Ethicaldigest

Terapi Kombinasi Infeksi C. difficile 2

Secara lebih detil, probiotik turut berperan dalam imunomodulasi. Bakteri ini memodulasi sistem imun bawaan dan adaptif dengan menstimulasi TLR (toll like receptor) dan memperbaiki ekspresi sitokin dalam sel dendritik dan monosit darah perifer. Mengonsumsi Lactobacillus telah dihubungkan dengan peningkatan aktivitas fagositik, dan beberapa strain Lactobacillus, Bifidobacterium dan Sacchromyces telah dihubungkan dengan peningkatan sekresi IgA pada feses dan serum.

Berdasarkan berbagai penelitian, peranan probiotik dalam AAD yakni sebagai terapi kombinasi melengkapi terapi standar (antibiotik); baik dengan strain tunggal maupun kombinasi. Selain sebagai profilaksis, juga meningkatkan efektivitas pengobatan untuk AAD. Juga terlihat, kombinasi antibiotik dengan probiotik dapat mencegah AAD berulang. Secara umum, konsumsi probiotik dapat mengurangi kemungkinan bakteri resisten terhadap antibiotik, menunjang efektivitas antibiotik, serta mengurangi dosis dan lama pengobatan dengan antibiotik.

L. casei Shirota strain

Tiap strain probiotik bermanfaat dan memberikan manfaat bagi manusia. Namun, tidak semua probiotik yang dikonsumsi dari luar tahan terhadap asam lambung dan cairan empedu, padahal agar bisa bekerja efektif, probiotik harus mencapai usus dalam keadaan hidup. Menariknya, satu strain probiotik akan merangsang pertumbuhan strain-strain probiotik lain dalam usus.

Diperlukan berbagai studi untuk membuktikan bahwa suatu strain mampu mencapai hal ini. Salah satu strain yang telah terbukti yakni L. casei Shirota strain. Tuohy, dkk (2007) meneliti survivabilitas dan dampak dari L. casei Shirota strain di dalam saluran cerna pada 20 orang dewasa sehat berusia 23-70 tahun. Mereka secara acak dibagi menjadi dua kelompok (@10 orang); satu kelompok mendapat probiotik berupa susu fermentasi berisi L. casei Shirota strain, dan kelompok lain mendapat plasebo berupa minuman susu dengan rasa asam, selama 21 hari. Sampel feses diperiksa pada hari 0, 7, 14, 21 dan 28, dan dianalisa untuk jumlah L. casei Shirota strain dan beberapa bakteri probiotik lain. Hasilnya, semua partisipan yang menerima probiotik menunjukkan populasi L. casei Shirota strain yang tinggi dan stabil. Strain Lactobacilli masih terdeteksi pada beberapa partisipan, seminggu setelah konsumsi probiotik dihentikan.

Studi yang dilakukan di Thailand oleh Tiengrim S, dkk menunjukkan hasil serupa. Sebanyak 20 orang dewasa sehat diminta mengonsumsi susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain selama 7 hari. Sampel feses pertama diambil 10 hari setelah partisipan menghentikan semua konsumsi produk susu yang mengandung Lactobacillus, sebelum konsumsi L. casei Shirota strain dimulai. Sampel kedua diambil setelah mereka mengonsumsi L. casei Shirota strain selama 7 hari, dan sampel ketiga diambil 7 hari setelah mereka berhenti mengonsumsi L. casei Shirota strain. Sampel diperiksa menggunakan metode kultur dan PCR. Hasilnya menunjukkan, feses tidak mengandung L. casei Shirota strain sebelum konsumsi susu fermentasi L. casei Shirota strain. Pemeriksaan kedua menunjukkan semua sampel mengandung L. casei Shirota strain, dan pada pemeriksaan ketiga, sebagian sampel mengandung L. casei Shirota strain.

Adapun efek L. casei Shirota strain terhadap infeksi C. difficile terlihat pada studi yang dilakukan oleh Stockenhuber A, dkk (2008). Sebanyak 678 pasien yang dirawat di RS (rerata usia 71 tahun) dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok (340 orang) menerima probiotik berupa 6,5×109L. casei Shirota strain dosis 1x sehari, selama pengobatan dengan antibiotik dan 3 hari setelah pengobatan selesai, dan kelompok lain (338 orang) tidak mendapat probiotik (kelompok kontrol). Hasilnya, insiden AAD lebih sedikit pada kelompok yang menerima antibiotik (5%), dibandingkan 18,6% pada kelompok yang tidak mendapat probiotik. Adapun CDAD hanya terjadi pada 0,3% pasien di kelompok probiotik, dibandingkan 6,2% pada kelompok control.  (nid)

Terapi Kombinasi Infeksi C. difficile 1