Ethicaldigest

Terapi Nyeri 2

Manfaat lain pada perdarahan saluran cerna bagian atas, penghambat COX-2 spesifik tidak memiliki efek signifikan pada agregasi platelet atau waktu perdarahan. Inilah yang menjadi pertimbangan, terutama dalam penanganan pasien osteoartritis yang akan menjalani operasi dan setelah operasi. Karena, biasanya, pada penggunaan OAINS tradisional, pengobatan dihentikan 2 minggu sebelum operasi, begitu juga pada pasien yang menggunakan warfarin.

Berdasarkan hal ini, penghambat COX-2 selektif  lebih disukai dibanding OAINS non selektif untuk pasien dengan risiko komplikasi saluran cerna bagian atas. Selain itu, didalam dosis yang dianjurkan untuk osteoartritis, celecoxib dan rofecoxib dapat ditoleransi dengan lebih baik.

Alternatif lainnya adalah mengunakan OAINS nonselektif, dengan obat-obatan yang dapat melindungi saluran cerna, sebagaimana disarankan American College of Gastroenterology. Selain itu, karena efek pada saluran cerna bergantung pada dosis, maka OAINS dapat diberikan dalam dosis rendah, sekadar menghilangkan nyeri, dan ditingkatkan sampai dosis yang dapat memberi efek antiinflamasi, jika dosis rendah tidak cukup mengurangi gejala.

Dalam suatu penelitian terhadap 8843 pasien dengan rheumatoid arthritis, 200mg misoprotol 4 kali sehari menurunkan insiden ulkus lambung, termasuk mereka dengan perforasi, perdarahan dan obstruksi, sampai 51%. Cara lain adalah dengan menggunakan famotidin atau omeprazole, dimana keduanya terbukti efektif mengobati dan mencegah gastropati karena OAINS.

Omeprazol dalam dosis 20 mg/hari atau 40 mg/hari seefektif 200 g misoprostol dua kali sehari, dalam pengobatan ulkus lambung dan dapat ditoleransi lebih baik. Juga lebih sedikit menyebabkan kekambuhan penyakit.

Injeksi intraartikuler

Terapi alternatif untuk mengurangi nyeri sendi, adalah menggunakan terapi intrartikuler seperti hyaluronan atau glukokortikoid. Dalam penelitian, injeksi asam hyaluronan lebih baik dari plasebo dalam mengurangi nyeri, dan setara dengan OAINS oral. Selain itu, pengurangan nyeri pada mereka yang menyelesaikan penelitian, setara atau lebih baik daripada injeksi intrartikuler dengan glukokortikoid.

Injeksi glukokortikoid intraartikular bermanfaat untuk pengobatan nyeri akut, dan untuk pasien dengan tanda-tanda peradagan lokal dengan efusi sendi. Saat sendi nyeri dan bengkak, aspirasi cairan diikuti dengan injeksi intrartikuler menggunakan glukokortikoid (misalnya triamcinolone hexacetonide dengan dosis sampai  40mg), adalah metode jangka pendek yang efektif untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan quadriceps.

Injeksi dapat digunakan sebagai monoterapi pada pasien-pasien tertentu, atau sebagai terapi tambahan terhadap terapi sistemik dengan suatu analgesik, OAINS non selektif, atau suatu penghambat COX-2 selektif. Cairan sendi diambil (aspirasi) menggunakan teknik aseptik, kemudian dikirim ke laboratorium untuk dihitung jumlah selnya. Jika dicurigai ada infeksi, cairan bisa dikultur atau diberi gram stain.

Tramadol, suatu analgesik yang bekerja di saraf pusat, adalah agonist opioid sintetis yang juga dapat menghambat kembali norepinephrine dan serotonin. Agen ini telah disetujui FDA untuk pengobatan nyeri moderat sampai berat, dan dapat digunakan pada pasien yang berkontraindikasi terhadap penghambat COX-2 selektif dan OAINS nonselektif. Atau pada pasien yang tidak memberi respon pada terapi oral sebelumnya.

Walau banyak penelitian mengenai penggunaan tramadol pada nyeri secara umum, hanya sedikit yang mengujikannya pada pasien osteoartritis. Efikasi tramadol setara dengan ibuprofen, pada pasien dengan osteoartritis pinggul dan lutut. Terlihat bahwa obat ini bermanfaat sebagai terapi tambahan pada penderita osteoartritis, yang gejalanya tidak terkendali secara adekuat dengan OAINS.

Pasien yang tidak memberi respon atau tidak dapat menoleransi tramadol dan tetap mengalami nyeri berat, bisa diberi opioid yang lebih poten. Dalam suatu penelitian, kombinasi kodein plus asetaminofen bisa menjadi analgesia yang lebih baik daripada asetaminofen saja, pada pasien dengan osteoartritis pinggul dan lutut.

Dalam penelitian jangka pendek pada pasien dengan nyeri akut karena osteoartritis pinggul atau lutut, tidak ada perbedaan dalam hal efikasi analgesik antara kombinasi asetaminofen dengan dextropropoxyphene atau kodein. Meski demikian, kombinasi dextropropoxyphene secara signifikan lebih baik dapat ditoleransi.