kolesterol LDL lebih kecil dan padat karena tingginya kadar trigliserida. Akibatnya, ia lebih mudah menyusup ke pembuluh darah, dan risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 3 kali lipat. Kadar trigliserid dapat meningkat melalui dua cara, yaitu akibat overproduksi kolesterol VLDL, dan gangguan lipolisis trigliserid. Pasien dengan diabetes tipe 2 mengalami overproduksi VLDL yang kaya akan trigliserid, akibat tingginya kadar asam lemak bebas, hiperglikemia, obesitas, dan resistensi insulin. Bahkan, 30-40% penderita diabetes memiliki kadar trigliserid >200 mg/dL, dan 10% memiliki kadar trigliserid > 400 mg/dL.

Pasien yang dianggap memiliki risiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskuler, adalah mereka yang diketahui memiliki penyakit kardiovaskuler. Atau penderita diabetes dan memiliki faktor kardiometabolik lain, selain dislipidemia. Dalam konsensus ADA dan ACC, pasien dengan risiko tinggi ini diharapkan dapat mencapai target kolesterol LDL <70 mg/dL, kolesterol non-HDL <100 mg/dL, dan apoB <80 mg/dL.

Pasien dengan risiko tinggi yaitu pasien tanpa diabetes atau riwayat penyakit jantung. Tapi memiliki dua atau lebih risiko kardiovaskuler, seperti perokok, penderita hipertensi, dan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner prematur, serta penderita diabetes tanpa faktor risiko kardiometabolik lainnya. Pasien seperti ini diharapkan mencapai target kolesterol LDL <100 mg/dL, kolesterol non-HDL <130 mg/dL, dan apoB <90 mg/dL.

Terapi untuk dislipidemia diabetes umumnya berupa kombinasi, dengan pilihan utama statin. Meski demikian, terapi harus dipertimbangkan berdasarkan faktor individual dan pilihan masing-masing pasien, misalnya usia, harapan hidup, keinginan untuk hamil dalam waktu dekat, berat ringannya faktor risiko, interaksi obat, serta penilaian risiko dan manfaat terapi.

Peningkatan kadar trigliserid dan penurunan kadar kolesterol HDL, merupakan kelainan profil lipid yang paling sering dijumpai pada orang dengan obesitas dan resistensi insulin, terutama pada wanita. Kadar kolesterol HDL sendiri merupakan prediktor kuat terjadinya penyakit kardiovaskuler. Namun, penurunan kadar trigliserid belum terbukti menurunkan risiko kardiovaskuler. Sedangkan perbaikan kadar HDL, menunjukkan efek sedang dibanding penurunan kadar kolesterol LDL. Karenanya, terapi utama tetap ditujukan pada penurunan kadar LDL.

Untuk pasien dengan kadar trigliserid tidak terlalu tinggi (<200 mg/dL), ATP III merekomendasikan untuk memperbaiki kadar LDL lebih dulu, baru kadar HDL sebagai target selanjutnya. Fokus terapi tidak ditargetkan pada trigliserid, kecuali pada sejumlah kecil pasien dengan hipertrigliseridemia berat. Tujuannya menurunkan risiko terjadinya pankreatitis. Terapi yang diberikan berupa kombinasi diet rendah lemak dengan obat golongan fibrat, niasin, atau terapi asam lemak omega-3 dosis tinggi. Semua pasien dengan kadar kolesterol HDL rendah harus melakukan perubahan gaya hidup, berupa penurunan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghindari diet tinggi karbohidrat, dan berhenti merokok.

Statin merupakan drug of choice bagi kebanyakan pasien dengan risiko kardiometabolik, yang memiliki kadar trigliserid tinggi dan kadar HDL rendah. Jika kadar HDL tidak kunjung meningkat,  diperlukan terapi kombinasi, apalagi jika kadar apoB tetap tinggi. Dalam hal ini, yang biasanya diberikan adalah asam nikotinat, karena diketahui bahwa kejadian kardiovaskuler pada pasien yang mendapat niasin lebih rendah dibanding mereka yang mendapat fibrat. Meski asam nikotinat dikaitkan dengan resistensi insulin, pada penderita diabetes yang diberi asam nikotinat dosis rendah, kadar HbA1C tidak meningkat secara bermakna.

Terapi Obesitas Penderita Diabetes Tipe 2