Ethicaldigest

Tatalaksana Gagal Jantung Kongestif 1

Dalam penanganan gagal jantung, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Bisa  berupa perawatan dan pemberian obat-obatan, mau pun melalui teknik intervensi pembedahan. Yang tidak kalah penting dari semua itu adalah perubahan gaya hidup penderita, yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, terutama pada mereka yang tidak lagi dapat ditangani melalui pembedahan atau kateterisasi.

Perubahan gaya hidup

Gagal jantung kongestif merupakan kondisi yang serius dan membutuhkan peran dokter dalam penanganannya. Namun, perawatan sendiri di rumah tak  kalah penting. Perubahan gaya hidup dapat mengurangi gejala, menurunkan progresivitas gagal jantung, dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Perawatan sederhana di rumah pun dapat membantu mengurangi gejala. Misalnya pembengkakan di kaki, dapat dibantu dengan mengangkat kaki dan tungkai pada saat duduk atau berbaring, mengurangi asupan garam, dan menimbang berat badan setiap pagi sebelum sarapan. Hasil penimbangan ini dicatat dan dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dalam menentukan kondisi pasien.

Menurut Prof. dr. Reggy Lefrandt, SpJP(K) FIHA, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan RSU Prof. Dr. Kandau Malayang, Manado, penderita gagal jantung harus selalu diingatkan agar tidak lupa meminum obat dari dokter dan mematuhi pantangan-pantangan seperti merokok, mengonsumsi alkohol, emosi berlebihan atau depresi, berkunjung ke daerah ketinggian, dan mengonsumsi herbal atau obat lain tanpa melalui konsultasi dokter.

Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penderita gagal jantung. Antara lain, tetap berjalan dan aktif sesuai kemampuan, mengikuti program rehabilitasi di bawah pengawasan petugas kesehatan, mengontrol kadar gula darah (pada penderita diabetes), mengontrol tekanan darah (pada penderita hipertensi) serta mengendalikan kadar kolesterol pada penderita yang mengalami dislipidemi.

Pembatasan aktivitas dapat menurunkan kondisi fisik, untuk itu pasien dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas fisik. Meski demikian, pembatasan aktivitas diperlukan pada saat terjadi eksaserbasi akut dan pada penderita miokarditis. “Pasien tidak dianjurkan untuk melakukan kerja berat atau olahraga yang melelahkan,” ujar Prof. Reggy.

Ketidakpatuhan pasien terhadap diet dan pengobatan, dapat dengan cepat menimbulkan efek buruk bagi kondisi pasien. Untuk itu, diperlukan pengawasan ketat dan follow-up secara teratur. Ini dapat dilakukan dengan edukasi pasien dan pengawasan, baik oleh pasien mau pun keluarganya. Dengan demikian, dapat dengan cepat diketahui perburukan gejala, yang sering terjadi beberapa hari sebelum pasien memerlukan perawatan emergensi di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan intervensi dokter, segera setelah pasien dan keluarga menyadari perubahan kondisi gagal jantungnya.

Pasien dianjurkan untuk membatasi asupan garam, cukup dengan jumlah 2-3 gram setiap hari. Pembatasan cairan 2 L/hari dianjurkan bagi pasien dengan hiponatremia (Na < 130 mEq/dL), dan mereka yang kondisi cairannya sulit dikontrol akibat restriksi natrium dan penggunaan diuretik dosis tinggi. Pasien dengan kakeksia kardial perlu diberi tambahan kalori.

Obat-obatan mencegah perburukan kondisi dan memperpanjang hidup

Menurut Prof. Reggy, setidaknya terdapat beberapa obat yang dapat diberikan untuk gagal jantung. Berdasarkan guidelines yang dikeluarkan American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) tahun 2009, Heart Failure Society of America (HFSA) tahun 2010, dan European Society of Cardiology (ESC) tahun 2008, berikut adalah obat-obatan yang dimaksud:

  • Diuretik, untuk mengurangi udem dengan cara menurunkan volume darah dan tekanan vena. Pemberian diuretik didukung dengan restriksi garam untuk mengurangi retensi cairan, pada pasien dengan riwayat gagal jantung dan menurunkan LVEF (left ventricle ejection fraction) sehingga mengurangi gejala
  • Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) untuk modifikasi neurohormonal, vasodilatasi, perbaikan LVEF, dan meningkatkan angka survival. ACEI dapat memperlambat kerusakan jantung dan memperbaiki fungsi otot jantung.
  • Angiotensin receptor blocker (ARB) untuk modifikasi neurohormonal, vasodilatasi, perbaikan LVEF, dan meningkatkan angka survival. Obat ini dapat diberikan jika pasien intoleran terhadap ACEI.
  • Hidralazin dan nitrat untuk memperbaiki gejala, fungsi ventrikel, kapasitas excercise, dan angka survival pada pasien yang tidak dapat menerima ACEI/ARB. Atau sebagai terapi tambahan terhadap ACEI/ARB dan beta blocker pada penderita kulit hitam.
  • Beta-adrenergic blocker, untuk modifikasi neurohormonal, perbaikan gejala dan LVEF, manfaat survival, mencegah aritmia, dan mengendalikan ventricular rate.
  • Antagonis aldosteron, sebagai tambahan terapi untuk meningkatkan diuresis, mengontrol gejala gagal jantung, meningkatkan variabilitas detak jantung, menurunkan aritmia ventrikel, menurunkan beban kerja jantung, memperbaiki LVEF dan meningkatkan survival.
  • Digoksin, menyebabkan sedikit peningkatan cardiac output, memperbaiki gejala gagal jantung dan menurunkan angka perawatan di rumah sakit.
  • Antikoagulan untuk menurunkan risiko tromboemboli.
  • Agen inotropik seperti dobutamin dan milrinon, untuk mengembalikan perfusi organ dan mengurangi kongesti.