Ethicaldigest

Vaksinasi Pneumonia Efektif untuk Geriatri

Pneumonia dan influenza merupakan ancaman besar bagi pasien geriatri; tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di banyak negara lain di dunia. Di Amerika Serikat (AS), terjadi 500.000 kasus/tahun akibat kuman pneumokokus, dan 1 dari 5 menjadi infeksi invasif. Di negara adidaya tersebut, kombinasi kedua penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor 6. Lebih dari 60% pasien geriatri dirawat di rumah sakit (RS) karena pneumonia; 90% kematian akibat pneumonia serta 80-90% kematian akibat influenza terjadi pada kelompok geriatri.

Yang masih belum disadari, orang lanjut usia (lansia) bisa tertular Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus dari sang cucu. ”Penelitian di beberapa kota di Indonesia menunjukkan, 30% anak memiliki Streptokokus di tenggorokannya, meski mereka tidak sakit,” tutur Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, K-AI, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, yang juga Guru Besar Tetap Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia. Hanya dengan cara sepele yakni ketika kakek/nenek mencium cucunya, kuman tersebut bisa pindah dan menginfeksi, karena daya tahan tubuh lansia umumnya sudah menurun. ”Bila mereka kena pneumonia, 40% di antaranya bisa meninggal,” imbuhnya. 

Pengobatan pneumonia pada pasien geriatri, hasilnya kurang memuaskan. Gejalanya pun sering tidak khas, sehingga sulit dideteksi. Misalnya, mereka datang dengan keluhan tiba-tiba tidak mau makan.”Bisa saja hal itu merupakan manifestasi dari pneumonia,” ujar dr. Edy Rizal, Sp.PD, K-AI dari FKUI/RSCM, Jakarta. Pasien geriatri bukanlah pasien dewasa yang umumnya sudah bertambah. Terdapat karakteristik tertentu, sehingga membutuhkan pengelolaan yang berbeda. ”Meski obat dan dosis yang diberikan sudah sesuai aturan, hasilnya tetap tidak memuaskan. Upaya preventif (vaksinasi) menjadi pilihan utama,” ujarnya.

Sayangnya, masyarakat Indonesia, juga kalangan medis, banyak yang belum menyadari pentingnya vaksinasi pada lansia. Hanya sekitar 10% praktik dokter umum yang menyediakan layanan vaksinasi dewasa. Padahal seharusnya, dokter umum mampu melakukan vaksinasi; malah sebenarnya, vaksinasi merupakan wewenang dokter umum. Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI sudah memberi pelatihan vaksinasi, bagi sekitar 2000 dokter umum di berbagai kota di Indonesia. ”Sebagian materi sudah diajarkan di bangku kuliah kedokteran, tapi perlu diingatkan kembali,” ujar Prof. Samsu. Sebagai perbandingan, di Australia 60% pasien melakukan vaksinasi karena anjuran dokter.

Vaksin pneumokokok

Terdapat dua jenis vaksin pneumokokok untuk geriatri, yakni polisakarida yang memberi perlindungan terhadap 23 strain, dan polisakarida terkonyugasi yang melindungi dari 13 strain. Vaksin ini dikonyugasikan dengan protein khusus untuk meningkatkan respon imun, sehingga respon antibodi akan lebih baik. Diharapkan dapat memberikan proteksi lebih lama, sehingga cukup dilakukan sekali seumur hidup. Ada pun vaksin polisakarida, perlu diulang tiap lima tahun. ”Keduanya sama baiknya dan saling mendukung. Bisa diberikan vaksin polisakarida dulu, lalu dua bulan kemudian vaksin konyugasi, sehingga perlindungannya lengkap. Tiap 5 tahun, cukup mengulang vaksin polisakarida,” papar Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI dari FKUI/RSCM, Jakarta.

Kedua vaksin ini juga dianjurkan bagi mereka yang hendak melaksanakan ibadah umroh dan haji. Rerata, mereka berusia >50 tahun dan rentan terhadap infeksi saluran nafas termasuk pneumonia.

Influenza

Edukasi untuk vaksinasi ifluenza mungkin lebih sulit, karena vaksin ini harus diberikan setiap tahun. Virus influenza cepat bermutasi; strain yang banyak beredar setiap tahunnya selalu berubah. Agar terus terlindung dari strain yang sedang ”tren”, vaksinasi harus dilakukan setiap tahun.

Yang menarik, virus influenza sudah bercokol di dalam tubuh sebelum gejalanya muncul. ”Tanpa sadar, kita bisa terinfeksi atau menginfeksi orang lain. Bisa dibayangkan, mengapa virus ini begitu cepat menyebar dan pada masa tertentu menjadi pandemik,” papar dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD, FINASIM, dari FKUI/RSCM.

Selain kelompok geriatri, orang dewasa muda (<60 tahun) dengan faktor risiko, perlu melakukan vaksinasi. Misalnya, mereka yang merokok atau memiliki asma. Bila penderita asma terkena infeksi influenza, gejalanya lebih berat atau asmanya kambuh. Juga mereka yang pernah terkena serangan jantung. “Penelitian menunjukkan, mereka yang tidak divaksin, lebih banyak terkena serangan jantung kembali,” tandas dr. Sukamto. (nid)