Ethicaldigest

Probiotik Mencegah Diabetes

Probiotik ditengarai dapat menormalkan kadar gula darah, pada penderita diabetes.

Secara epidemiologi, diperkirakan tahun 2030 prevalensi penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Dan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan, menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Adapun di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

Secercah harapan muncul bagi penyandang diabetes. Konsumsi probiotik menurut penelitan Cornell University, New York, Amerika Serikat, terbukti  dapat menurunkan gula darah sampai 30%, pada hewan uji dan manusia. Para peneliti menemukan, konsumsi probiotik dapat mengubah tombol pengatur gula dalam darah dari pankreas ke usus bagian atas.

Seperti diketahui, pada penyandang diabetes pankreas tidak bisa atau tidak cukup memroduksi insulin. Atau, insulin yang diproduksi tidak berfungsi optimal sehingga tubuh tidak bisa menggunakan / mengubah gula menjadi energi.

Profesor John March dan tim menggunakan probiotik golongan Lactobacillus, yang mensekresi glucagon-like peptide 1 (GLP-1) yakni hormon yang akan melepaskan insulin, sebagai respon dari makanan yang masuk dalam tubuh. Tikus percobaan yang sengaja dibuat menderita diabetes, kemudian diberi pil probiotik setiap hari selama 90 hari.

Di akhir penelitian didapati, tikus yang mendapat pil probiotik mengalami penurunan gula darah sebanyak 30% dibanding kelompok kontrol (tidak mendapat pil probiotik). “Yang lebih menarik, tampaknya probiotik mengubah sel epitel usus bagian atas menjadi sel yang berperilaku seperti sel beta pankreas, yakni mensekresi insulin dan mengatur gula darah,” papar Prof. March, yang juga pemimpin penelitian.

Ketika probiotik yang sudah dimodifikasi ini diberikan kepada tikus sehat, tidak tampak ada perubahan kadar gula darah. Riset ini dipublikasikan dalam Journal Diabetes.

Riset pada manusia yang dimuat di British Journal of Nutrision, dilakukan pada 17 orang sehat. Mereka dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama mendapat dua botol susu fermentasi probiotik setiap hari selama 3 minggu, kelompok lainnya adalah kelompok kontrol. Pada minggu keempat, kedua kelompok mendapat diet tinggi lemak dan kalori. Susu probiotik tetap diberikan kepada kelompok pertama.

Riset menunjukkan, asupan tinggi lemak dan tinggi kalori selama seminggu menurunkan sensitivitas insulin 27%. Namun pada kelompok pertama, sensitivitas insulin dan level gula darah tetap terjaga.

Studi lain yang dilakukan dr. Nita G. Forouhi, dkk., dari Medical Research Council (MRC) Epidemiology Unit, University of Cambrige School of Clinical Medicine, Inggris, menemukan bahwa mengganti camilan keripik kentang dengan yoghurt rendah lemak, bisa mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 50%.

Riset dilakukan dengan membandingkan data-data makanan/minuman harian (selama 7 hari) pasien dalam EPIC-Norfolk Study. Usia rerata pasien adalah 59 tahun dengan indeks massa tubuh 26 kg/m². Mereka diberi pertanyaan mengenai makanan hasil produk susu yang dikonsumsi (yoghurt, keju atau susu), yang tinggi atau rendah lemak.

Didapatkan bahwa susu adalah yang paling sering dikonsumsi (82%), menyusul keju (9%) dan yoghurt (8%). Rerata konsumsi adalah 259 gram/ hari dengan 65%-nya adalah rendah lemak. Setelah dilakukan penyesuaian dengan faktor-faktor yang ada, ditemukan hubungan bermakna antara konsumsi produk olahan susu rendah lemak terfermentasi, dengan kejadian diabetes melitus tipe-2. Pemberian yoghurt rendah lemak berhubungan dengan 35% penurunan risiko diabetes.

Dalam analisa yang terpisah, dilakukan pemeriksaan terhadap efek mengganti makanan camilan seperti kue, puding, biskuit atau keripik dengan produk olahan susu. Konsumsi yoghurt dibanding keripik, menurunkan risiko diabetes sebesar 47%. Namun penggantian keripik dengan produk olahan susu lainnya, tidak menurunkan risiko diabetes secara bermakna.

Probiotik ditengarai meningkatkan pembentukan menaquinone (vitamin K2), memperbaiki profil lemak dan status antioksidan pada pasien diabetes tipe 2. Riset ini ditulis dalam jurnal ilmiah Diabetologia 2014. Studi lain juga menunjukkan bahwa konsumsi probiotik dapat menurunkan kadar hs-CRP dan memperbaiki skor HOMA-IR, pada kehamilan yang dianggap sebagai sindrom metabolik.

 Suplementasi beberapa strain khusus dari probiotik, memiliki potensi memodulasi metabolisme lipid dan menghasilkan penurunan pada kadar serum kolesterol total dan ladar LDL kolesterol, yang menurunkan risiko diabetes melitus tipe 2.