Ethicaldigest

Risiko Kematian Pasien Rawat dengan Hiperglikemia

Hiperglikemia sering ditemukan pada pasien sindrom koroner akut (SKA) yang masuk rumah sakit. Kondisi ini selain menyulitkan pengobatan sindrom koroner akut, juga meningkatkan risiko mortalitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia, yang umum terjadi pada pasien rawat karena SKA, merupakan faktor risiko kematian dan komplikasi rawat inap.

Meski definisi pasti hiperglikemia belum ditetapkan, prevalensi hiperglikemia pada pasien yang masuk rumah sakit berkisar 25-50%. Pada pasien dengan SKA, hiperglikemia ditemui pada 50% pasien, dimana 20-25% diantaranya menderita diabetes melitus sebelumnya. Prevalensi diabetes tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa cukup tinggi, yaitu 65%, pada pasien infark miokard, yang sebelumnya tanpa DM, setelah dilakukan uji toleransi glukosa oral.

Peningkatan glukosa plasma dan kadar hemoglobin terglikasi pada saat datang ternyata mempunyai nilai prognostik independen status diabetik jangka pendek dan jangka panjang, baik saat perawatan di rumah sakit mau pun setelah pulang dari RS. Tiap kenaikan 18mg/dl kadar gula darah, terjadi peningkatan 4% angka kematian pada subyek non diabetes.

Jika kadar gula darah saat tiba di UGD lebih dari 200mg/dl, maka risiko kematian sama pada subyek non DM dan DM dengan infark miokard. Kadar gula darah di UGD telah diketahui sebagai prediktor independen mayor terjadinya gagal jantung kongestif dan kematian pada SKA. Kadar gula darah puasa satu hari setelah tiba di UGD ternyata merupakan prediktor yang lebih baik untuk kematian dini, daripada kadar gula darah saat datang. Peningkatan kadar gula darah saat datang ke UGD, disertai peningkatan kadar gula darah keesaokan harinya akan meningkatkan mortalitas 4 kali lipat.

Dalam suatu metaanalisa terhadap 15 penelitian, yang mengevaluasi risiko relative kematian di rumah sakit pada pasien non diabetes dengan infark miokard akut dengan kadar glukosa ≥110 mg/dL, adalah 3,9 dibandingkan pasien IMA non diabetes yang memiliki memiliki kadar gula darah normal. Di antara pasien IMA dengan diabetes, mereka dengan kadar glukosa ≥180 mg/dL saat masuk rumah sakit memiliki risiko relative 70% mengalami kematian, dibanding pasien diabetes dengan kadar glukosa darah normal.

Secara serupa, Foo dan kawan-kawan menunjukkan hubungan linear antara tingginya kadar glukosa darah saat masuk rumah sakit, dengan tingginya angka gagal ventrikuler kiri dan kematian karena penyakit jantung, pada 2127 pasien dengan SKA.

Cooperative Cardiovascular Project, suatu penelitian retrospektif terbesar mengenai hal ini, melihat outcome 141 680 pasien usia lanjut dengan IMA. Mereka menemukan peningkatan relative dari 13-77%, pada kematian 30 hari dan 7- 46% mortalitas 1 tahun, bergantung pada besaran hiperglikemia. Risiko mortalitas jangka pendek dan panjang tetap lebih tinggi, meski telah dilakukan kontrol terhadap beban komorbiditas yang lebih tinggi (seperti pernah mengalami IMA dan gagal jantung), dan keparahan penyakit yang lebih berat (Kelas Killip yang lebih tinggi, puncak creatine kinase yang lebih tinggi dan ejeksi fraksi yang lebih rendah), pada pasien dengan kadar glukosa darah yang tinggi.